Bab 1. Syarat berpisah

984 Words
Kayra mengetuk pintu dengan ragu, berulang kali meyakinkan diri sebelum mengetuk dan memanggil nama suaminya. Ketukan pertama tidak ada respon, sampai ketukan kesekian akhirnya ia mendengar suara pintu terbuka. Seorang lelaki bertubuh gempal muncul dengan raut terkejut, dia adalah Dudi, manager suaminya. “Kay.” ucapnya gugup. “Arhan mana?” tanya Kayra, mengedarkan pandangan ke arah belakang Dudi, mencari sosok suaminya. Di dalam sana, Kayra tidak hanya melihat Dudi tapi ada beberapa orang lainnya dari tim sepak bola yang sama dengan sang suami, Arhan. Hanya yang paling mencolok adalah sosok Salsa, mantan istri Arhan, yang juga ikut ada di dalam sana. “Di dalam, kami sedang merayakan kemenangan. Mau gabung?” Dudi hanya basa-basi saja. Tanpa ragu, ia pun segera masuk untuk bertemu Arhan yang tengah duduk berdampingan bersama Salsa. Memang di kamar hotel itu tidak hanya ada mereka berdua saja, tapi Kayra melihat dengan jelas keduanya duduk saling berdekatan dengan posisi ambigu. “Dia kecapekan, makanya nggak langsung pulang. Kebetulan juga kami merayakan kemenangan disini.” Dudi terkesan berusaha menjelaskan, sementra sosok yang tengah dicarinya bersikap abai seolah kehadiran Kayra tidak penting baginya. Kay mengambil kunci mobil milik suaminya di atas meja dan tas kecil. “Ayo, kita pulang. Pestanya sudah selesai, kan?” “Mau dibawa kemana? Arhan nggak akan kemana-mana, dia akan tetap bersamaku disini!” Cegah Salsa, wanita itu berusaha menahan Arhan, bergelayut manja di tangan Arhan, setelah melihat Kayra mengambil barang pribadi milik mantan suaminya. “Aku harus membawanya pulang.” jawab Kayra santai, bahkan setelah tahu suaminya menghabiskan perayaan kemenangan bersama mantan istrinya, Kayra tidak terlihat marah ataupun kesal. Ekspresinya terlihat sangat datar padahal sudah terlihat jelas bahwa sang suami menikmati kebersamaan dengan mantan istrinya. “Nggak bisa! Arhan harus bersamaku.” Kay mengangguk, “Tentu, dia akan bersamamu lagi, tapi setelah urusannya denganku selesai. Aku harap kamu mau menunggu, setelah semuanya selesai kalian bisa bersama. Kamu masih ingat kan, bahwa saat ini dia suamiku,” “Apa?!” Salsa dan beberapa orang yang ada di ruangan itu terkejut dengan sikap Kayra. Seharusnya sebagai seorang istri, Kayra marah dan meluapkan kekesalannya dengan memakii atau menangis. Tapi Kayra tidak melakukan itu, bahkan eksepsinya pun tetap datar, seolah apa yang dilakukan suaminya bukan kesalahan fatal. “Mas,” panggil Kayra dengan menatap lurus ke arah Arhan dimana lelaki itu tetap mengabaikan kehadirannya. “Ayo, kita pulang. Oma dan Ibu menunggu kita di rumah, awak media pun sudah menunggu disana. Jangan sampai mereka tahu kamu merayakan kemenangan bersama orang lain, tanpa aku.” Sejujurnya Arhan sudah tahu akan kedatangan Kayra, beberapa waktu lalu istrinya itu mengirim pesan dan menanyakan keberadaannya. Hanya saja Arhan tidak menyangka Kayra akan benar-benar datang menemuinya. Arhan sengaja tetap memilih diam dan Ingin mengetahui apa saja yang akan dilakukan wanita itu. Tapi seperti yang sudah pernah terjadi sebelumnya, Kayra tetap bersikap tenang disaat wanita lain justru marah besar, mengetahui suaminya kembali dekat dengan mantan istrinya. “kita harus pulang sekarang.” ulangnya lagi. Arhan Menatap ke arah Kayra yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada. “Ayo kita pulang sekarang. Aku tunggu di bawah.” Kayra memberikan tas dan kunci mobil yang sudah terlebih dulu di ambilnya. “Aku tidak mau pulang.” jawab Arhan, membuat Kayra menatap dingin ke arahnya. “Kamu pulang saja sendiri.” lanjutnya. “Kita harus pulang bersama.” Kayra tetap tenang dengan penolakan sang suami. “Dan aku akan menandatangani surat perceraian kita, seperti yang kamu mau, kan?” “Sungguh, kamu bisa kembali padanya setelah kita menyelesaikannya.” Kayra meyakinkan. “Tapi dengan satu syarat,” Kay menambahkan. “Apa?” Arhan penasaran. “Aku akan kasih tau, asal kita pulang bersama. Nggak mungkin kita membahasnya disini, di depan teman-temanmu dan mantan sekaligus calon istrimu.” Kayra menoleh, menatap satu-persatu orang yang ada di ruangan itu. Mereka adalah teman satu klub sepak bola Arhan, manager juga mantan istrinya. “Pulang duluan, aku masih ingin disini.” Arhan tetap menolak. “Nggak bisa, kita harus pulang bersama. Aku tunggu di bawah.” tegas Kayra, seolah tidak menerima tawaran apapun lagi. “Pulang sekarang, atau aku akan membuat ini menjadi sulit.” Kayra tidak punya pilihan lain, selain mengancam. Arhan mengernyit samar menangkap ada penekanan yang kentara pada ucapan istrinya, selama ini wanita itu diam tak pernah berulah, bahkan Kayra tahu persis bagaimana kondisi rumah tangga yang mereka jalani selama beberapa bulan ini, tidak lebih dari sekedar menyenangkan keluarga masing-masing. “Aku pulang duluan,” pada akhirnya Arhan pun menuruti keinginan Kayra, mengambil tas kecil dan kunci mobil yang ada di atas meja. “Aku balik setelah urusan ini selesai, oke?” sambungnya sambil mengusap pipi Salsa dengan lembut. “Aku tunggu,” balas Salsa dengan senyum. Lelaki itu keluar dari kamar hotel yang sudah ditempatinya sejak semalam, setelah perayaan kemenangan atas tim sepak bola Tunas Putra yang mampu meraih kemenangan dengan mudah dan seperti biasanya Arhan tetap menjadi idola lapang yang mampu mencetak gol sebanyak tiga kali secara beruntun hingga membuat lawan tidak berkutik lagi. Mereka langsung merayakan kemenangan dengan menyewa salah satu kamar hotel dan bersenang-senang di sana. Arhan tidak hanya mengundang teman satu tim nya, juga mengundang Salsa, sangat mantan istrinya. Keduanya bercerai enam bulan lalu karena salah paham, pantas setelah empat bulan menduda Arhan dijodohkan dengan Kayra yang baru saja dinikahinya sekitar dua bulan lalu. Langkahnya tergesa, untuk menyusul istrinya yang sudah terlebih dulu menuju lobi hotel. Mereka menikah karena perjodohan, tidak ada cinta yang terjalin diantara keduanya, bahkan Arhan terkesan sengaja menunjukkan bahwa ia masih mencintai Salsa, mantan istrinya. Jika bukan karena paksaan sang Ibu, tentu saja Arhan tidak akan mau menikahi wanita pendiam dan super misterius seperti Kayra. Ia tidak menyukainya, bahkan untuk mencintainya adalah hal yang mustahil, sebab hatinya sudah terpaku pada Salsa, mantan istri yang masih dicintainya. Meski begitu, Arhan tetap mengikuti keinginan ibunya untuk menikahi Kayra. Bukan pernikahan impian, Arhan yakin bahwa pernikahan yang kedua kalinya ini akan kembali berakhir dengan perceraian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD