Matahari kembali bersinar di pagi yang cerah itu. Bunyi-bunyi sisa air hujan yang datang subuh tadi masih sedikit terdengar meski sinar matahari sudah hampir menyelimuti setiap titik di muka bumi.
Pagi itu, Queenie kembali bersiap-siap dengan gaun selutut yang mempertontonkan kaki mulusnya itu.
Sebenarnya Stefan sering kali memerintahkan Queenie untuk memakai celana panjang atau paling tidak pakaian yang panjangnya mencapai betis, tapi Queenie selalu menolak dengan alasan gaya pakaian seperti itu sangat kuno dan tidak modern. Belum lagi Queenie selalu terlihat seperti ingin menggoda pria, membuat Papanya terkadang merasa stres karena putrinya ini bertingkah demikian. Tentu saja Stefan takut sesuatu yang buruk menimpa gadisnya, oleh karena itu dia meminta ketiga putranya untuk selalu mengawasi Queenie.
Seperti janjinya kemarin dengan Christian, pria itu akan menjemputnya di kafe seberang kampus dan setelah itu mereka akan pergi jalan-jalan. Semalam Christian mengiriminya pesan m***m. Pria itu berkata kalau ranjangnya begitu dingin dan dia mau Queenie berada di sana untuk membuatnya hangat. Jangan lagi tanya bagaimana merahnya telinga Queenie setelah membaca isi pesan itu.
Semalam Queenie juga berteleponan dengan Mia dan menanyakan mengenai seks yang disenangi pria. Mia—sahabat sialannya— malah mengirim video porno kepada Queenie. Sungguh gila perempuan satu itu, tapi Queenie agak berterima kasih. Dia sedikit punya ilmu dari video menjijikkan yang semalam terpaksa dia tonton.
Queenie tidak bohong, dia sempat muntah tadi malam hanya karena menonton video sialan itu. Queenie takut kalau dia akan muntah lagi di depan wajah Christian. Oh Tuhan, dia ingin mati saja.
Gadis itu keluar kamar setelah selesai bersiap-siap. Dia menuruni tangga dengan cepat karena ada rasa tidak sabar di dalam hatinya. Kaki mulus itu melangkah ke arah ruang makan, tapi seketika Queenie merasakan lututnya lemas.
Ya ampun? Christian kenapa bisa di sini?!
Sangat tidak diduga karena dia malah melihat Christian yang telah duduk santai di kursi makan sambil sesekali mengobrol singkat dengan Papa atau Mamanya yang juga ada di sana. Pria itu sangat profesional, dia bertingkah seperti seorang Profesor paling berpendidikan bahkan dengan santai menjelaskan kalau Minggu ini dia sibuk di area kampus.
"Ah, Queen! Akhirnya kau turun juga. Sini, sayang."
Suara Alaina membuat Queenie mati kutu. Dia sempat melirik Christian yang tampak biasa-biasa saja sambil menyesap kopi yang disiapkan untuknya. Namun, yang membuat berbeda adalah tatapan pria itu. Mata biru Christian seperti ingin menelanjangi Queenie di rumahnya sendiri!
Dengan langkah berat dia mendekati meja makan. Queenie duduk di seberang Christian dengan sangat canggung dan kebingungan.
"Profesor mu kebetulan datang kemari karena ingin berbicara dengan Papamu, Queen. Kau sekalian saja pergi dengannya, kan tujuan kalian sama," Jelas Alaina setelah melihat raut kebingungan putrinya. Queenie sempat ingin menolak, tapi lagi-lagi tatapan Christian membuat nyalinya menciut.
Dia memakan sarapannya dengan sangat tidak bernafsu karena rasa takut akan ketahuan. Kenapa pula tiba-tiba pria ini datang dan ikut sarapan dengan mereka? Bukannya menunggu di kafe seperti janji mereka sebelumnya.
"Kau ada kelas pagi kan, Nona Anderson?"
"Eh? Uhm... I-Iya, Profesor."
Queenie menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap. Papa dan Mamanya tampak begitu asyik saat berbincang dengan Christian, tapi hal itu malah semakin membuat Queenie takut.
"Tidak apa kan kalau kau pergi dengan Christian pagi ini, Queen? Papa juga sedang tidak enak badan untuk mengantarmu, dan kedua kakakmu sudah lebih dulu pergi," Tanya Stefan. Queenie mengangguk kaku dan memaksakan senyumannya.
"Aku akan menjemputnya setiap pagi, Paman Stefan. Hitung-hitung sebagai rasa terima kasih ku karena Paman dan Aunty sudah begitu baik padaku," Christian menambahkan. Ini seperti kesempatan emas untuknya dan tentu saja Christian tidak akan melewatkannya.
"Oh, kau baik sekali, Christian. Tapi maaf karena Queenie sering bangun kesiangan. Apa kau tidak masalah dengan itu?" Balas Alaina.
"Mama!" Queenie mendesis kepada Mamanya karena merasa malu. Alaina hanya terkekeh melihat reaksi putrinya ini. Semoga saja melalui ini, Queenie bisa bangun lebih pagi dari biasanya.
"Tidak apa-apa, Aunty. Aku bisa mengerti kalau perempuan punya waktu lebih untuk bersiap-siap," Lihat itu... Elegan sekali gaya berbicaranya. Queenie terkadang iri karena Christian selalu terlihat santai di segala kondisi. Berbeda dengan dirinya yang tidak bisa mengontrol emosinya sendiri.
Setelah sarapan, Queenie pun berpamitan dengan Mama dan Papanya. Dia masuk ke dalam mobil Christian dan berharap kalau mereka bisa secepatnya pergi dari rumah.
Beberapa detik kemudian, mobil pun bergerak menjauhi mobil dan Queenie pun bisa bernapas lega. Dia menoleh ke arah Christian dengan perasaan kesal.
"Kenapa kau ke rumah? Bukankah kita akan bertemu di kafe?"
"Memangnya kenapa? Aku tidak mau melewatkan satu detik saja untuk bersamamu."
Semakin merah lah pipi Queenie mendengar gaya bicara Christian yang begitu menggodanya. Queenie memegang pipinya yang terasa panas, bisa-bisanya Christian berbicara seperti itu.
Christian melirik Queenie sekilas dan menyadari kalau ujung gaun gadis itu tersingkap, membuat pahanya menjadi tontonan gratis. Pria itu berdeham lalu ditariknya pelan kerah kemeja yang terasa mencekik itu. Pusat tubuhnya terasa sakit dan kencang hanya karena melihat paha Queenie yang sangat bersih tanpa kecacatan.
"Sampai kapan kau mau membantah, little girl?"
"Hum? Maksudnya?"
"Sudah berapa kali ku bilang kalau kau mesti berpakaian sopan," Desisnya setengah tidak suka. Queenie memerhatikan dirinya lalu menyadari kalau pahanya terlihat. Dengan gerakan cepat dia menutup kembali ujung gaunnya, tapi gerakan tangan Queenie kalah cepat dengan telapak tangan Christian yang lebih dulu mendarat di atas kulit pahanya.
"Tapi jangan ditutup. Sudah terlanjur," Geramnya. Ia mengusap paha Queenie bahkan sesekali meremasnya perlahan, tapi tetap saja menimbulkan erangan kecil dari bibir seksi Queenie. Akibatnya, Christian semakin merasa sesak. Tangan kirinya mencengkram kemudi mobil cukup kuat karena menahan gairah yang sudah lama tidak disalurkan.
"Da-Daddy..."
Telapak tangan Christian merayap ke bagian terdalam sampai akhirnya dia menyentuh celana dalam yang dikenakan Queenie. Dengan gerakan refleks Queenie merapatkan kedua pahanya. Dia cukup terkejut karena jari tangan Christian tidak sengaja menyentuh bagian sensitifnya.
"Buka paha mu lebar-lebar."
"Tapi aku-"
"Ini perintah."
Dengan jantung yang berdebar Queenie akhirnya memberanikan diri untuk membuka kakinya sedikit demi sedikit. Wajahnya sudah begitu tegang dengan deru napas yang tidak beraturan lagi. Christian masih menatap fokus ke jalanan yang tidak terlalu ramai, tapi tangannya bergerak lincah di atas paha Queenie.
"A-Apa yang ingin kau lakukan?!" Queenie tersentak saat Christian mengusap kewanitaannya dari luar celana dalam. Gadis itu terhenyak ke belakang dengan jeritan kecil yang keluar dari bibirnya. Ia secara spontan kembali merapatkan kedua pahanya, akan tetapi hal itu malah membuat tangan Christian malah semakin terjepit di antara pahanya. Queenie bergerak tidak nyaman karena usapan itu menimbulkan rasa lain pada pusat tubuhnya. Queenie memegang lengan keras Christian dan terus merintih.
"Lebarkan lagi, sayang. Aku janji akan membuatmu merasa nikmat."
Dengan patuh Queenie melebarkan kakinya lagi. Christian menyampingkan celana dalam Queenie lalu tangannya kembali bergerak untuk mengusap secara abstrak kewanitaan Queenie yang sudah basah akan cairannya sendiri.
"Chris! Astaga... Emmhh, aku tidak mengerti!"
Christian mencengkram kemudi mobil dengan kesal, dia sangat bernafsu saat ini. Mendengar rintihan dan permohonan gadis itu membuat ia ingin meledak saja. Pria itu semakin gencar mengusap dan menggoda inti tubuh Queenie sampai akhirnya dia merasakan tubuh Queenie bergetar sempurna dengan cairan cinta yang keluar dari dalam tubuhnya.
"Ahh! A-Aku ingin buang air kecil!"
"Lakukan, sayang. Aku ingin merasakan mu!"
Dengan cepat Christian menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dia menoleh ke samping dan memerhatikan wajah Queenie yang sudah begitu memerah dengan posisi tubuh yang sangat seksi. Christian tidak bisa menahan dirinya lagi, dia melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya lalu dia memutar tubuhnya sedikit ke kanan. Pria itu mendekatkan wajahnya ke depan pusat tubuh Queenie lalu dengan cepat bibirnya mencecap bagian sensitif gadis itu. Queenie kembali tersentak ke belakang karena Christian tiba-tiba menjilat kewanitaannya.
"Christian! Ahh, Ja-Jangan!"
Tubuhnya bergetar sempurna ketika lidah Christian menjentik benda kecil di dalam pusat tubuhnya. Oh Tuhan, dia baru pertama kali melakukan ini dengan seorang pria dan ternyata ucapan Mia memang benar, seks adalah kenikmatan dunia yang tidak boleh dilewatkan.
...
Queenie berdecak senang begitu mereka sampai di pusat perbelanjaan setelah melewati sesi panas di dalam mobil. Meski dia masih merasa malu dan canggung, sebisa mungkin Queenie bersikap seperti biasanya.
Dia tanpa ragu bergelayut di lengan kanan Christian sembari menunjuk beberapa tas-tas mahal yang baru saja dirilis tahun ini. Meski sebenarnya Queenie tidak ingin membeli barang-barang itu, tapi ternyata Christian sangat murah hati. Dia bahkan membiarkan Queenie memilih salah satu tas yang dia inginkan.
TBC
A/N : Hai lagi