bc

Baby Boy dari Maduku

book_age18+
15
FOLLOW
1K
READ
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Menikah karena kecelakaan.

Cahya mengira Bima seorang yang abadi dalam kebaikan dan ketulusan, namun ternyata salah.

Bima tidak bertanggung jawab atas perbuatannya, untung saja Cahya mempertahankan kado spesial dari Tuhan.

Akibat pernikahan dini tanpa proses persiapan matang, membuat rumah tangga Cahya dan Bima di ambang perceraian, bahkan orang ketiga menjadi bumbu pahit di dalamnya.

Sampai akhirnya, Cahya harus menerima hadiah berupa bayi laki-laki dari selingkuhan Bima.

Akankah Cahya merawat dan membesarkan, atau mungkin dia membuang bayi tersebut?

chap-preview
Free preview
Sekolah; Badanku Menjadi Dua
Dua remaja sedang berdiri di belakang ruang kosong milik gedung SMA ternama di tengah kota. Mereka berhadapan dengan jarak beberapa jengkal, sedangkan sorot mata keduanya saling beradu pandang tanpa berkedip. Seorang remaja puteri bernama Cahya Sari Ningrum menatap nanar laki-laki di depannya yang bernama Bima Agastya. Mereka berdua sudah berpacaran sejak duduk di bangku SMA kelas 1. Dan sekarang, mereka baru saja duduk di bangku kelas 3. Cahya masih tidak mengedipkan mata, tangan kanan terus mengusap sesuatu berulang kali tanpa berhenti, sejak sepuluh menit yang lalu. Wajah yang berkulit putih telah berubah menjadi pucat diikuti warna bibir. Tangis air mata sudah menyambut awal perbincangan mereka sedari tadi. Cahya benar-benar terpukul, merasa jatuh ke jurang yang paling dalam. Bima bahkan tidak sanggup menolong, malah tindakannya semakin mendorong Cahya sulit keluar dari jurang tersebut. Beberapa Minggu yang lalu... Cahya dan Bima berpergian dari suatu tempat karena hari libur sekolah. Mereka berhenti di rumah kosong dan duduk di bangku terletak di teras rumah. Keadaan hujan deras, sedangkan motor Bima tidak menyimpan jas hujan. Terpaksa mereka berteduh sambil menikmati pemandangan hujan. Kedua tangan mereka saling mencengkram, udara dingin menusuk hingga ke tulang, membuat Cahya yang tidak terbiasa mengendarai motor lupa membalut tubuh denhan jaket. "Maaf ya, gara-gara pakai motor kamu jadi kehujanan." Ucap Bima, menatap Cahya dengan rasa kasihan. Seharusnya Cahya tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi pacar Bima. Bima seorang remaja yang memiliki wajah tampan, tubuh tinggi, dan hidung mancung. Selain itu, dia juga pandai dalam pelajaran. Semua kelebihan di diri Bima membuat Cahya menyukai bahkan menembak Bima lebih dulu. Sedangkan Cahya, seorang gadis kaya raya yang hidup bahagia tanpa merasakan kesulitan. Semua keinginan harus ia penuhi, termasuk menjadikan Bima sebagai pacar. Meskipun hidup bergelimang harta, Cahya bukan gadis yang manja. Dia cukup mandiri atas didikan sang Ayah. Bima tentu saat itu langsung menerima ajakan Cahya untuk menjadi pacarnya. Cahya memiliki paras cantik, pemberani, dan mandiri. Itu sebabnya, Bima menghargai seluruh kerja keras Cahya dan menerima sebagai kekasihnya. "Sebelum jadian, aku tau kalau kamu punya motor jelek itu." Sahut Cahya terdengar tegas, tanpa basi-basi. Membuat Bima terkekeh. "Apa yang lucu dong? Kok ketawa sih!" Cahya menaikkan sebelah alis, menatap tajam Bima. Bima menghela napas panjang, tapi bukan karena kalimat Cahya baru saja. Dia sedang berpikir tentang hubungan mereka di masa depan. "Ada apa sih, kok merengut?" Tambah Cahya dengan nada penasaran. "Kalau kita udah lulus nanti, apa kita masih pacaran ya? Aku takut kamu ninggalin aku karena udah ketemu cowok keren di Kampus." Kalimat itu membuat Cahya mengerutkan kening, lalu menepuk punggung Bima berulang kali. Lantas, Cahya tersenyum lebar sambil memeluk tubuh Bima dari samping. "Aku enggak akan melepasmu, inget komitmen kita dulu!" Cahya melepas dekapan, meraih kedua bahu Bima untuk ia hadapkan ke wajahnya. "Kamu juga harus bertanggung jawab atas perbuatanmu, kamu harus nikahin aku pokoknya." Bima membalas senyuman Cahya. Jemari lentik Cahya sudah ia kaitkan dengan jemarinya sendiri, meletakkan di pangkuan Bima. "Aku ini polos. Selain itu aku juga miskin, aku ragu kalau keluargamu bakal menerimaku." Kepala Bima tertunduk, nada bicara juga melemah. Lawan bicara Bima menggeleng yakin. Tidak mungkin Cahya membiarkan keluarganya menolak Bima yang akan dijadikan sebagai suami. Seseorang yang membuatnya bahagia. Jujur saja, Cahya begitu mencintai dan menyayangi Bima, semua kasih sayang dari Bima sudah Cahya rasakan. Berbeda dengan keluarganya, Cahya kurang akan kasih sayang dan perhatian. "Aku pastikan kalau kita akan menikah, kalau perlu kita kawin lari semisal enggak dapet restu." Cahya beranjak berdiri, menatap lekat laki-laki pujaan hatinya. "Kamu mau kuliah ya? Aku bakal biayain semuanya." Cahya sudah menggenggam tangan Bima, meremas dengan tenaga yang ia miliki. Ia merasa takut akan kehilangan Bima suatu saat nanti. "Emang kamu bisa kawin lari?" Bima mencairkan suasana. Kemudian, dia ikut berdiri. Tangan kanan mengusap ujung kepala Cahya. "Maaf ya, kali ini aku bener-bener enggak bisa nerima itu." Selang satu detik, tubuh kurus Cahya sudah di dalam pelukan hangat Bima. "Aku mau fokus kerja buat nabung biaya kuliah. Kamu sabar ya." Bisik Bima, setelah mendekatkan bibir di telinga Cahya. "Ah... Geli! Cukup tau!" Cahya memekik, menjauhkan tubuh setelah berhasil terlepas dari Bima. "Hujan udah mulai reda. Pulang yuk?" Kalimat Cahya dibalas anggukkan kepala, diikuti oleh langkah kaki kedua remaja menuju sebuah motor yang terparkir di halaman rumah kosong itu. *** Mendung di langit seakan tidak mendukung akan kejadian yang dialami oleh Cahya dan Bima pada siang ini. Cuaca yang jarang terjadi di musim panas. Bunyi petir menambah suasana mencekam di antara mereka berdua. Petir-petir saling bersautan, tidak ada yang mengalah satu sama lain. Hujan mengalah karena derai air mata lebih dulu meluncur dari pelupuk sang gadis yang mengenakan seragam putih abu-abu. Laki-laki di depannya menunduk lemah, tak berdaya. Dia memilih memutar waktu dan tidak melakukan hal itu. Hal yang membuat kehidupannya runtuh untuk selamanya. Cahya mengusap kedua pipi, menghapus air mata dan tidak membiarkan wajahnya digenangi air. Kenyataan, dia terus menangis tanpa henti. Kabar duka ia dapatkan beberapa menit yang lalu setelah merasa tidak enak badan. Alat yang belum sepantasnya dimiliki, sudah mendekam di dalam ransel setelah mengetahui sesuatu yang janggal. Tubuh Cahya naik turun, menahan tangis. Suara isak tangis gagal disembunyikan, namun berhasil didengar oleh Bima saja. Pada akhirnya, Bima berusaha sekuat tenaga mengeluarkan suara. Suara yang akan mengeluarkan kalimat keputusan demi kebaikan mereka berdua. Lantas, dia menegakkan tubuh dan memajukan langkah agar lebih dekat dengan sang kekasih. Biasanya Bima langsung menghapus air mata Cahya dikala menangis. Kecuali hari ini, Bima lebih bersikap dingin dan tidak memiliki belas kasihan pada Cahya. Keegoisannya akan terlihat sebentar lagi, saat memutuskan sesuatu untuk dirinya dan Cahya. "Kamu yakin sama apa yang kamu bilang tadi? Itu udah pasti bener belum?" Lagi, Bima mempertanyakan akan keraguan yang terbesit dalam pikiran. Sebelum memutuskan sesuatu, dia masih menanyakan hal itu lagi, kedua kalinya. Padahal sebelum mereka mengobrol di tempat ini, wajah bahagia terpancar dari raut wajah Bima. Tidak untuk Cahya, yang sudah memasang raut tegang tanpa senyum. Satu kalimat yang keluar dari mulut Cahya membuat Bima diam mematung tanpa kata. "Kenapa kamu berubah? Sikapmu enggak kayak biasanya, kamu jadi cuek?" Sahut Cahya sambil sesenggukan. "Jawab pertanyaanku tadi? Kamu udah yakin atau cuma bohong?" Bima tak menghiraukan ucapan Cahya barusan. Dia fokus pada kalimat yang ia lontarkan pada Cahya karena belum terjawab. "Aku beneran hamil. Gimana kalau kita ke dokter kandungan sekarang?" Cahya sejenak melupakan segala rasa yang menyatu dalam dada, memberanikan diri bersikap tegas agar Bima percaya oleh keadaannya sekarang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
102.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook