Sejumput rasa kecewa membanjiri Kenan. Namun, apakah ia bisa memaksa Anindira untuk bisa memaafkannya? Ketidakmungkinan itu tampak nyata di depan mata. Kenan membawa Anindira duduk di sofa di sudut ruangan. Tubuh Anindira yang sedikit gemetaran dengan jelas mengungkapkan kesedihannya. Sungguh, ia tidak ingin membuat Anindira berada dalam situasi seperti itu. Namun, perasaan lega akan pengampunan itu masih ia harapkan. Kenan memberi Anindira segelas air putih untuk menenangkannya. “Kau sudah banyak menangis. Kau butuh minum, Nindi.” Anindira menatap Kenan sesaat sebelum ia meraih gelas dari tangan pria itu. Perasaan yang lama bersemayam di hatinya tidak bisa dipungkiri perlahan kembali bangkit. Namun, ia harus menekan semua rasa yang meronta. Ia bukan lagi gadis belia yang akan mudah terg