13. Berita Membahagiakan

2060 Words
Author’s POV Bagas membereskan buku-buku yang ada di meja kerjanya. Sebentar lagi pembagian raport, jadi Bagas harus merekap nilai untuk kemudian disetorkan pada wali kelas. “Wah istrimu membintangi iklan baru ya Gas?” Tanya Rendy, guru olahraga kelas sepuluh. Bagas tersentak dan pandangannya menyasar ke televisi. Bagas shock melihat Derra menjadi bintang iklan produk shampoo. Rupanya Derra benar-benar menerima tawaran iklan itu tanpa meminta persetuannya terlebih dahulu. “Cantik banget istrinya pak Bagas.” Tukas Andhira, rekan sesama guru. Bagas hanya mengulas senyum. Rasanya dia ingin menemui Derra saat ini juga dan membicarakan masalah ini. Bagas kecewa karena Derra tetap nekat menerima tawaran itu meski dia tak mengizinkan. ****** Jam empat sore Bagas sudah tiba di rumah. Derra belum pulang. Hari ini menjadi bintang tamu di acara memasak. Bagas harap Derra pulang lebih awal, jadi dia bisa membicarakan semuanya saat hari beranjak malam. Bagas kadang kesulitan mencari waktu untuk bisa benar-benar berbincang serius dengan Derra, dari hati ke hati, karena kesibukan Derra yang seringkali membuatnya pulang malam. Bagas mengecek tanaman bonsai sawonya yang sudah mulai berbuah. Tanaman yang sudah berbuah harganya bisa naik berkali lipat dibanding yang belum berbuah. Bagas semakin ulet menjalankan bisnis sampingannya karena omsetnya cukup besar. Dia harap, keinginan Derra untuk segera pindah ke rumah yang lebih besar dapat segera terwujud. Pukul lima sore, suara deru mobil terdengar sampai ke dalam. Derra mengucap salam dan dijawab Bagas dengan seulas senyum. Tentu dia tak akan langsung membicarakan soal ini. Dia akan memberi Derra waktu untuk istirahat terlebih dahulu. “Mas tadi aku beli lauk di rumah makan langganan, jadi malam ini tak perlu masak.” Derra mengeluarkan dua box berisi ikan bandeng dan lalapan. Dia tahu suaminya begitu menyukai ikan bandeng. “Makasih Der.” Balas Bagas singkat. “Derra mandi dulu ya mas.” Derra mengecup pipi suaminya dan melangkah menuju kamar mandi. Suasana makan malam kali ini terasa lebih senyap. Bagas lebih banyak diam dan menghindari kontak mata dengan Derra. Derra merasakan ada yang berbeda dengan suaminya. Bagas bingung bagaimana harus memulai pembicaraan, dia takut Derra akan kembali tersinggung dan dia tak ingin ada percekcokan lagi antara dirinya dengan Derra. Tapi dia harus membicarakan semua ini. “Derra...” “Ya mas.” Derra menegkuk segelas air putih. “Tadi siang mas lihat iklan shampoo di tv. Mas kaget, ternyata Derra menerima tawaran itu. Mas cuma pingin tahu, kenapa Derra menyembunyikan ini dari mas?” Bagas bicara selembut mungkin, takut Derra akan menerimanya dengan emosi. Derra membisu untuk sesaat. Dia sadar benar sikapnya salah. “Derra minta maaf mas. Derra tahu Derra salah. Derra nggak ngasih tahu mas Bagas karena Derra yakin mas Bagas nggak bakal kasih izin.” Jawab Derra menunduk, tak berani menatap suaminya. “Mas Bagas nggak mau marah ama Derra. Mas juga capek kalau kita bertengkar gara-gara perbedaan prinsip dan pola pikir. Cuma mas juga sadar benar, mas punya kewajiban untuk membimbing Derra dan mengingatkan Derra. Jauh dalam hati mas, mas masih berharap Derra segera berhijab dan iklan shampoo ini jangan dijadikan penghalang. Kalau memang mereka melarang Derra berhijab dan saat nanti Derra berhijab, iklan distop penayangannya dan mereka meminta Derra membayar denda, mas siap membayar dendanya.” Derra terdiam, tak tahu harus membalas apa. “Udah jangan dipikirin Der. Lanjutin aja makannya. Mas cuma nyampein unek-unek mas aja. Mas nggak akan maksa Derra untuk menuruti nasihat mas.” Bagas mengulas senyum dan mengelus punggung tangan Derra yang bertumpu di atas meja. Derra masih tercenung. Ia tahu benar muslimah wajib menutup auratnya. Jika ia menyangkal nasehat Bagas, sama saja dia menyangkal aturan yang sudah jelas tertulis di Al-Qur’an. “Der..” Bagas mengamati ekspresi wajah Derra yang terlihat datar dan cenderung muram. “Ya mas.” Balas Derra singkat. “Derra marah ya?” Derra menggeleng, “nggak mas. Apa yang mas Bagas bilang bener kok. Derra masih butuh waktu untuk benar-benar total berhijab mas.” Bagas mengangguk, “ya, mas nggak akan maksa. Gimanapun juga keinginan berhijab itu harus datang dari hati kamu sendiri, bukan karena paksaan orang lain.” Bagas melukis senyum sekali lagi. Setelah makan malam selesai, Bagas membereskan piring dan menyucinya. Derra memerhatikan cara Bagas menyuci. Suaminya seringkali berinisiatif mengerjakan pekerjaan rumahtangga. “Biar aku yang nyuci aja mas.” Ucap Derra. “Nggak usah. Biar mas aja. Kamu istirahat aja. Tadi kan syuting ampe sore, pasti capek kan?” Balas Bagas masih dengan gerakan terampil tangannya yang membilas piring. Derra berdiri di dekat tirai lalu menyibaknya sedikit. Di berpikir kembali tentang perbincangannya dengan Bagas saat makan malam tadi. Rasanya Derra semakin tak tenang. Teringat perkataan Giandra bahwa ridho suami itu sangat penting. Jangankan untuk urusan pekerjaan, berpuasa sunnah yang notabene urusan ibadah pun harus meminta izin suami juga. Dia penasaran juga kenapa untuk berpuasa sunah saja harus minta izin suami, padahal puasa sunnah niatnya untuk beribadah kan? Tiba-tiba Derra terkejut ketika merasakan dua tangan Bagas melingkar di pinggangnya. Bagas mengecup pundak Derra dan menjalar hingga ke leher, terakhir berhenti di pipi Derra. Derra meremang, merasakan tubuhnya mulai panas setiap kali Bagas menyentuh dan mengecupnya begitu romantis. Bagas semakin mengeratkan tangannya dan kembali menciumi pipi istrinya. Derra memalingkan wajahnya agar bisa menatap wajah Bagas. Suaminya menyandarkan dagunya di pundak Derra. Sejenak mata mereka beradu. Tanpa banyak bicara bibir mereka saling berpagut seakan mengalirkan kerinduan yang mendalam setelah percekcokan kemarin. “Mas..” “Ya sayang.” “Ada yang ingin aku tanyakan.” Bagas melepaskan pelukannya lalu berjalan menuju ranjang. “Sambil selonjoran di kasur ya Der, biar enak ngobrolnya.” Derra mengangguk dan duduk di sebelah Bagas. “Begini mas. Waktu Derra pergi ke rumah kak Gian, Derra ngobrol banyak ama dia. Sepertinya makin ke sini, kak Gian makin mirip kamu aja Bagas. Cara berpikirnya lebih dewasa dan religius. Mungkin karena pengaruh kak Keyra juga. Kak Gian banyak ngasih aku nasehat.” Bagas menatap Derra serius, “berarti aku harus berterimakasih dengan kak Gian ya karena berkat nasehatnya, kamu akhirnya mau menurunkan ego dan amarahmu dan kita berbaikan lagi.” Derra tersenyum, “ya kata-kata Kak Gian mempengaruhi cara berpikirku. Dia bilang ketika istri mengambil pekerjaan tertentu, harus minta izin suaminya. Sama halnya ketika akan keluar rumah dan puasa sunnah. Yang bikin Derra bertanya-tanya kenapa puasa sunnah harus minta izin suami segala? Puasa sunah ibadah yang sangat baik kan?” Bagas mengulas senyum, “jawabannya sederhana kok Der. Namanya menunaikan hak suami itu kan kewajiban. Menjalankan sesuatu yang wajib tentu lebih didahulukan dibanding yang sunnah kan? Puasa sunnah tanpa izin suami itu tidak diperbolehkan karena suami punya hak untuk bersenang-senang dengan istrinya. Bahasa simplenya...” Bagas mendekatkan wajahnya pada Derra dan berbisik pelan, “minta bobo bareng”. Derra meremang dan mata mereka kembali bertatapan. Bagas melanjutkan kata-katanya, “makanya harus izin dulu soalnya siapa tahu suaminya lagi punya hasrat yang harus dipenuhi.” Derra mengangguk. “Kalau nggak salah bunyi haditsnya gini Der, tidak halal bagi seorang istri berpuasa sementara suaminya ada bersamanya kecuali dengan izinnya, hadits riwayat Bukhori Muslim.” Derra mengangguk sekali lagi, “kedudukan suami istimewa sekali ya mas. Buktinya haknya ini adalah kewajiban untuk istri dan bahkan harus diutamakan. Padahal kan istri juga memiliki hak untuk beribadah sunnah.” “Ya sayang, tapi hak suami lebih didahulukan daripada hak istri. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 228, ada penggalan kalimat seperti ini, “akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dibanding istrinya”. Maksudnya satu tingkat kelebihan tentang hak.” Derra menatap Bagas serius, “kedudukan suami itu begitu istimewa ya?” Bagas mengangguk, “ya bahkan Rasulullah bersabda seandainya aku dibolehkan memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain maka pasti aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya, Hadits riwayat Muslim.” Bagas menangkap ekspresi wajah Derra yang seolah masih menyimpan sejuta tanya, “tapi syarat dan ketentuan berlaku kan? Artinya suaminya haruslah saumi yang taat dan mengajak pada kebaikan. Terus istimewanya istri apa donk? Kesannya istri yang apa-apa harus nurut suami. Seolah-olah suami bisa semana-mena gitu ama istri.” Bagas tersenyum sekali lagi,”coba deh Derra baca terjemahan surat An-Nisa ayat 34.” Derra meraih smartphonenya dan mencari terjemah surat An-Nisa ayat 34, lalu ia membacanya runtun, “kamu laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagiaan yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu kahawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” “Coba deh Derra perhatikan kalimat, kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan. Suami juga tak boleh semena-mena pada istri. Tak boleh meembahas hal-hal yang lalu, mencari aib yang jika dibahas akan mendatangkan lebih banyak mudharatnya. Namanya istri itu harus dipenuhi hak dan kebutuhannya, disayang, dibimbing.” Derra memutar matanya, “tapi tadi ada kalimat soal pukullah mereka, itu kenapa boleh memukul?” Bagas menghela napas sejenak, “kayaknya mas mesti jelasin lebih detail nih. Kita mulai dari awal ya. Pertama tentang kelebihan laki-laki di atas perempuan. Kelebihan yang dimaksud ini misalnya kayak wali nikah, itu khusus untuk laki-laki, kenabian dan kerasulan juga khusus bagi laki-laki, ada ibadah khusus juga bagi laki-laki seperti jihad dan sholat Jumat. Lalu dalam hal akal, kesabaran dan kekuatan juga laki-laki memiliki kelebihan ini. Lalu maksud kata nusyuz itu artinya meninggalkan kewajiban, pembangkangan, misal keluar rumah tanpa izin suami. Cara agar istri berhenti dari nusyuz itu pertama adalah dengan menasehati. Jika menasehati nggak mempan baru dipisahkan dari tempat tidur. Jadi bertahap Der. Kalau pisah ranjang masih belum mempan, barulah dipukul. Nah ini penting Der, dipukul di sini jangan dibayangkan kayak pegulat lagi pada duel ya Der, tapi sekedar pukulan yang tidak melukai, tidak keras dan tidak meninggalkan bekas hanya untuk memberi pelajaran. Kalau satu cara udah berhasil, misal dinasehati udah berhasil, ya jangan pakai cara berikutnya.” Derra manggut-manggut tanda ia memahami penjelasan Bagas. “Tugas suami itu nggak mudah Der. Karena itu jangan lagi persulit suami untuk melaksanakan kewajibannya dalam membimbing istrinya.” Tatapan Bagas begitu tajam, tak lupa mengulas senyum. Derra terdiam. Tentu dia tak mau menjadi istri yang nusyuz. Tiba-tiba Bagas menarik tangan Derra hingga tubuh Derra menindih tubuh suaminya. Jarak mereka begitu dekat. Hembusan napas keduanya terasa saling menyapu wajah masing-masing. “Der, istri punya kewajiban untuk memenuhi hak suami.” Bagas mengedipkan mata. Derra tersenyum, “kalau Derra nggak mau gimana?” Ledek Derra membuat Bagas semakin gemas. “Mas bakal maksa kamu.” Bagas membalikkan tubuh istrinya, hingga posisi mereka bertukar. Derra di bawah dan tubuh Bagas menindihnya dengan tetap menyisakan celah untuk memudahkan Derra bernapas. “Kalau Derra nggak mau dipaksa?” Ledek Derra lagi. “Haisss... Derra jual mahal nih, biasanya juga minta nambah.” Wajah Derra memerah dan tawa pun pecah. Namun tawa itu tak berlangsung lama karena dengan sigap, Bagas melumat bibir istrinya dengan ciuman yang membabi buta. ****** Hari ini Bagas pulang lebih awal karena ada acara pembagian raport. Sebelum pulang, Bagas mengecek pesan WA. Hanya ada satu pesan dari Andra yang meminta mereka ketemuan. Kata Andra, Laras akan datang ke Jakarta, mengantar salah satu siswanya lomba. Dia meminta bantuan Bagas dan Derra untuk menjadi perantara pertemuannya dan Laras. Bagas tersenyum, ia tak menyangka Andra mungkin telah melakukan serangkaian pendekatan pada Laras, sampai dia tahu bahwa Laras akan datang ke Jakarta. Setelah membuka WA, iseng Bagas membuka instagramnya. Matanya terbelalak saat membaca berita di akun gosip. Putuskan berhijab, Derra Azalia memutuskan kontraknya dengan shampoo Natural dan dikenakan denda milyaran rupiah. Rasanya Bagas tak percaya, Derra akhirnya memutuskan kontrak itu. Mungkin Derra sengaja tak memberi tahu Bagas karena ingin memberikan surprise. Rasanya Bagas ingin menemui Derra saat ini juga dan memeluknya erat. Apalagi dalam judul artikel itu, disebutkan Derra memutuskan untuk berhijab. Hal pertama yang terlintas di benak Bagas adalah dia ingin menelpon Derra saat ini juga. Derra mencoba menelpon tapi tak ada yang mengangkat. Dia pun mengirim pesan WA untuk Derra. Der, apa judul di akun gosip i********: yang manyatakan kamu ingin berhijab dan memutuskan kontrakmu dengan shampoo Natural benar adanya? Belum ada balasan. Bagas segera berjalan menuju area parkir. Dia berencana mampir ke kios bunga dan memberikan sebuket bunga untuk istrinya. ******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD