Keesokan harinya, pagi-pagi Darren sudah bangun. Dia ada kelas hari ini dan berniat untuk berangkat ke kampus lebih awal. “Mau ke kampus?” sapa Widi yang kemudian muncul di dapur. Darren mengangguk sambil membalik panekuk yang dibuatnya. “Iya, ada jadwal kelas sampai siang nanti. Lagipula, beberapa hari kemarin aku juga izin tidak masuk, ‘kan!” katanya. Widi mengangguk membenarkan, dalam hati merasa cemas. Pekerjaan Darren adalah penentu nasib pengobatan Youra, dan selama disini mereka bisa bebas mendapatkan fasilitas pengorbanan gratis di rumah sakit dari pihak kampus Ryuzaki. “Sedikit lagi,Mama rasa keadaan Youra juga semakin membaik sejak kita di sini!” ucap Widi tersenyum. Darren tertegun sebentar, kemudian tersenyum dan mengangguk mengiyakan. “Ya, mereka juga memberikan gaji y