Terdesak

1394 Words

POV Kelvin Tak terhindarkan, gue berperang dengan keraguan di dalam diri gue. Telepon, enggak. Telepon, enggak. Telepon, enggak. Tapi akhirnya gue hanya menghela napas panjang. Akhirnya gue memutuskan untuk menghubungi Mas Anton pagi harinya saja. Ya, memangnya gue punya pilihan lain? Gue duduk di pojokan, memeluk lutut gue. Gue benamkan kepala gue ke lutut. Gue berusaha untuk memejamkan mata gue. Tapi gagal. Akhirnya gue mencoba untuk pasrah, sabar menunggu sampai pagi datang. Dan akhirnya pagi benar-benar menyapa. Gue menegarkan hati gue untuk menghubungi Mas Anton. Tentu saja dengan meminjam telepon yang disediakan di kantor Polisi. Telepon genggam gue kan ditahan, kelihatannya untuk sementara waktu. Ya gue nggak bisa protes juga. Mas Anton nggak menunda waktu,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD