bc

Istri Kontrak CEO Arogan 2

book_age18+
362
FOLLOW
3.9K
READ
contract marriage
HE
arrogant
boss
sweet
bxg
office/work place
assistant
like
intro-logo
Blurb

Sekuel, Istri Kontrak CEO Arogan

Baca novel pertamanya dulu agar lebih mengerti ceritanya.

"Aku sudah menunggu lima tahun untuk kembali memilikimu istriku," bisik Melvin sambil memojokan Azura ke dinding. Seringai menyeramkan tersungging di bibirnya.

Setelah lima tahun menjalani pengobatan di Luar Negeri, Azura kembali diganggu oleh laki-laki bernama Melvin yang terus mengaku sebagai suaminya. Tapi seorang anak? Kenapa tiba-tiba ada seorang anak juga yang memanggilnya Ibu? Benarkah dia anaknya atau ini hanya akal-akalan Melvin untuk menjeratnya dalam pernikahan palsu yang selama ini dia sebutkan itu? Azura di buat bingung, tapi dia juga tidak bisa sepenuhnya percaya begitu saja dengan kehadiran anak kecil itu. Apalagi ada Fernandes yang lebih dulu Azura Percaya.

Siapakah yang bisa Azura Percaya? Fernandes yang selama ini baik padanya atau Melvin yang terus mengaku sebagai suaminya dengan menghadirkan anak kecil itu?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Lelaki Aneh Yang Mengaku Suami
“Azura, aku di sini.” Seorang lelaki melambaikan tangan pada Azura yang baru saja keluar dari pintu kedatangan, Azura tersenyum dan mendatangi lelaki itu dengan segera. Sudah lama dia tidak melihat lelaki itu dan kini dia bisa bertemu dengannya setelah dia memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya. “Gila makin cantik!” Fernandes memeluk Azura dengan erat setelah sekian lama tidak bertemu. “Apaan sih? Kenapa ikut jemput? Padahal aku sudah menolaknya. Ibuku mana?” “Sombong sekali Anda, bagaimanapun kita berteman. Tante sedang membeli air minum, kita tunggu saja di sana.” Fernandes membantu Azura membawa kopernya. Azura kini mengikuti Fernandes menuju tempat parkir, peristiwa lima tahun lalu membuat Azura kehilangan semua ingatannya. Azura tidak mengingat kehidupannya di masa lalu, dia menjalani pengobatan dalam waktu yang lama di temani oleh ibu dan ayahnya, setelah semua membaik mereka kembali ke tanah air dan membiarkan Azura melakukan hal yang dia inginkan di negara itu. “Ayo masuk aku akan mengantar—” “Itu ibu.” Azura memotong ucapan Fernandes lalu berlari menghampiri ibunya. Fernandes ikut tersenyum melihat Azura yang berbahagia, Fernandes berjalan menghampiri mereka dan ikut bergabung. Kebahagiaan itu terlihat sangat nyata, sudah lama sekali Fernandes tidak melihat Azura tersenyum begitu tulus. Azura mungkin terlihat bahagia ketika di luar negeri, tetapi tatapan matanya kosong ada banyak hal yang tidak pernah bisa dia ingat lagi. Mungkin ini kesempatan yang bagus bagi Fernandes untuk mendekati Azura, tetapi sampai saat ini Azura tidak pernah membuka hati untuknya, Azura selalu saja menganggapnya sebagai teman. “Nak Fernandes maaf merepotkan,” ujar Cintya selaku ibu Azura. “Tidak masalah, Tante. Lagi pula aku senang bisa ikut menyambut kedatangan Azura,” ujar Fernandes. “Mari kita pulang!” Azura bersorak dengan riang. Ponsel Fernandes berdering, panggilan dari kakeknya adalah hal yang tidak bisa dia lewatkan. Suara kakeknya terlihat marah, dia tidak berani menolak ketika kakeknya meminta dirinya untuk segera pulang. Fernandes meminta maaf, dia tidak bisa mengantarkan mereka untuk pulang karena dia harus segera menemui kakeknya yang kini membutuhkannya. “Maaf, aku harus kembali karena ada masalah.” “Tak apa, lagi pula aku bisa pulang dengan orang tuaku.” Azura melambaikan tangannya ketika Fernandes pergi. Azura kini memeluk ibunya, mereka berjalan menuju tempat parkir dan bergegas untuk pulang. Nando dan Cintya sudah memutuskan untuk membiarkan Azura tinggal di rumah yang sudah Melvin persiapkan sejak awal, rumah itu adalah rumah yang Azura inginkan, rumah yang belum sempat mereka tempati karena kejadian nahas lima tahun yang lalu. “Semua dokumen sudah kamu bawa?” tanya Nando. “Sudah, Yah. Beberapa barang akan datang nanti, aku sengaja kirim karena terlalu repot bawanya,” ujar Azura. Cintya melihat Azura yang terlihat bahagia, sebenarnya sejak awal mereka ingin menceritakan semuanya pada Azura, mengenai masa lalu dan semua hal yang terlewatkan. Nando selalu melarang Cintya, dia tidak ingin kondisi kesehatan Azura kembali memburuk. Mengenai Fernandes yang mendekati Azura mereka juga tidak bisa melarangnya, selama Fernandes tidak menyakiti Azura maka mereka tidak akan melakukan apa pun. Fernandes orang baik dan mereka percaya padanya. “Kamu dekat dengan Fernandes?” tanya Nando. “Ayah tau sendiri, dia hanya teman Azura.” Azura memang pernah bercerita jika dia memiliki teman baru yang memiliki asal negara yang sama dengannya, tetapi Nando tidak pernah menyangka jika Fernandes mulai mendekati Azura ketika semua ingatan Azura hilang. Lelaki itu memulai semuanya dari awal, dia mendekati Azura sebagai teman sampai sekarang. “Sudahlah, Azura lelah! Jangan terus mengintrogasinya.” Cintya menghentikan ucapan suaminya. Cintya tidak peduli, dia hanya ingin anaknya bahagia entah bersama dengan Fernandes ataupun dengan Melvin yang jelas-jelas masih berstatus sebagai suaminya. Walaupun mereka tidak bersama selama lima tahun, setidaknya Melvin tetap memberi nafkah kepada Azura dan dia selalu mencukupi semua yang Azura butuhkan secara diam-diam. “Ibu jangan galak-galak, lihatlah Ayah ketakutan.” *** Pertama kali datang Azura merasa berbeda, Azura merasa sangat menyukai rumah yang akan dia tempati. Azura tidak mengerti kenapa dia bisa menyukai rumah dalam pandangan pertama yang dia tahu dia akan merasa nyaman jika sudah berada di rumah itu dalam waktu yang lama. “Kamu menyukainya?” tanya Cintya. Azura mengangguk, mereka masuk ke dalam dan semakin menyusuri Azura merasa bahagia dengan apa yang dia lihat. Orang tuanya sangat tahu selera Azura, dia sangat berterima kasih karena orang tuanya memberikan rumah sebagus itu. “Ibu akan membantu merapikannya,” ujar Cintya. “Tidak perlu, Bu. Azura akan merapikannya besok, apakah Ibu tidak lelah?” tanya Azura. Cintya menggelengkan kepalanya, melihat putrinya sehat dan kembali bahagia sudah cukup menjadi pelipur laranya. Sudah lama dia hidup jauh dan kini Azura memutuskan kembali ke tanah kelahirannya untuk memulai hidup baru. Cintya tahu itu bukan akhir, melainkan awal dari segala kerumitan yang akan terjadi di hidup Azura. “Azura akan bekerja Senin, masih ada waktu dua hari untuk menyiapkan diri.” “Ayah sudah membelikan mobil, besok Ayah akan mengantarnya.” Azura tersenyum lebar karena Nando sangat tahu apa yang dia butuhkan. “Terima kasih, Yah.” Nando tersenyum, apa yang dia berikan tidak ada bandingannya dengan Melvin. Selama ini, lelaki itu sudah memberikan segalanya dan memenuhi segala hal yang dibutuhkan oleh Azura, terkadang Nando ingin memberi tahu tentang kebenaran itu, tetapi dia menghentikan semuanya karena Azura selalu menolak kenyataan bahwa sebenarnya dia adalah wanita yang sudah memiliki suami dan anak. “Ayah akan pulang dulu, kamu benar-benar tidak ingin ditemani?” tanya Nando. Azura menggelengkan kepalanya, dia hanya ingin berusaha hidup dengan baik. Azura ingin mengawali hidupnya dengan segala hal baru, Azura hanya akan melukis kebahagiaan yang selama ini tidak pernah dia rasakan, hidupnya hampa tanpa mengingat masa lalunya, dia hanya bisa meraba-raba seolah mengingat semuanya. “Hati-hati, Azura akan segera istirahat setelah membersihkan diri.” Azura melambaikan tangannya ketika kedua orang tuanya pulang. Azura langsung masuk ke dalam rumah. Dia begitu lelah dengan penerbangan yang memakan waktu berjam-jam, dia pun memutuskan untuk membersihkan dirinya kemudian beristirahat dengan tenang di kamarnya yang nyaman. *** “Nyonya sudah berada di rumah, Tuan.” Mendengar kabar dari asistennya Melvin mengangguk. Bagaimanapun caranya dia tidak akan membiarkan Azura lepas dari genggamannya. Sudah lama dia bersabar dan kini dia tidak akan membiarkan orang lain mendekati istrinya dengan mudah. “Tuan—” “Apa?” tanya Melvin dingin. “Fernandes ikut menjemput nyonya, sepertinya mereka punya hubungan dekat.” Melvin mengepalkan tangannya ketika dia mendengar laporan dari Regi. “Terus awasi mereka, aku tidak ingin Azura bersama Fernandes!" Melvin sudah tidak bisa menunggu lama, dia akan segera menemui Azura. Melvin tidak peduli dengan respon Azura, dia hanya ingin menjaga apa yang sudah menjadi miliknya, sampai kapan pun dia tidak akan kalah jika bersaing dengan Fernandes. Azura miliknya, dia tidak mengizinkan orang lain untuk menyentuhnya. “Sialan! Kau lancang Fernandes.” *** Azura terbangun, dia segera membersihkan dirinya sebelum memutuskan untuk merapikan barang-barang miliknya. Untung saja barang yang dia bawa tidak begitu banyak, dia bisa merapikan semuanya dengan cepat. Azura menyelesaikan semuanya pukul setengah delapan pagi, cuaca hari ini sangat bagus dan Azura memutuskan untuk keluar rumah mencari sarapan. “Ah ya, semalam aku lihat ada taman di depan komplek sana. Apakah ada penjual makanan atau tidak ya? Ini weekend seharusnya ada sih.” Azura bergumam sendiri sembari mengusap perutnya yang lapar. Azura bergegas mengambil ponsel dan dompetnya. Dia memutuskan untuk pergi ke taman karena ingin mengenal lingkungan tempat dia tinggal. Sudah lama memang dia tidak pulang dan segalanya terasa asing baginya. Terlebih karena ingatannya yang hilang, dia harus berusaha lebih ekstra untuk bertahan dan menjalani hidupnya yang sekarang. Mata Azura berbinar, dia melihat banyak orang berjualan di taman yang ramai. Dia bergegas menyebrang jalan untuk membeli makanan yang dia inginkan, Azura membaca tulisan yang tertempel di setiap warung tenda hingga akhirnya dia memutuskan untuk membeli nasi uduk. Azura sangat penasaran karena banyak orang yang mengantri untuk membeli disana. Setelah menunggu, kini dia mendapatkan makanan yang dia pesan, sudah lama Azura tidak merasakan makanan lokal, dia merasa senang karena mulai merasakan makanan yang sudah lama tidak bisa dia rasakan. Azura menghabiskan makanannya dengan cepat, dia benar-benar puas dengan makanan itu. Saat Azura hendak melangkah pergi dari taman, tiba-tiba seorang anak kecil memegangi sebelah kakinya. Anak itu menggenggam dengan erat dan tentu saja, itu membuat Azura sangat terkejut. "Maaf, kamu siapa?" Azura berlutut di hadapan anak kecil itu. "Ibu, ini aku ... Alvin." “Maaf, Sayang, apakah kamu tersesat dan kehilangan orang tua kamu?” tanya Azura mencoba sabar. “Tidak! Kamu ibuku,” teriak anak itu tidak mau melepaskan Azura. Azura malu karena banyak orang yang melihatnya, mereka seolah-olah mengatakan Azura bukan ibu yang baik karena ingin meninggalkan anaknya di tempat itu. Azura menggandeng Alvin dan berniat ingin mengajaknya ke tempat satpam terdekat. “Tidak mau! Alvin ingin Ibu!” teriak anak itu semakin keras. Azura semakin dibuat pusing. Terlebih anak itu terus berteriak hingga membuat pandangan orang lain yang melihat kejadian itu semakin sinis menatapnya. "Nak, aku ini bukan ibumu. Ayo lepaskan, aku!" "Tidak, kamu memang Ibuku! Aku tidak mungkin salah orang." Di saat Azura benar-benar tidak tahu harus melakukan apa terhadap anak kecil itu, seorang pria datang menghampirinya. "Ada apa, Azura?" Fernandes yang memang ingin mengajak Azura sarapan pagi datang menghampiri wanita itu. "Heh, untung kamu datang. Ini, aku sama sekali tidak mengenal anak ini, tapi dia malah bilang aku ini ibunya." "Ini pasti ulah Melvin, dia sengaja mau dekatin anak mereka pada Azura," batin Fernandes yang sebenarnya memang sudah tahu siapa anak itu. "Terus gimana ini?" Azura kembali bertanya sabar Fernandes hanya diam setelah mendengar penjelasanya. "Ya, udah, ayo kita antarkan ke pos satpam saja!" "Ibu, aku benar-benar anak Ibu." Alvin kembali berteriak karena anak itu memang tidak ingin dipisahkan dengan Azura. Lelaki yang sejak tadi bersembunyi, kini segera datang menghampiri anaknya. kedatangan Fernandes mengacaukan rencananya. Melvin sudah menduga jika Fernandes tidak akan menyerah mendapatkan Azura, lelaki itu pasti sudah menyiapkan rencana untuk mengambil hati istrinya. “Ayah, Ibu menolakku.” Alvin menangis dan menggenggam tangan ayahnya, Melvin merasa sedih dan marah dalam waktu yang bersamaan. Fernandes sudah jelas tahu bahwa Azura adalah istri Melvin, tetapi dia masih berani mendekati Azura memanfaatkan wanita itu yang kehilangan ingatannya. “Fernandes, apakah kau tidak tahu jika wanita ini sudah bersuami?” tanya Melvin tajam. “Siapa? Wanita siapa yang bersuami?” tanya Azura bingung. “Azura, apakah kau tidak mengingatku? Aku suamimu!” Melvin menarik tangan Azura untuk berada di sisinya. Azura melepas tangan Melvin, dia benar-benar tidak mengenal lelaki itu. Lelaki yang dalam pikirannya sangat gila karena mengaku sebagai suaminya. Tentu saja Azura tidak percaya jika dirinya sudah menikah dan memiliki seorang anak. Walaupun sebelumnya, kedua orang tuanya sudah pernah mengatakan hal itu. “Azura temanku, apakah tidak boleh aku bersamanya?” tanya Fernandes. “Sialan! Apakah kau ingin berdebat denganku sekarang?” tanya Melvin kesal. Azura menutup telinganya, dua lelaki itu membuatnya malu. Mereka bahkan menjadi bahan tontonan pengunjung taman, Azura benar-benar tidak memiliki muka untuk kembali datang ke sana. Azura pun memisahkan mereka, dia tidak ingin sampai ada gosip yang tidak baik, terlebih dia adalah penghuni baru di komplek dekat taman itu. “Sudah! Kalian membuatku malu. Kita bicarakan di rumahku, sekarang juga!” Azura berjalan lebih dulu menuju rumahnya. Dia tidak ingin orang lain semakin membicarakan dan menuduhnya menjadi wanita yang tidak benar karena diperebutkan lelaki. Bagaimana pandangan mereka tidak buruk, satu lelaki datang bersama anak dan mengatakan jika Azura adalah istrinya dan Fernandes seperti selingkuhannya. "Kalian membuatku malu!" Azura kembali membentak di saat wanita itu baru saja masuk ke rumah. Diikuti Melvin dan Fernandes yang tepat menyusul di belakangnya. Sementara Alvin, anak itu diminta menunggu di luar bersama Regi - asistennya. “Azura, aku tidak bermaksud—" “Diam! Aku tidak ingin mendengar kalian berdebat sekarang. Apa alasanmu mengatakan aku istrimu? Apakah kau ada bukti? Bagaimana aku bisa menjadi istrimu, Aku bahkan baru saja pulang setelah lima tahun berada di luar negeri?" tanya Azura berusaha tetap tenang. "Apa pun yang terjadi kamu tetap istriku!" Tatapan Melvin menajam, menunjukkan bahwa pria itu sangat yakin atas perkataannya. “Siapa yang lebih kamu percayai?” tanya Fernandes. “Sialan! Kalian membuatku pusing. Pergi dari rumahku sekarang juga!” Azura mengusir mereka, dia tidak peduli dengan semua perkataan Melvin. Melvin menatap Fernandes dengan tajam, dia tidak akan sudi jika Azura bersama dengan Fernandes, apapun yang terjadi dia tidak akan membiarkan lelaki itu bersama dengan istrinya. Melihat Alvin bersedih, Melvin merasa gagal menjadi seorang ayah yang membesarkan anaknya. “Ayah, bagaimana dengan Ibu?” tanya Alvin yang menunggu di luar bersama Regi. Tak ingin membuat Azura lebih marah, Melvin pun memilih keluar. Menuruti permintaan Azura yang mengusirnya tanpa mau mendengar perkataannya. Di ambang pintu, Melvin menatap tajam ke arah Fernandes. Tatapan yang seolah menunjukan bahwa pria itu tidak akan tinggal diam dengan semua rencana Fernandes. "Ayah, bagaimana dengan ibu?" tanya Alvin saat melihat sang ayah keluar, sementara Fernandes pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa. “Ayah akan lebih berusaha.” Melvin mengusap rambut Alvin, demi kebahagiaan anaknya dia akan membawa Azura kembali kedalam keluarga mereka. Penantian selama lima tahun tidak akan dia sia-siakan begitu saja, segalanya harus dia perjuangkan karena kini bukan hanya dia yang menantikan Azura, tetapi anaknya juga sangat merindukan keberadaan ibunya. Melvin tidak akan menyerah, penolakan Azura tidak akan membuatnya jera untuk kembali datang dan mengambil paksa apa yang menjadi miliknya. “Jika aku tidak bisa membuatmu mengingatku, maka aku akan membuatmu jatuh cinta kedua kalinya padaku.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.1K
bc

My Secret Little Wife

read
94.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook