MTTE - DUA

1526 Words
Gita hendak berjalan meninggalkan gedung kantor, tepukan di pundaknya membuat Gita terkejut dan berbalik. "Ariel?" Gita mengukir senyum di bibirnya. "Kamu mau pulang?" "Iya nih, udah sore, kan, kamu bagaimana?" "Aku juga." "Ohh gitu, ya udah aku duluan ya?" "Nggak sekalian ikut sama aku saja? Kebetulan kan kita searah," tanya Ariel menunjuk mobilnya. "Hem? Aku nggak mungkin ngerepotin kamu terus, udah cukup lah sama traktiran kamu Riel, makasih banget, apalagi kamu bakal ke rumah malam nanti, ngajarin aku", ujar Gita. "Ahh kamu kayak orang asing aja, aku ini atasan kamu, aku senang jika salah satu karyawanku lancar berbahasa asing, apalagi kamu tahu kan? Kamu selalu menemaniku Meeting", ujar Ariel mengelus rambut Gita membuat Gita terpesona, sudah sangat lama Gita tidak pernah merasakan elusan di kepalanya. Gita menganggukkan kepala dan merasakan wajahnya memerah padam. "Ayo, aku antar pulang", ajak Ariel. "Baiklah, makasih ya sebelumnya" "Hmm, kembali kasih", ujar Ariel membuka pintu mobilnya untuk Gita. "Ehh.. Lampir", Gita berbalik melihat Leon yang sedang berdiri cool dengan kedua tangan ia masukkan ke saku celana. "Apa?", tanya Gita kesal. "Lo ikut gue." "Ngapain gue ikut lo?" "Lo lupa? Kesepakatan kita?" "Kesepakatan? Gue udah bosen ya jadi kacung lo" "Lo ...." Leon melihat Ariel sedang melihatnya. "Apa? Udahh deh ya.. gue males berantem", ujar Gita hendak masuk ke mobil tapi Leon menariknya. "Maaf ya pak Ariel, saya ada urusan sama lampir ini, jadi lain kali saja mengantarnya pulang", ujar Leon. "Apaan sih, Badrun? Jangan kacau donk," ujar Gita berusaha melepas genggaman tangan Leon yang begitu kuat, semakin Gita berusaha melepasnya semakin kuat genggaman tangan Leon. "Sepertinya Gita tidak ingin ikut anda, Pak Leon," ujar Ariel. Leon menarik Gita menjauh dari Ariel yang masih menatap mereka. "Maafin aku ya, Riel, aku akan menghubungimu," ujar Gita berbalik melihat Ariel yang masih berdiri di dekat mobilnya. Leon memasukkan Gita ke mobilnya Dan membantu Gita memakai sabuk pengaman, Gita keheranan melihat sikap Leon yang tiba-tiba saja perduli padanya. Leon melajukan mobilnya meninggalkan gedung kantor. "Apaan sih lo? Lo mau bawa gue kemana sih? Lo ya.. ga pernah rela melihat gue seneng", ujar Gita nyosor. "Ngapain sih, Leon? Mending turunin gue deh, lo ga pernah suka kan gue naik ke mobil lo ini? Ngapain sekarang lo maksa gue masuk?", tanya Gita yang masih nyosor tanpa di perdulikan Leon yang masih fokus mengemudikan mobilnya. "Lo ngomong napa sih? Lo jangan cuekin gue donk", ujar Gita. "Lo diem ya, gue lagi bawa mobil nih" "Gimana gue bisa diam, gue ga tahu lo mau bawa gue kemana" "Yang terpenting gue ga bakal bunuh lo" "Siapa tahu kan? Lo emang mau ngebunuh gue, lo kan benci banget sama gue" "Benci? Ga usah banyak ngomong deh" "Ishh.." "Lo ada hubungan apa sama Ariel?", Tanya Leon "Penting ya memberitahu lo? "Ga penting juga sih, gue hanya penasaran aja", ujar Leon. "Kalau emang ga penting ngapain nanya sih" "Ya udah kalau ga mau jawab" "Lebih baik katakan aja deh, lo ada urusan apa sama gue? Lo kan tadi bilang kalau lo ada urusan sama gue, mending katakan saja deh" "Penting ya, berurusan sama lo?" "Kalau emang ga ada ngapain lo nyuruh gue ikut lo?" "Haha.. gue refleks aja sih" kekeh Leon. "Refleks? Haha lo emang ya ga pernah ngehargain gue", ujar Gita kesal. Beberapa menit kemudian Leon memasukkan mobilnya ke pelataran parkir rumah, Gita keheranan karena Leon bersikap seperti seseorang yang sangat susah ia tebak. Leon keluar dari mobilnya dan meninggalkan Gita yang masih berada di dalam mobil. "Dasar brengsek.. kampret emang ya, sikapnya itu benar-benar membuat gue muak", gumam Gita lalu keluar dari mobil Leon dan membanting pintu mobil begitu keras. Gita masuk ke rumah dengan bibir yang manyun, hari yang benar melelahkan, di saat ia harus di antarkan Ariel, malah Leon langsung membawanya pergi sampai di rumah pun tak ada basa basi. Sungguh.. Gita ga menginginkan ini. "Lo kenapa lagi sih Git?", tanya Luvina yang sejak tadi melihat kekesalan sahabatnya. "Vin, gue pengen pindah aja deh dari sini" "Eii.. lo kok tiba-tiba ngomong gitu sih?", tanya Luvina. "Gue bosen banget selalunya berantem sama si Badrun itu", ujar Gita menghela nafas panjang. "Ya ampun Git, gue udah berapa kali sih ngomongnya? Leon kan emang gitu orangnya, kamu kayak baru kenal dia aja" "Tapi mau sampai kapanpun juga Leon ga akan berubah, Vin..gue minta tolong banget sama lo, bantu gue ngomong sama Fahri, gue pengen pindah dari rumah ini, gue ga kepengen bergantung terus dengan kalian, gue pengen banget hidup mandiri", ujar Gita menggenggam tangan Luvina "Tapi Git, Mas Fahri mana setuju lo pindah, mas Fahri itu selalu mengatakan bahwa lo itu tanggung jawabnya dia, jadi ga mungkin dia membiarkan lo sendirian di luar sana" "Sumpah vin, gue kepengen pindah dan mandiri, gue ga mau ngerepotin kalian mulu" "Ngerepotin gimana? Di ruamh ini banyak kamar kosong Git, jadi abggap saja kamu lagi hidup mandiri", ujar Luvina. "Tapi Vin, gue_" "Kalau emang lo mau pindah dari sini, lo bisa mengatakannya langsung sama mas Fahri, gue ga berani Git, lo kan tahu mas Fahri ga bakal setuju kalau lo pindah karena ini permintaan lo yang selalu ia tolak, jadi gue minta lo ngomong langsung ke dia ya!", ujar Luvina memeluk pundak Gita. "Ayoolah Vin.." "Kalau ini hanya karena Leon, semua bisa di bicarakan baik-baik kan? Ga musti pindah", ujar Luvina Gita menghela nafas panjang lalu berjalan meninggalkan Luvina. Gita masuk ke kamarnya dan melihat di bawah sana Leon sedang duduk, membuat Gita memicingkan mata. "Apa yang sedang di lakukan brengsek itu sih?", gumam Gita memperhatikan Leon dari jauh. **** Gita memperhatikan Ariel yang sedang menjelaskan padanya, memberikan penjelasan tentang berbahasa informal dan formal, Gita sesekali tersenyum karena melihat keseriusan Ariel menjelaskan padanya tentang perbedaan kosakata. Suara deheman membuat Gita dan Ariel berbalik, siapa lagi yang akan mengganggunya jika bukan Leon. "Hai Ariel", sapa Leon. "Haaa? Ariel?", tanya Gita. "Emang gue harus manggil apaan?" "Ya hargai Ariel donk, dia kan atasan gue", ujar Gita. "Tapi bukan atasan gue" "Lanjutkan aja Riel, ga usah perduliin dia", ujar Gita. "Aduh, lo kok repot-repot sih Riel?" "Maksudnya?" "Maaf ya sepertinya kita seumuran jadi ga apa kan gue manggil nama aja dan berbicara santai sama lo?", tanya Leon.. "Iya ga apa-apa" "Ngapain ladenin dia sih Riel?", ujar Gita. "Hmm? Ga apa-apa, lagian Leon kan juga rekan kerja kita", ujar Ariel. "Kamu bijaksana ya Riel, aku kagum sama sosok kamu, jika saja semua pria sepertimu, dunia pasti akan lebih damai", ujar Gita yang sengaja menyinggung Leon. "Lo nyinggung gue?" "Apaan sih Badrun? Gue mau belajar ya, lo sana ih.. pergi deh", ujar Gita menjulurkan lidahnya. "Maaf ya Riel, aku jadi banyak bicara", ujar Gita. "Iya ga apa-apa kok, bagaimana? Kita lanjutkan?", tanya Ariel yang ikut tak memperdulikan Leon.Leon membaca sebuah majalah yang di simpan pelayan di laci nakas. Leon membacanya berpura-pura tidak perduli pada keakraban Gita dan Ariel. suara tawa Leon pecah membuat Gita dan Ariel terkejut mendengarnya. "Ga usah perduliin dia, Riel", ujar Gita kembali fokus pada pelajaran yang di berikan Ariel padanya.Hahahahahah... tawa Leon lagi-lagi pecah membuat Gita geram karena Leon sudah pasti sengaja mengacaukan pelajarannya. "Lo apa-apaan sih? Ganggu amat" "Siapa juga yang lagi gangguin lo? Gue kan lagi baca" "Ishh.. tempat kan banyak, kenapa harus disini?" "Ya suka-suka gue donk, mau duduk dan baca dimana" "Ga usah perduliin dia Riel, kita lanjutin aja ya?", ujar Gita. "Tapi Git, sepertinya aku lebih baik pulang saja, aku akan mengajarimu di kantor nanti, soalnya udah malem juga", ujar Ariel. "Tapi Riel_" "Ga apa-apa kok, aku pulang saja ya, sampaikan salamku pada pak Fahri dan nyonya", ujar Ariel. "Baiklah, makasih ya Riel, dan maafkan aku banget karena udah_", perkataan Gita terhenti ketika Ariel mengacak ngacak rambutnya. Leon melihatnya lalu memonyongkan bibirnya. "Aku ga apa-apa kok Git, jangan merasa bersalah seperti itu", ujar Ariel. "Baiklah, aku akan mengantarmu kedepan" ujar Gita lalu berjalan berdampingan dengan Ariel, Gita berbalik dan menjulurkan lidahnya pada Leon yang sedang menatapnya. Di menit kemudian, sepeninggalan Ariel, Gita menghampiri Leon. Gita benar-benar hilang kesabaran. "Lo apaan sih? Apa sekarang lo udah puas mengacaukan pelajaran gue?", Tanya Gita berdiri tepat di depan Leon yang masih duduk di sofa. "Maksud lo apaan sih? Lo ngerasa banget ya gue gangguin" "Jika lo emang ga ada maksud gangguin gue, ngapain harus berada di dekat gue sih? Jika lo emang mau baca majalah ini, kenapa ga di tempat lain aja? Dan gue tahu banget lo emang sengaja tertawa nyaring, dan lo pikir gue bego? Apa yang lucu dari majalah ini? Ini majalah Fashion bukan novel komedi", ujar Gita. "Gue kan udah bilang sama lo, suka-suka gue mau duduk dan baca dimana" "Udah ya Badrun, gue males banget debat sama orang yang egois kayak lo", ujar Gita. "Yang ngajakin debat siapa sih? Gue ga ngajakin lo debat deh, lo yang ngehampirin gue dan mengira gue gangguin lo, emang kenapa musti di perpanjang? Apa lo marah gue gangguin pacaran?" "Apa? Pacaran? Jadi lo mengira gue sama Ariel itu pacaran?" "Gue ga perduli deh lo mau pacaran atau enggak", ujar Leon berjalan meninggalkan Gita. "Kenapa jadi dia yang marah sih? Ya Allah.. si Badrun itu benar- benar nguras emosi banget", gumam Gita kesal.. ******Bersambung.Happy and enjoy reading! Aku terima semua saran kalian. Jangan lupa voted and comment ya. Trims. Salam cintaku Irhen Dirga❣️***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD