part 4

1165 Words
"Apa-apaan ini?," tanya Aluna saat melihat Hira tidur di paha Byan, kekasih Aluna yang masih Aluna cintai. "Pelan Kan suaramu Luna, adikmu sedang istirahat," Siska menegur Aluna tegas tanpa memperdulikan perasaan Aluna "Tapi ini tidak benar Mah," ujar Aluna memprotes sikap berlebihan Byan dan juga Hira "Nak Byan, Tante minta tolong antarkan Hira ke kamarnya, Tante khawatir nanti Hira terganggu dengan suara kita disini, kamu pindahin Hira dulu Nak," ujar Siska lembut yang langsung dipatuhi oleh Byan. Byan menggendong Hira dan di bawa ke kamarnya. "Mah, Byan masih pacar aku Mah, kenapa… "Kalo kamu keberatan dengan perlakuan Byan pada adikmu karena status kalian masih pacaran, kenapa tidak putus saja, mama lihat adikmu juga bahagia dan terlihat cocok dengan Byan, Byan sendiri juga terlihat nerima saja." Ujar Siska hingga membuat Aluna menangis "Mama lihat ini sudah jam berapa, ini sudah… "Mama capek Lun, mama capek melihat adikmu menangis karena Hendra, mama lebih tenang saat melihat Byan bersama dengan Hira, mama melihat ada pancaran kebahagiaan dari mata Hira, mama tidak tega kalo harus kembali meredupkan kebahagiaan adikmu, mama mohon sayang, plis jangan rebut kebahagiaan adikmu," ujar Siska dengan air mata yang sudah membasahi wajah nya membuat Aluna tidak tega melihatnya. Aluna mendekat pada Siska, lalu memeluk Siska dengan erat "Tante, Aluna," ujar Byan hingga pelukan mereka terlepas "Mama ingin bicara serius dengan kamu Nak, dan juga kamu Nak Byan, sebelum Nak Byan pulang, ada sesuatu yang ingin Tante minta dengan sangat mohon," ujar Siska yang masih terus menangis "Apa itu Tante?," tanya Byan dengan merubah wajahnya jadi serius "Kalian sudahi saja hubungan kalian. Luna, mama mohon Nak, berkorban lah sedikit untuk kebahagiaan adikmu," ujar Siska dengan wajah sedihnya "kenapa harus putus, kita bisa membantu tetap membahagiakan Hira tanpa kita harus putus Tante," ujar Byan yang tidak terima jika hubungannya dengan Aluna harus berakhir "Nak Byan, Tante mohon, hanya kamu yang bisa membuat Hira bahagia, Hira terlihat sangat bahagia saat bersama kamu Nak, Tante mohon," ujar Siska dengan memohon pada Byan "Tapi aku sangat mencintai Byan Mah," ujar Aluna dengan tangis yang begitu memilukan "Berkorban lah sedikit demi adikmu Nak, kamu bisa mendapatkan yang lebih dari Nak Byan, mau ya" ujar Siska dengan suara yang semakin melemah "Baiklah Tante, demi kebahagiaan Hira," ujar Byan. Aluna langsung mengalihkan pandangannya dan menatap Byan dengan tatapan tidak percaya "Lun kita… Tanpa menunggu Byan selesai bicara, Aluna langsung melepaskan tangan Siska dan berlari ke kamarnya. Byan langsung berdiri dari duduknya ingin mencegah langkah Aluna, namun Siska dengan gerakan cepat menahan tangan Byan dan menenangkan, khawatir Byan akan berubah pikiran. "Biarkan saja Nak, dia butuh sendiri untuk menenangkan diri, kamu langsung pulang saja, ini sudah larut," ujar Siska lembut. Byan pun pulang dengan perasaan campur aduk, bahkan di sepanjang jalan, Byan terus menghubungi Luna, tapi sampai Byan sampai di rumahnya dan masuk kedalam kamarnya, Luna tidak kunjung mengangkat panggilan nya. Sedangkan Luna, Luna masih terus menangis di dalam kamarnya tanpa memperdulikan waktu yang semakin larut. ‘pah Luna capek, Luna capek Pah,’ lirih Luna yang merasa capek dengan semuanya, capek dengan fisiknya, capek dengan batinnya. Aluna baru bisa memejamkan matanya setelah jam 02 dini hari, namun, meski begitu, Aluna tidak sampai bangun kesiangan, Aluna masih bisa bangun pagi dan membuatkan sarapan pagi untuk mama dan juga adiknya. Tepat jam 06:00, Aluna sudah selesai dengan urusan masaknya, Aluna langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap untuk kerja. Setelah di rasa semua sudah beres, Aluna langsung bergegas keluar dari kamarnya dan akan melangsungkan untuk berangkat kerja, namun, langka Aluna dengan terpaksa terhenti saat tak sengaja melewati Byan yang sejak semalam sudah menjadi mantan. Byan mencekal pergelangan tangan Aluna, hingga dengan spontan nya Aluna menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke belakang dimana Byan berada. "Kita butuh bicara Lun, aku… "Semua sudah selesai, aku menghargai perasaan adikku, aku pernah menjadi kekasihmu, dan aku pernah melihatmu berduaan dengan adikku saat kita masih pacaran, jadi aku tau gimana rasanya orang yang kita sayang dekat dengan perempuan lain," ujar Luna tegas dan langsung menghempaskan tangan Byan hingga terlepas. Byan sempat ingin mengejar Luna, tapi Byan urungkan saat Byan mendengar suara Hira. "Kak Byan!," panggil Hira dengan suara cerianya "Sudah siap?," tanya Byan yang langsung dijawab anggukan oleh Hira. Byan pun mulai melangkah menuju mobilnya untuk mengantar Hira. Aluna sempat melihat mobil Byan saat melewati nya tepat di halte dimana dirinya menunggu Bus lewat, tapi dengan segera Aluna mengalihkan pandangannya ke sembarang arah dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Padahal, Luna sudah semalaman menangis, tapi pagi itu, Aluna kembali menangis saat dirinya kembali mengingat masa-masa bersamanya dengan Byan. Luna sangat mencintai Byan, karena Byan tidak pernah mengecewakan dirinya, tidak pernah membohongi dirinya, bahkan apapun yang diinginkan Aluna, pasti Byan turuti. Tapi, entah mengapa, kali ini Byan membuat Luna benar-benar kecewa, bahkan Byan mengambil keputusan tanpa menunggu persetujuan darinya. Lamunan Luna seketika buyar setelah telinganya mendengar bunyi klakson Bus, Aluna langsung melangkah masuk ke dalam bus yang akan membawanya ke tempat kerja. Setelah sampai di tempat kerjanya, Aluna langsung mendapat instruksi dari senior nya, jika hari ini, pemilik hotel tempatnya bekerja akan kedatangan pemiliknya, dan kebetulan selama Luna kerja, Luna belum pernah tau siapa pemilik hotel tempatnya bekerja. Setelah instruksi selesai, Luna dan yang lainnya pun bubar. Saat Luna ingin ke ruang santai khusus para pekerja , tiba-tiba Raka menghampirinya. Yah, sejak satu Minggu Luna bekerja, Luna lebih memilih Raka jadi temannya, karena menurut Luna, hanya Raka yang benar-benar tulus menjadikan dirinya teman. "Lun, mata kamu kenapa?, kayak orang kurang tidur?," tanya Raka dengan nada khawatir nya "Nggak apa-apa kok Ka, tadi malam aku nggak bisa tidur aja," jawab Luna dengan lembutnya "Lagi ada masalah?," tanya Raka seperti orang yang sudah begitu dekat dengan Luna hingga tau dengan kebiasaan Luna "Kayak cenayang aja, tebakannya suka bener," ujar Aluna dengan senyum yang masih terlihat sangat manis meski dengan wajah sayu nya "Hahaha, bisa aja kamu, kalau ada masalah cerita," ujar Raka lagi "Nanti saja, aku lagi nggak pengen cerita dulu," ujar Aluna "Ya sudah, ayo bersiap, sebentar lagi bos besar kita akan kesini, aku yakin kamu sangat penasaran dengan dia, jarang-jarang bos kesini, setau aku, sejak aku bekerja disini selama 8 tahun, bisa dihitung tiga kali bos besar berkunjung kesini," ujar Raka memberitahu Luna "Aku sih tidak begitu penasaran dengan bos kita, aku hanya ingin kerja dan digaji, udah itu aja," ujar Aluna menimpali ucapan Raka mengenai bos nya. Luna pun bersiap untuk menyambut kedatangan bosnya yang katanya sebentar lagi akan datang. Para staf perempuan mulai berjejer rapi menyambut kedatangan bosnya, Aluna berada di urutan paling akhir dari pintu luar. Sebuah mobil mewah mulai memasuki area hotel, semua para staf membungkuk hormat setelah mobil berhenti tepat di hadapan mereka semua. Seorang pria tampan dan penuh wibawa turun dari mobilnya dan menatap pada semua jajaran para staf di depannya. Pria tersebut mulai melangkah melewati jajaran para staf nya tanpa melihat pada mereka, Aluna yang tak sengaja melihatnya, langsung berkeringat dingin, dengan segera Luna langsung menundukkan kepalanya sebelum pria itu melewati, Aluna memejamkan matanya dan semakin menundukkan kepalanya setelah pria itu melewatinya. ‘Tamat riwayatku,‘
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD