Nayanika menurunkan tangan, yang sedang menggenggam ponsel dengan sebuah tegukan saliva juga. Dia diam termenung dan memikirkan kembali, apa yang Meisya katakan padanya tadi. Bukan takut ancaman, karena dia sudah sangat jujur dan memang hanya demi ibunya, bisa sampai melakukan komunikasi yang cukup intens bersama dengan suami sahabatnya itu. Tetapi, yang ia takutkan, Meisya malah jadi menghalang-halangi, saat pengobatan akan dilakukan oleh suaminya itu, terhadap ibunya yang padahal sudah mengalami kemajuan. Bagaimana nanti, kalau Meisya larang suaminya untuk datang ke sini?? Bagaimana dengan proses penyembuhan ibunya, kalau Meisya bukannya mendukung, malah dengan sengaja menghasut suaminya agar berhenti?? Nayanika duduk di sofa dan kini tengah mengusap-usap wajahnya sendiri, ditengah ket