Tubuh Fira terdorong hingga menyentuh dinding ruangan, sempat dia memejamkan netranya, dan salah satu tangannya refleks memegang perut datarnya seperti ingin melindungi kandungannya, bukankah dia berniat ingin menggugurkan kandungannya, harusnya biarkan saja. Kelopak mata Fira mulai mengerjap-ngerjap dan tampaklah wajah Brata yang begitu garang pas sekali di depan wajahnya, tanpa jarak pemisah di antara mereka berdua. Sesaat Fira menelan salivanya dengan kasar, dan berusaha membalas tatapan pria tersebut dengan membuang rasa takutnya, dia bukan wanita yang dulu selalu menundukkan wajahnya ketika Brata memarahinya. Sementara itu juga tubuhnya sudah dikungkung oleh Brata tanpa celah, hingga wanita itu tak leluasa untuk bergerak. Apa maksudnya Brata seperti itu! Hanya Brata yang tahu. “Apa