POV Rheinatta Aku meletakkan telepon selulerku ke samping. Pikiranku terasa amat penat. Sudah tak ada niat bagiku untuk melanjutkan menelusuri lebih lanjut segala informasi yang terpampang di sana. Dan bukan hanya informasi sebetulnya, tetapi juga pesan teks singkat dari Bang Rusli. Diam-diam aku menyesal. Tak tercegah, aku merasakan adanya keanehan. Belum-belum, aku merasa sudah tersisih dan terasing begini. Rasa terkucil yang terlalu cepat datangnya, melampaui perkiraanku semula. Jauh di luar yang pernah aku bayangkan. Ada yang bergolak di benakku. Dua rasa yang saling bertentangan. Di satu sisi hatiku, merasa kesepian dan ditinggalkan. Tetapi di sisi hatiku yang lain, merasa ini adalah jawaban dari harapan yang pernah aku tebarkan dengan nekad terbang ke Jepang dan tinggal b