Di sebuah ruangan tertutup berdinding kaca, dengan empat buah rak buku berdiri di setiap sisi, seorang pria mengenakan jas laboratorium, tengah duduk di balik meja besar, dengan kaki bersilang, menghadap pada layar persegi panjang di hadapannya, sangat serius. Sembari menautkan jari jemarinya, pria paruh baya berkepala plontos itu nampak sedang berpikir keras, dengan sederetan angka dan rumus senyawa kimia, dalam berkas pdf yang dikirim melalui surel oleh seorang mikrobiologi kepercayaannya di BrainLab. “Axelo, solusi apa yang kau miliki? Kita tidak bisa tinggal diam, karena pemutasian virus nipah yang kau sebar, sudah memakan korban hingga puluhan ribu jiwa hanya dalam kurun waktu kurang dari dua minggu! Ini benar-benar gila, Axelo!” Kalimat protes yang diajukan suara bariton itu, berh