"Masya Allah ... hijrah, Neng?" Bu Ratna terkagum-kagum, sedang Rinai meringis. Maafin Rinai, Ya Tuhan. Dia menjadikan jilbab sebagai tameng dari tatapan orang-orang, atas apa hal yang tersembunyi di baliknya. Oh, dia merasa berdosa. Tolong jangan menghujatnya. Ini semua gara-gara Om Arsen Dhanandjaya. Pun, jangan tanya kenapa .... "Cantik." Ibu senyam-senyum. Yang Rinai letakkan jus jeruk peras buatannya tadi di meja, untuk Bu Ratna. Tentu saja, buat Om Arsen juga. Pelaku yang membuat Rinai berjilbab hari itu di depan ibu, di dalam rumah, adalah gerangan. Habisnya, jika bukan kerudung, Rinai bingung harus dengan apa lagi dia menyembunyika jejak nakal suami. Terlalu banyak melukis di tempat terbuka, semalam Rinai pasrah-pasrah saja pula, tanpa sempat berpikir bahwa itu bahaya. Malu ka