Meski HD Medical Supplies baru membuka kantor cabangnya di Indonesia, perusahaan keluarga Milda itu sudah memiliki dua client tetap utama yang sudah tanda tangan kontrak untuk kerja sama bahkan sebelum kantor benar-benar beroperasi dengan normal.
Dan dua client itu adalah dua rumah sakit terbesar dan juga terbaik di Indonesia. Tentu saja salah satunya adalah rumah sakit milik mendiang kakeknya sendiri yaitu RS Hadi Medica.
HD Medical Supplies menyewa dua lantai kantor di salah satu gedung pencakar langit di daerah Sudirman sebagai kantor operasional mereka. Sedangkan warehouse mereka lokasinya ada di pinggiran kota.
Saat ini, total karyawan mereka di warehouse dan kantor baru lima puluhan orang. Dan juga HD Medical Supplies masih aktif membuka proses recruitment mereka untuk beberapa waktu ke depan.
Secara teknis, Milda sebenarnya menempati posisi sebagai Business Development Manager di kantor pusat mereka di Sydney, tetapi di Jakarta, Milda menempati posisi tertinggi sebagai kepala cabang di sana dibantu Abifian yang menjadi wakilnya.
Abifian Ranendra sendiri baru berusia dua puluh delapan tahun saat ini. Abifian adalah adik tingkat Milda di kampus. Mereka kebetulan kenal saat pesta perkumpulan mahasiswa Indonesia di kampus mereka diadakan dan saat itu sebenarnya Milda sudah menyelesaikan kuliahnya dan datang sebagai alumni. Dan meski terpaut usia cukup jauh, keduanya ternyata cocok berteman hingga kemudian Abifian melamar magang di perusahaan keluarga Milda.
Setelah lulus pun, Abifian kembali ke HD Medical Supplies untuk melamar kerja hingga akhirnya secara tidak langsung menjadi karyawan kepercayaan Bram. Karena itu juga, Abifian dan Milda jadi banyak menghabiskan waktu bersama dan saling mengenal lebih dekat satu sama lain hingga tidak heran lagi jika semua orang yang mengenal mereka mengira keduanya berkencan.
Abifian sendiri tidak mengelak jika orang-orang bertanya apa mereka memiliki hubungan istimewa. Lelaki itu akan dengan sangat percaya dirinya mengatakan bahwa dirinya memang menaruh hati pada Milda. Sayangnya, sampai detik ini, Milda tidak pernah menanggapi serius pernyataan Abifian tersebut.
Bukan karena Milda tidak suka. Kalau tidak suka, Milda tidak mungkin membiarkan Abifian ada di sekelilingnya bertahun-tahun lamanya. Tetapi suka itu tidak cukup kuat untuk seorang Milda membiarkan dirinya berada di sebuah hubungan.
Milda lebih suka kebebasan. Tidak terikat dalam hubungan apapun membuatnya juga lebih bisa fokus dan memiliki waktu untuk dirinya sendiri lebih banyak. Dan Milda bahagia.
Milda pun sudah mengatakan hal tersebut pada Abifian, bahkan secara gamblang menegaskan jika lebih baik Abifian mencari yang lebih pasti. Karena to be honest, lelaki itu terlalu menarik untuk disia-siakan. Ada banyak perempuan rela mengantri untuk lelaki itu.
Tentu saja ada saat di mana Abifian mencoba dekat atau dating dengan perempuan lain karena Milda yang tidak kunjung menerima perasaannya, tetapi pada akhirnya Abifian tidak akan benar-benar bisa menyukai perempuan lain selain Milda. Sebut saja Abifian adalah lelaki yang too good to be true, Milda bahkan tidak tahu mengapa perempuan sepertinya bisa disukai hingga seperti itu oleh lelaki semenarik Abifian.
Kembali ke urusan kantor. Meski Abifian memiliki perasaan kepada Milda, tetapi untuk urusan pekerjaan lelaki itu benar-benar memiliki sikap profesional yang patut diacuingi jempol. Hal itu juga yang mungkin membuat Bram menjadikan lelaki itu pegawai kepercayaannya.
Bahkan ketika Milda mengajukan dirinya untuk memegang perusahaan cabang di Indonesia, Bram sendiri yang memilih Abifian untuk membantu Milda di sana.
“Knock...knock!”
Milda yang sedang fokus kepada layar komputer di hadapannya melirik ke arah pintu yang sudah terbuka dan menunjukkan kepala Abifian yang menyembul dari baliknya. “Kenapa, Bi?” tanya Milda sambil kembali mengalihkan tatapannya ke layar komputer.
“Bu Boss, udah waktunya makan siang, udahan dulu kali kerjanya.”
“Masa?” Milda lalu mengintip ke jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan terkejut karena tidak sadar jam sudah menunjukkan hampir setengah satu siang. “Ya ampun, bisa-bisanya nggak kerasa.”
Abifian pun akhirnya memasuki ruangan kerja Milda dan menghampiri perempuan itu untuk duduk di hadapannya. “Lagi baca apa memang sampai nggak sadar jam makan siang?” tanya Abifian penasaran.
“Lagi review CV sama portfolio yang lolos interview kemarin.”
Abifian menggeleng tidak habis pikir. “Mil, Mil. Kemarin kamu ngerjain kerjaan finance, kemarinnya lagi kerjaan anak IT. Sekarang kamu ngerjain kerjaannya HR.”
“Bukan gitu!” Milda berseru tidak terima. “Tapi aku mau mastiin aja HRDnya nggak asal-asalan recruit karena aku udah ngeburu-buru mereka.”
“Iya Bu Boss, yaudah kalau gitu ayo kita makan dulu.” Abifian masih mencoba membujuk Milda karena perempuan itu masih saja fokus kepada layar komputernya meski tahu kini sudah waktunya makan siang. “Put your trust in them, HRD kita juga kan bukan yang kita asal-asalan pilihnya. Jadi aku yakin, mereka juga nggak akan asal. Mereka tahu standar perusahaan kita gimana.”
Milda mengangguk. Mungkin karena sistem kerja saat di Sydney dan di Jakarta cukup berbeda membuat Milda sedikit kesulitan beradaptasi. Ada banyak hal yang harus Milda sesuaikan dengan cara kerja orang Indonesia dengan orang-orang Australia yang bekerja di perusahaan keluarganya di Sydney.
Dan untungnya ada Abifian yang selalu bisa menjadi pengarah jalan ketika Milda mulai kebingungan dan tersesat.
“Makan burger, ya? Lagi pingin flip burger.”
“Bener-bener deh, seminggu full ini kamu ngajaknya makan junk food terus. Bisa hilang ini six pack aku.”
Milda lalu menusuk asal salah satu otot di perut Abifian dari balik kemeja yang lelaki itu gunakan. “Nah, it’s still there,” goda Milda sambil tertawa jahil begitu mereka masuk ke dalam lift diiringi tatapan-tatapan tidak heran lagi oleh pegawai mereka.
Abifian balas tersenyum, tetapi kali-kali ini ada semu malu dari senyumnya. “Of course, soalnya kamu bilang kamu suka sixpack aku.”
Milda hanya bisa memutar matanya malas jika Abifian sudah menggodanya. Tetapi tentu saja bukan karena terganggu. Itu memang cara mereka bercanda satu sama lain dan kata-kata Abifian tadi pun tidak sepenuhnya salah. Milda memang menyukai otot-otot di perut Abifian tersebut.