part 8

1059 Words
Pyar Seketika gelas yang dipegang Hanun bekas siraman yang niatnya untuk Luna jatuh, saat tau siapa yang menjadi penghalang untuk melindungi Luna dari siramannya, yang pastinya bukan Raka yang menolong Luna. Luna sendiri diam mematung, saat dirinya mulai sadar dengan situasi kondisi nya. "Jalan terus lurus dan tanpa menoleh, tunggu aku di mobil," bisik Agam datar tepat ditelinga Luna. Dengan polosnya, Luna melangkah ke depan dan berbelok menuju jalan keluar tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. Sedangkan Hanun sudah gemetaran dan tak sanggup untuk mengatakan apapun. Agam membenarkan jas nya yang sudah terkena minuman anggur ulah Hanun, dan mengibaskan dengan penuh kewibawaannya. Dengan langkah perlahan, Agam mulai membalikkan badannya, dan menatap Hanun dengan tatapan horor. "Kau dalam masalah besar," ucap Agam pelan, namun begitu mengerikan. Agam langsung pergi meninggalkan acara yang bahkan belum saja dimulai. "Apa yang kau lakukan Hanun?," bentak Farhan keras hingga membuat Hanun kaget "Ini semua juga karena kamu Mas!," jawab Hanun dengan nada tak kalah tinggi nya dari Farhan "Apa maksud kamu Hanun?," tanya Farhan geram, harusnya malam ini dirayakan penuh kebahagiaan karena dihadiri oleh orang paling berpengaruh di kotanya, tapi karena ulah istrinya, Farhan harus menerima kekecewaan karena pestanya hancur berantakan, sangat tidak sesuai dengan ekspektasi nya. "Itu tadi perempuan… "Kakak salah paham, dia Luna, orang yang selama ini aku ceritain sama Kakak," ujar Byan cepat sebelum kakak dan kakak iparnya berdebat di depan banyak orang. Hanun yang mendengar penjelasan adiknya langsung membulatkan matanya tidak percaya. "Sudah aku katakan, jauhi semua pikiran kotor mu itu, kalo kamu masih tidak berubah, akan ku pastikan aku akan melakukan apa yang selalu kamu tuduhkan," ujar Farhan tegas dengan memberi ancaman yang langsung membuat Hanun bergetar karena takut, takut jika sampai suaminya melakukan apa yang tadi diucapkan. Farhan pergi begitu saja, dan akhirnya, pesta pun hancur tidak berjalan dengan yang semestinya. Disaat kakak dan kakak ipar Byan beradu mulut, Byan memilih menyendiri karena merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan oleh orang petinggi seperti Agam, Byan sangat penasaran apa hubungan antara Agam dan Luna. Di Dalam mobil, Agam dan Luna masih ditemani oleh kesunyian, tidak ada percakapan atau hanya sebuah pertanyaan dasar di antara mereka, suasana di mobil hening, sampai mobil berhasil masuk ke area parkiran, hotel dimana Luna bekerja. "Tidak perlu pulang, tidur lah disini, ini sudah larut," ujar Agam datar, lalu meninggalkan Luna sendirian "Sudah tau ini sudah larut, ya di anterin lah, dasar muka tembok tidak pekaan," gerutu Luna sambil melangkah menuju kamar yang ditempati untuk bersiap tadi, sambil menghentakkan kakinya ke lantai. Agam yang melihat tingkah Luna dari kejauhan tanpa Luna sadari hanya menggelengkan kepalanya. Setelah Luna sudah membersihkan diri dan juga berpakaian baju tidur yang sudah tersedia, Luna mengirim pesan pada ponsel Hira dan juga Siska dengan teks yang sama, memberi tahu jika dirinya tidak akan pulang. Luna langsung membaringkan tubuhnya di ranjang empuk yang baru saja Luna rasakan selama hidupnya. Keesokan harinya, di rumah Luna, atau lebih tepatnya, di rumah Siska, Siska marah-marah sendiri karena tidak mendapati Luna dirumah, apalagi Siska membaca pesan dari Luna, yang menyatakan jika Luna memang tidak pulang. "Mama kenapa sih?," tanya Hira kesal, sambil mendekat ke arah Siska dengan tangan yang masih sibuk merapikan penampilannya "Hira, kamu tau kalo kakak kamu tidak pulang?," tanya Siska dengan emosi yang meledak-ledak "Siapa yang tidak pulang Tante?," Byan langsung melayangkan sebuah pertanyaan yang membuat Hira dan juga Siska kaget, bukan karena pertanyaan Byan yang membuat keduanya kaget, tapi karena kehadiran Byan lah yang membuat mereka kaget. Hira sudah hafal jam berapa Byan akan datang, biasanya Byan akan datang hampir jam 07 pagi, sedangkan kali ini, Byan datang maju setengah jam dari jam biasanya, entah apa yang membuat Byan datang kerumahnya sepagi ini, padahal dirinya sendiri juga belum sarapan. "Kak Byan tumben pagi?," tanya Hira sambil mendekat ke arah Byan "Ada keperluan penting dengan Luna," jawab Hira yang seketika membuat hatinya nyeri "Tapi kak Luna tidak pulang," ujar Hira lembut "Luna tidak pulang?," tanya Byan yang langsung dijawab anggukan membenarkan oleh Hira "Hira, telepon kakak kamu sekarang, dapat gaji berapa sih sampai harus tidak pulang, sudah kayak perempuan malam saja," ujar Siska yang masih marah dengan ketidak pulangan Luna. Byan yang mendengar ucapan Siska langsung berpikiran buruk tentang Luna "Mama aja yang telepon, aku takut nanti kak Luna marah," ujar Hira yang tidak mau memiliki masalah dengan kakaknya. Padahal yang sebenarnya, Hira sudah membuat masalah pada kakak nya, tapi Hira tidak memikirkan nya. "Dia tidak akan marah Hira, kamu tinggal bilang saja kalau kamu tidak bisa sarapan di sembarang tempat karena alergi kamu," ujar Siska yang masih terus memaksa agar Hira menghubungi Luna . "Hira takut Mah," ujar Hira dengan wajah melasnya "Cepat hubungi kakak kamu, tanyakan dia dimana," kali ini Byan yang angkat bicara, karena Byan melihat, Hira terlihat takut untuk menghubungi Luna "Tapi Kak," ujar Hira dengan menjeda ucapannya "Semua akan baik-baik saja, kakak kamu tidak akan marah, sesuai yang dikatakan mama kamu, kamu percaya sama aku kan?," ujar Byan lembut sambil terus membujuk Hira dengan tatapan lembutnya, dan dengan pelannya, Hira mulai menggerakkan kepalanya mengangguk. Tangan Hira mulai mengambil ponselnya dan men scroll mencari nomor kontak kakaknya. Hira langsung menekan tombol memanggil setelah menemukan nomor kontak Luna. Deringan kesatu hingga keempat, masih tidak ada jawaban, hingga deringan kelima, baru panggilan Hira terjawab. "Hallo!," sapa diseberang yang langsung membuat mata Hira membola. Hira kaget saat mendengar suara pria yang tidak pernah Hira dengar sebelumnya. Hira kembali melihat layar ponselnya, dan meneliti nomor yang Hira panggil, takut Hira salah pencet nomor. Setelah dirasa nomor yang Hira panggil benar, Hira kembali mendekatkan ponselnya ke telinganya. "Bagaimana Hira?," tanya Siska yang melihat tingkah Hira membuatnya jadi heran, apalagi Byan, Byan sendiri langsung hatinya tidak tenang saat melihat reaksi Hira "Diangkat Mah, tapi bukan suara kak Luna," jawab Hira dengan mimik wajah yang sulit diartikan, antara bingung dan juga penasaran "Apa maksud kamu Hira?," tanya Siska sambil merebut ponsel Hira dari tangan Hira langsung, Siska melihat ke layar ponsel Hira sebelum meletakkan telinganya sambil menyalakan loudspeaker . "Halo, kamu dimana Lun?," tanya Siska sambil berusaha tenang "Dia lagi di kamar mandi," ujar seorang pria dengan suara datarnya, membuat ketiga orang yang mendengarnya, langsung saling pandang . Hati Byan langsung mencolos dan terasa sesak saat mendengar suara pria yang berasal dari ponsel Luna "Siapa kau?," tanya Byan yang langsung merebut ponsel Hira dari tangan Siska dengan tidak sopannya "Saya…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD