part 6

1100 Words
Degh Mata Aluna langsung membulat saat melihat isi amplop kecil itu ternyata hanya sebuah kertas kecil dengan, coretan pena dua baris. ‘ Welcome, and happy work again my former servant!’ begitulah kira-kira hasil coretan yang Aluna yakini Agam sendiri yang menulisnya. Aluna kaget saat membaca deretan kalimat di kertas kecil itu, artinya, sejak dirinya menunggu kedatangan bos besarnya, bos besarnya sudah tau jika itu dirinya. "Pak, saya!," ucap Aluna menjeda tidak tahu apa yang ingin dibicarakan "Mau tetap di sini, apa keluar?," tanya Agam yang berhasil membuat Aluna dengan refleks nya mendongak dan menatap Agam, namun dengan segera Aluna memutuskan kontak pandanganya lebih dulu dari Agam. Dengan langkah terburu-buru, Aluna pun keluar melewati tubuh Agam begitu saja, setelah berhasil keluar dari lift yang membuat dirinya terasa sesak nafas, Aluna lari terbirit-b***t seperti orang melihat setan, Agam sendiri tidak menghalangi jalan Aluna dan membiarkan Aluna pergi. Setelah kepergian Aluna, Agam kembali menekan lantai paling tinggi untuk menuju kamar pribadinya, malam ini, Agam memutuskan untuk tidak pulang, dan menginap di hotel milik nya sendiri. Sedangkan Aluna, Aluna sesampainya di rumah disuguhkan oleh pemandangan yang membuat hatinya kembali nyeri, dimana saat ini, Aluna tengah mendapati kekasih yang baru saja menjadi mantannya dan menjadi kekasih adiknya tengah bermesraan berduaan di ruang tamu. Tanpa banyak bicara lagi, Aluna melangkah melewati mereka tanpa menyapa atau hanya sekedar melihatnya, hati Aluna terlanjur kecewa dengan Byan, begitu juga dengan Hira sang adik, Hira tidak protes atau menanyakan kabar hatinya, apakah hancur atau bagaimana, Hira tidak pernah menanyakan itu, Aluna masuk ke dalam kamarnya dan menyandarkan tubuhnya di pintu yang sudah Luna kunci. Aluna menekan dadanya begitu kuat, hancur, sakit, kecewa, semua Aluna rasakan di waktu yang sama. ‘kenapa, kenapa harus aku yang mengalami hal ini, kenapa semua tidak ada yang mengerti perasaanku, kenapa rasanya sesakit ini.’ lirih Luna dalam hati yang merasa sudah tidak ada lagi orang yang mengerti dengan perasaannya. Kemarin sebelum Byan memutuskan untuk mengikuti keinginan mama nya, Luna masih bisa sedikit tenang meski perlakuan mamanya tidak begitu baik padanya, Aluna merasa masih memiliki sandaran saat merasa dirinya tak mampu untuk tetap bertahan. Tapi sekarang, Aluna merasa sendiri dan tak memiliki siapa-siapa, padahal yang sebenarnya Aluna masih memiliki mama dan juga adik yang pastinya masih tinggal di satu atap, tapi Aluna masih merasa sendirian. Aluna mulai melangkah mendekati ranjangnya dengan langkah gontai, padahal sebenarnya Aluna sangat lelah karena seharian bekerja, tapi lagi-lagi Aluna di sambut oleh air mata seperti kemarin malam. Aluna pun memutuskan untuk tidur tanpa mengisi perutnya yang terasa keroncongan, padahal sejak tadi siang, Aluna belum juga mengisi perutnya karena merasa tidak tenang dengan amplop kecil yang Luna kira adalah surat pemecatan. Dan sekarang Aluna kembali melewati makan malamnya karena urusan hatinya, Aluna mengabaikan perutnya dan memilih untuk tidur. Keesokan paginya, Luna masih menyempatkan diri untuk memasak seperti biasanya, Aluna memutuskan untuk berangkat lebih pagi dari biasanya karena malas untuk melihat adik dan juga mantannya yang sudah menjadi kekasih adiknya. Luna langsung berangkat setelah dirasa urusan rumah sudah selesai. Tidak lama setelah kepergian Aluna, muncullah mobil hitam masuk dan memarkir nya di depan rumah Siska seperti biasanya, siapa lagi kalau bukan Byan yang datang untuk mengantar Hira ke sekolah. "Pagi Kak!," sapa Hira dengan wajah cerianya "Pagi," jawab Byan singkat seperti biasanya "Kakak kamu sudah berangkat?, kok tumben tidak kelihatan?," tanya Byan karena tidak melihat keberadaan Luna "Nggak tau, pas aku bangun, sarapan sudah siap aja di meja makan, biasanya kak Luna akan berangkat setelah pekerjaan rumah selesai, mungkin sudah berangkat." Jawab Hira sambil menggandeng tangan Byan menuju mobil Byan "Em gitu," ujar Byan singkat "Kenapa Kak?, ada janjian sama kak Luna?," tanya Hira penasaran "Nggak juga kok," jawab Byan yang langsung menjalankan mobilnya menuju sekolah Hira. Saat ditengah perjalanan, Hira mengajukan pertanyaan yang berhasil membuat Byan langsung menginjak rem mobil nya dadakan "Aku dengan dari mama, Kak Byan sudah putus ya sama kak Luna, kenapa Kak?," tanya Hira Tiba-tiba Chittt Byan langsung menginjak rem mobil dan menoleh ke arah Hira "Hira, jangan lagi tentang bagaimana hubungan aku dengan kakak kamu, aku memang sudah putus sama kakak kamu, dan aku tidak bisa mengatakan pada siapapun apa alasannya. Jadi tolong, jangan lagi menanyakan tentang hubungan ku, mengerti, kak Byan harap, ini pertama dan terakhir kali kamu menanyakan hal tadi." Ujar Byan tegas yang tidak suka siapapun mencari tahu alasan hubungan nya dengan Luna bubar. Hira yang mendengar nada tegas dari Byan hanya mengangguk dengan menampilkan wajah sedihnya membuat Byan yang melihat jadi merasa bersalah. "Maaf, aku terlalu… "Tidak apa-apa Kak, " jawab Hira, langsung memotong ucapan Byan yang akan meminta maaf padanya. Byan yang melihat wajah Hira kembali ceria, merasa senang, menurut Byan, tidak perlu susah payah membujuk Hira agar tidak marah ataupun salah paham padanya, Byan akhirnya bernafas lega. "Kak, di sekolah Hira, semua teman-teman Hira menyangka jika Kak Byan pacar Hira, Kak Byan tidak marah kan dikira pacar Hira?," beritahu Hira dengan menatap wajah Byan tanpa berkedip "Tidak masalah, memangnya kamu keberatan kalau kita dikira pacaran?," jawab Byan santai yang langsung membuat Hira kaget namun juga senang "Kakak tidak bercanda kan?," tanya Hira sambil memegang tangan Byan "Tidak, aku serius," jawab Byan yang langsung diberi hadiah kecupan singkat di pipi Byan saking Hira senang "Aku mau Kak, aku mau banget jadi pacar Kak Byan. Jujur, sudah lama aku sering merhatiin Kak Byan, tapi aku selalu menyadarkan diri karena Kak Byan pacar kak Luna." Ujar Hira senang, tanpa melepaskan lengan Byan yang dipeluknya. Byan yang mendengar penuturan Hira, hanya mengernyit heran dan juga tidak percaya "Di saat kamu masih memiliki kekasih, kamu masih sempat memperhatikan pria lain?," tanya Byan tidak percaya "Kan cuma merhatiin, bukan merebutnya, lagian aku tidak ada niatan buat merebut Kak Byan dari kak Luna, ini hanya sebuah kebetulan saja kita bisa bersama karena takdir," jawab Hira yang hanya di tanggapi anggukan kecil oleh Byan. Mobil yang membawa Byan dan Hira sudah sampai tepat di parkiran sekolah. Dengan wajah berseri-seri nya, Hira masuk ke dalam kelasnya, mobil yang di kendarai Byan pun meleset pergi setelah memastikan Hira sudah masuk. Saat Byan tengah melajukan mobilnya menuju kantor, tiba-tiba Byan menghentikan mobilnya secara mendadak saat melihat seorang wanita dengan pakaian ketat dan menampilkan lekukan tubuh nya membuat Byan tidak percaya. CANTIK, kalimat itulah yang berhasil keluar dari bibir Byan tanpa di sengaja. Byan langsung keluar dari mobil dan melangkah dengan lebar ke arah Luna saat Byan melihat Luna tidak sendirian, melainkan dengan seorang pria yang kalo dilihat dari penampilannya bukan pria KERE. Nafas Byan memburu saat memberikan senyuman termanisnya pada pria yang ada di depannya. Byan langsung melayangkan bogem mentah karena tidak bisa mengendalikan dirinya. "Apa yang kau lakukan Byan!!!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD