CHAPTER 23

1285 Words
Queenie tengah merapikan pakaiannya di pagi itu. Dia akan kembali berkuliah setelah satu Minggu dirinya bolos demi bisa menginap di apartemen pria asing yang kini menjadi kekasihnya itu. Queenie tahu kalau Christian pasti hanya iseng saja menjadikannya sebagai pacar, tapi terserahlah. Queenie tetap akan mempertahankan hubungannya. Dia sibuk merapikan rambutnya dan berdecak kesal karena tidak menemukan gaya rambut yang cocok untuknya. Cklek! "Queenie... Kau belum siap juga? Ini hampir jam 9, Cherry." Gadis itu menekukkan bibirnya. Dia menatap pantulan Elliot dari kaca di hadapannya,"Kak, rapikan rambutku." Elliot menghela napasnya karena lelah lalu dia masuk ke dalam kamar adiknya kemudian melangkah mendekati Queenie yang duduk di kursi meja rias. "Mau ku kepang?" Tanya Elliot. "Apakah nanti bagus? Aku tidak mau terlihat seperti anak sekolahan," Jawab Queenie. Sejak masa sekolah, Elliot sering mengepangi rambut Queenie dan gadis itu selalu suka dengan sentuhan tangan Elliot yang berjiwa seni. Jika bukan dengan Mamanya, maka Queenie akan meminta bantuan pada Elliot. "Kak Elliot, aku minta maaf soal kemarin. Aku tidak bermaksud-" "Tidak apa-apa. Aku mengerti," Potongnya sambil serius membentuk rambut panjang Queenie. "Kau punya pacar, Queen?" "Eh? Ti-Tidak kok, Kak," Jawabnya setengah gugup. Elliot sangatlah peka, jadi Queenie harus berhati-hati jika sedang berbicara dengan Kakaknya. "Baguslah kalau kau tidak punya pacar. Cepat melapor kepada ku jika seseorang mengganggu mu, oke?" Elliot mengecup puncak kepala adiknya dengan sayang setelah ia selesai mengepang rambut Queenie. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum senang. Perhatian Elliot selalu membuat dia merasa terlindungi setiap saat. "Jadi Kakak yang akan mengantarku?" Tanya Queenie saat mereka berdua tengah menuruni tangga. "Iya, Maxime telah pergi jam 7 tadi, jadi aku yang akan mengantar." Di dapur, Queenie melihat Papa dan Mamanya tampak sibuk berbincang-bincang sambil sarapan. Ada Elea dan Ethan juga yang sedang menikmati sarapannya dalam diam. "Selamat pagi, Pa, Ma," Queenie mengecup pipi kedua orangtuanya lalu dia pun duduk di sebelah Ethan. Queenie mengambil bacon dan telur mata sapi yang telah disiapkan. Hari ini dia akan bertemu dengan Christian karena memang kelasnya terjadwal di hari ini. Queenie tidak tahu bagaimana dirinya akan bersikap nanti karena bagaimana pun juga, Christian adalah Profesornya dan dia dituntut untuk selalu profesional dalam menjalani perannya itu. Astaga... Rasanya Queenie tidak ingin belajar saja. "Pulang jam berapa hari ini, Queen?" Tanya Stefan. Pria itu sedikit heran saat melihat putrinya yang senyum-senyum sendiri. "Ehm, sepertinya sore. Aku mau ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas susulan," Ucap Queenie. Dia jujur kali ini, ada beberapa tugas yang terlambat dia kerjakan karena dirinya bolos selama satu Minggu. Queenie ingin fokus dengan mengerjakan tugasnya di perpustakaan saja. "Pulang sendirian atau dengan Mia?" Tanyanya lagi. "Sendirian, Pa. Aku tidak mau merepotkan Mia," Jawab Queenie. Ayolah, dia sudah dewasa. Queenie tidak mau terus-menerus bergantung pada orang lain. Parahnya lagi, keluarganya selalu menganggap dia seperti anak kecil yang membutuhkan pertolongan. "Kalau begitu biar Kakak mu saja yang jemput, oke? Jangan pulang sendirian, berbahaya." Benar, kan? Queenie sudah bisa menebak kalau akhirnya Papanya ingin dia selalu ditemani setiap saat. Memang terkadang menyebalkan karena hidup seperti dikekang, tapi Queenie tidak menyangkal kalau dia memang butuh perlindungan setelah apa yang menimpanya beberapa Minggu lalu. Jika saja Queenie tidak bertemu Christian di malam di mana Adam hendak memperkosanya, tamatlah riwayatnya. Dia tidak akan pernah bersinar seperti dulu. Tapi apa bedanya saat bersama Christian? Tiba-tiba Queenie terbatuk-batuk setelah memikirkan kejadian seminggu itu. Dia dengan cepat meminum air putih dan mengatur napas dengan benar. "Astaga, makan dengan pelan, Nona rakus. Tidak ada yang akan merebut makanan mu," Alaina mengusap punggung putrinya untuk membantu Queenie. Kenapa pula tiba-tiba gadis ini tersedak? "Ihh, Mama! Aku hanya tersedak karena-" Queenie langsung menutup mulutnya yang hampir saja menyebutkan nama Profesor Douglas. Jika tadi Queenie kelepasan, dia bisa terkena masalah. Untung saja mulut sialannya ini bisa terkontrol dengan baik. "Karena ingat banyak tugas," Lanjutnya kemudian. Alaina hanya menggeleng kecil melihat kelakuan putrinya ini. Queenie terkadang bisa menjadi sangat membingungkan baginya. "Bentuk rambutmu cantik, sayang. Kau yang membentuknya sendiri?" Tanya Alaina sambil memotong makanannya. "Kak Elliot membantuku, Ma. Dia yang mengepang rambutku," Jawab Queenie dengan satu cengiran kudanya. "Aku anggap itu sebagai kata terima kasih," Sahut Elliot sambil tersenyum kepada adiknya. Setelah selesai sarapan, Elliot dan Queenie langsung masuk ke dalam mobil untuk segera mengantar gadis itu ke kampus. Queenie semakin gugup karena pagi ini merupakan kelas Profesor Douglas. Entah bagaimana dia akan bersikap di depan pria itu. "Sial, Queen... Jalanan macet hari ini," Gumam Elliot sambil sesekali berdecak melihat banyaknya mobil yang memenuhi jalanan kota. Tidak biasanya Seattle terkena macet, pasti ada sesuatu di depan sana yang membuat jalanan macet. "Apa?! Astaga, bagaimana ini Kak?! Kelas pagi akan dimulai 10 menit lagi. Kalau telat, aku bisa dihukum!" "Mau bagaimana lagi? Kau pikir mobil kita bisa terbang?" Tanya Elliot. Queenie memasrahkan segalanya kepada Tuhan. Sekarang mereka terjebak macet dan sudah bisa dipastikan kalau dirinya benar-benar akan datang terlambat ke kelasnya Christian. Pria itu sangat profesional ketika sedang bekerja, dia tidak akan memandang siapa pun dan kedudukannya. Queenie yakin kalau setelah ini, dia akan diberikan tugas kuliah yang sangat sulit karena telah datang terlambat atau lebih buruknya lagi, Queenie tidak boleh masuk ke dalam kelas. Sialan! Queenie juga ingat perkataan Tommy soal Christian yang merupakan pria kasar dan tidak menyukai sesuatu yang membuatnya kesal. Apakah nanti pria itu akan menghukumnya karena terlambat? Apa Christian akan menyakitinya seperti yang dikatakan oleh Tommy? Sial, ini menakutkan. Namun, Queenie tidak boleh berpikir seperti itu. Dia yakin Christian tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Setelah lewat 30 menit oleh kemacetan panjang itu, akhirnya mobil pun sampai di kampus. Queenie menghela napas lega karena akhirnya dia bisa sampai di kampus. Paling tidak dia hanya telat kurang dari setengah jam. Mana mungkin Christian akan marah begitu saja, kan? Setelah berpamitan dengan Elliot, Queenie lantas berlari menuju kelasnya dan berharap kalau tidak ada hal gila lainnya yang akan membuat harinya kian memburuk. Dia tidak punya waktu untuk mengasihani diri sendiri karena kebodohannya. "Jadi sistem ekonomi-" Cklek! Suara Christian yang sedang menjelaskan materi tiba-tiba terhenti ketika mendengar pintu kelas terbuka. Semua mata tertuju kepada Queenie yang berdiri dengan keringat di dahi akibat dia berlari menuju kelas. Gadis itu tersenyum tidak enak lalu dia dengan cepat duduk di sebuah meja yang terletak di paling depan. Sebuah keberuntungan karena meja itu kosong. Christian sedikit berdeham lalu dia melepas kacamata beningnya. Pria itu melipat tangannya di depan d**a lalu menatap tajam ke arah Queenie. Gadis itu merasa seperti ditelanjangi oleh tatapan Christian dan membuatnya duduk tidak nyaman. "Kau telat satu jam, Nona Anderson." Queenie membulatkan matanya lalu melirik jam tangannya yang belum menunjukkan pukul 10. Tidak, dia tidak telat. Mana mungkin, kan? "Anda bercanda, Profesor? Aku hanya telat setengah jam," Jawab Queenie agak kesal. Murid lain meringis menatapnya, Queenie cukup berani juga dengan menentang Christian. "Oh, ya? Itu artinya kau tidak memerhatikan informasi. Dolores, apa kau menyampaikan informasi kalau kelas ku dimulai jam setengah sembilan?" Dolores duduk tegang lalu menganggukkan kepalanya,"I-Iya, Profesor. Aku sudah mengabarkan teman-teman lewat grup kelas." Queenie dengan segera mengecek ponselnya dan berdecak kesal karena memang ada pesan yang tidak dia baca. Sialannya! Dia mempermalukan diri sendiri di depan semua orang. "Maafkan aku, Profesor Douglas. Aku janji tidak akan aku ulangi lagi," Cicitnya kemudian. Dia tersenyum malu karena menyadari betapa bodoh dirinya saat ini. Setelah ini, Christian pasti akan langsung memberi nilai minus padanya. Selama pria itu mengajar, Queenie tidak pernah bisa fokus. Dia sesekali mengipas wajahnya yang kepanasan padahal pendingin ruangan sudah menyala. Sesekali Queenie kebingungan dengan penjelasan pria itu, tapi tidak berani bertanya. Dia menggigit penanya karena berusaha untuk fokus, tapi Queenie tetap tak bisa melakukan itu. Christian masih bersikap profesional. Meski ia mengumpat di dalam hati begitu melihat tingkah Queenie yang sedang menggigit penanya itu. Entah kenapa Christian merasa b*******h hanya karena Queenie yang sedang menggigit pena sambil berpura-pura fokus. Dia benar-benar terangsang melihat gadis itu. Ditambah, Queenie mengepang rambutnya dan membuat leher putih itu terpampang jelas di mata biru Christian. Gadis ini pasti sedang merayunya dan berharap untuk disentuh. Sungguh gadis penggoda! TBC A/N : Hai hai Semoga tetap suka dengan kisahnya :)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD