Juna Hari ini aku dan Abil baru selesai fitting baju dan segala perlengkapan resepsi pernikahan. Empat hari lagi, pernikahan kami akan segera diresmikan. Sebenarnya kalau aku bisa minta, aku ingin pernikahan kami dipercepat. Jujur saja, jarak yang Abil ciptakan menyiksaku lahir juga batin. Akan tetapi, apa boleh buat, aku sudah menyanggupi permintaannya. Aku paham benar dengan permintaan Abil yang memang masuk akal. Karena bagaimanapun juga, kami tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. “Makasih Pak,” ucap Abil malam itu ketika aku baru saja mengantarkannya pulang. Abil tersenyum lebar menunjukkan giginya yang berderet rapi. “Jangan lupa istirahat.” Abil mengangguk. “Iya.” “Masuk, gih!” “Saya masuknya nunggu Pak Juna pergi.