Tatapan Nadira tertuju pada bungkusan plastik putih yang Rima letakkan di tengah gazebo, perasaannya memang sudah tak enak sejak kembalinya wanita itu dengan membawa kantong tersebut. Kini dirinya seperti seorang terdakwa yang tengah disidang, sementara Rima menjadi hakimnya. "Obat apa itu?" pertanyaan yang sama masih Rima layangkan padanya. Nadira terdiam, hanya sesekali melirik Kai melalui ekor matanya. "Jawab Mami! Obat apa itu, kau sakit? Sakit apa? Kenapa tidak mengatakannya pada Mami?" begitu banyaknya pertanyaan yang meluncur dari bibir berpoles gincu merah itu. Nadira meremas roknya. Buku jarinya memutih, meremas kain berwarna abu-abu itu dengan kuat. Apalagi yang bisa dia katakan untuk mengelak, kali ini. "Dira, Papah nggak pernah mengajarimu untuk tidak bersikap sopan terh