Mau Tidak Mau

3011 Words
    Bayu mengabaikan ekspresi buruk yang saat ini tengah dipasang dengan apik oleh Darka. Bayu ini adalah bawahan langsung yang bekerja atas perintah Darka. Bisa dikatakan, Bayu ini asisten merangkap sekertaris pribadi Darka. Hampir semua kebutuhan Darka, Bayu yang mengurus. Bahkan, dalam urusan membeli alat kontrasepsi pun, terkadang Bayu harus turun tangan karena Darka yang sering lupa untuk membeli barang tersebut untuk mengisi stok. Sepertinya pria satu itu lupa jika nafsunya itu lebih besar daripada pria dewasa lainnya, hingga dirinya sering kehabisa stok barang penting untuk pecinta seks bebas seperti itu. Tentu saja, Bayu harus siap siaga dalam menjaga Darka tidak menebar benih secara sembarangan. Bayu harus melakukannya demi meminimalisir kekacauan yang terjadi di masa depan nanti.     Darka kini menatap tajam pada Bayu yang membawa setumpuk pekerjaan untuknya. Darka sendiri bertanya-tanya, apa Bayu sama sekali tidak bisa melihat jika saat ini suasana hatinya sama sekali tidak baik? Apa Bayu terlalu buta untuk melihatnya hingga tidak bisa menyadari jika saat ini Darka bahkan tidak memiliki niat untuk bekerja dengan suasana hati seburuk ini? Namun, Darka tidak berniat untuk menyuarakan kejengkelan yang tengah ia rasakan. Darka memilih untuk memendam perasaan kesalnya tersebut dan mengamati apa yang akan dilakukan oleh Bayu selanjutnya. Darka tahu, bawahan sekaligus sahabatnya ini sangat lurus dan patuh dalam menjalankan tugas. Benar, menjalankan tugas dari sang mama, Bayu lebih terlihat seperti bawahan Puti daripada bawahan Darka, dan hal itu membuat Darkan merasa lebih jengkel daripada sebelumnya.     “Apa Anda tidak melihat semua berkas itu? Kenapa Tuan malah menatap saya? Seharusnya, Tuan menatap semua berkas tersebut, meneliti satu per satu, dan menandatangani berkas yang memang patut untuk ditandangani. Atau mengomentari berkas yang memang perlu mendapatkan perbaikan. Hari ini, kita benar-benar sibuk, Tuan,” ucap Bayu dengan nada datar dan ekspresi datar yang membuat Darka ingin menyemburnya dengan vodka kesukaannya. Mungkin saja, hal itu bisa membuat Bayu sedikit seperti manusia normal. Jika Darka sudah sering berbuat gila, maka Bayu kebalikannya. Karena itulah, sesekali Darka ingin membuat Bayu menggila agar seperti manusia yang sesungguhnya.     Sebenarnya, Bayu juga seperti manusia normal pada umumnya. Hanya saja, Bayu sangat minim berekspresi. Sepertinya, Bayu berpikir jika berkespresi sedikit saja, atau hanya tersenyum tipis, adalah sebuah bentuk kerugian terbesar dalam hidupnya. Hal yang juga bisa membuatnya bangkrut dan tidak lagi bisa mengemudikan mobil mewah kesayangannya. Darka yang mendengar semua perkataan Bayu tidak bisa menahan diri untuk mendengkus dengan keras. “Ayolah, apa kau tidak melihat ekspresiku saat ini? Apa suasana hatiku tidak tercerminkan dengan baik oleh ekspresiku ini?” tanya Darka dengan nada sinis.     Bayu menggeleng. “Saya masih bisa menggunakan kedua mata saya dengan baik. Namun, saya pikir ekspresi itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemampuan kerja otak, Tuan. Bukankah Tuan masih bisa berpikir dengan baik, walaupun suasana hati Tuan tengah buruk?” tanya Bayu masih dengan nada datar yang terasa menjengkelkan ditelinga Darka.     Jika waktu seperti ini sudah terjadi. Di mana Bayu sangat menjengkelkan dengan sikap lempeng, pemikiran kaku, dan sikapnya yang lurus, Darka sangat ingin memecat Bayu saat ini juga. Sayangnya, Darka tidak bisa melakukan hal itu. Bayu sudah menemaninya sejak dirinya turun langsung untuk mengurus perusahaan. Jadi, sudah bisa dibayangkan seberapa lama, dan seberapa setia Bayu selama ini menemani dirinya. Jika mengenyampingkan sikapnya yang terkadang menjengkelkan dan begitu mendengarkan apa yang diperintahkan oleh Puti, sudah dipastikan jika Bayu memang seseorang yang sangat bisa diandalkan dalam segala bidang. Benar, Bayu sangat bisa diandalkan jika ada wanita yang berharap lebih pada Darka setelah menghabiskan sebuah malam yang panas dengannya.       Kini, Darka sudah berniat untuk membuka mulutnya. Tentu saja untuk membalas perkataan Bayu dengan perkataan yang tak kalah menjengkelkan. Sayangnya, seakan-akan tahu jika dirinya akan mendapatkan perkataan yang tidak mengenakkan, saat itu pula Bayu membungkuk dan berkata, “Kalau begitu, silakan kerjakan tugas Tuan. Saya undur diri dulu, untuk mengerjakan tugas saya sendiri.” Tanpa menunggu jawaban Darka, Bayu bangkit dan berbalik.     Meskipun bukan kali pertama melihat tingkah kurang ajar Bayu itu, Darka sama sekali tidak bisa menahan diri untuk merasa begitu syok dan kesal atas apa yang ia terima. Darka menunjuk Bayu dan berseru, “Hei, aku bahkan belum selesai berbicara padamu! Apa kau ingin aku pecat?!”     Bayu menghentikan langkahnya. Darka pikir, Bayu akan berbalik dan meminta maaf. Darka sudah menyeringai dan berpikir jika anacaman pemecatan berhasil membuat Bayu berpikir dengan baik. Namun, Bayu ternyata berhenti untuk mengangkat telepon. “Halo, Sayang? Apa, pembalut tanpa sayap milikmu? Oh, carilah di laci ketiga,” ucap Bayu sembari melangkah pergi meninggalkan Darka yang semakin syok. Jadi, Bayu tetap mengabaikannya walau sudah mendengar ancaman pemecatannya dan hanya fokus pada telepon sang kekasih yang menanyakan pembalut.     “Wah, betapa aku dinistakan oleh bawahanku sendiri,” gumam Darka sembari memijat pangkal hidungnya. Darka menghela napas panjang sebelum bersandar pada sandaran kursi kerjanya. Darka mendongak dan menatap langit-langit ruang kerjanya tersebut. Suasana hati Darka rasanya semakin memburuk saja saat ini. Sikap Bayu hanyalah sebagian kecil dari penyebab kekesalannya ini. Penyebab utama dari suasana hati buruk Darka ini tak lain adalah hukuman yang diberikan oleh mama dan papanya tadi malam. Ya, Darka benar-benar menghabiskan semalaman tidur di atas bangku taman. Untung saja, malam itu tidak hujan, dan Darka bisa sedikit bernapas lega meskipun tetap harus tidur di atas bangku taman dan beratapkan langit malam.     Jangan pikir Darka bodoh dengan mau-maunya tidur di bangku taman, sementara sebelumnya ia juga datang ke rumah tersebut menggunakan mobil. Ya, Darka memang bisa tidur di dalam mobil. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan oleh Darka ketika mama dan papanya memang sudah berniat untuk memberikan hukuman. Jika Darka masih saja mencari jalan untuk melarikan diri dari hukuman tersebut, sudah dipastikan jika Darka akan mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada tidur di bangku taman. Darka sudah berpengalaman menghadapi hukuman dari kedua orang tuanya itu. Jadi, Darka memilih untuk menggigil menahan dingin untuk semalam, daripada mendapatkan hukuman yang lebih daripada itu.     Darka lebih dari tahu jika semua itu dilakukan oleh Puti dan Nazhan untuk menghentikan sikapnya selama ini yang terlalu bebas. Ya, Darka memang mencintai kebebasan. Darka sama sekali tidak senang terikat. Contohnya saja, Darka tidak mau terikat dengan seorang wanita saja. Dalam sehari, Darka bahkan bisa berganti wanita sampai tiga kali. Jika bosan, Darka akan mencari yang baru, yang tentunya lebih menarik dan bisa membuatnya terbakar oleh gairah. Jika sudah benar-benar tidak menemukan wanita yang bisa membuatnya terbangunkan, saat itulah Darka akan kembali pada seorang wanita yang memang menjadi favoritnya. Wanita yang rela menjadi simpanannya dan menjadi tempat kembali Darka, setelah Darka bosan berkelana mencari wanita yang bisa memuaskan hasratnya sebagai lelaki dewasa.     Wanita itulah yang paling setia pada Darka selama ini. Darka sendiri tidak keberatan menjadikannya sebagai seorang wanita simpanan dan menggelontorkan uang yang tidak sedikit untuknya. Baik untuk memanjakannya dengan barang-barang mewah, hingga menyediakan tempat tinggal yang juga tak kalah mewahnya. Karena Darka sendiri merasa puas dengan pelayanannya, dan wanita itu sama sekali tidak pernah menuntut perihal cinta atau hal yang sejenisnya. Karena itulah, Darka bisa merasa sangat nyaman dengan wanita satu ini dan tidak membuangnya setelah bertahun-tahun berhubungan. Darka juga sangat suka saat wanita ini selalu siap untuk melayani Darka. Kapan pun itu, wanita ini akan datang dan membuat Darka terpuaskan oleh gairah yang tersalurkan dengan tepat.     Jadi, salahkah Darka karena enggan untuk melepaskan kesenangannya ini? Karena jujur saja, mau bagaimana pun Puti dan Nazhan membuatnya untuk berubah, Darka sama sekali tidak akan mau untuk melakukannya. Darka sudah merasa sangat nyaman dengan gaya hidup dan dunia yang ia tinggali ini. Darka tidak memiliki niatan sedikit pun untuk meninggalkan dunia yang penuh gelora ini. Sebab bagi Darka, hidup ini hanya sekali. Bukankah akan sangat sayang jika hanya dihabiskan dengan menjalani kehidupan yang lurus-lurus saja? Setidaknya, untuk saat ini Darka tidak akan mau melepaskan kesenangannya. Darka akan mencari cara untuk ke luar dari rencana yang saat ini tengah dibuat oleh Puti dan Nazhan.       **           Darka membanting pintu mobilnya dengan keras, hingga suara bedebum yang keras menyentak staf keamanan dan pekerja kebun yang tengah memangkas beberapa tumbuhan yang berada di taman. Semua orang berusaha untuk menciutkan diri dan tidak mencuri perhatian Darka. Tentu saja semua orang sudah bisa melihat betapa suasana hati Darka sama sekali tidak baik. Cari mati namanya jika saat ini mereka berhadapan atau mencuri perhatian Darka. Bisa-bisa mereka masuk rumah sakit atau kamar mayat karena menjadi bulan-bulanan Darka. Percayalah, Darka memiliki tenaga dan kemampuan bela diri yang tidak main-main.     Hal itu memang tidak terlepas dari gen dan pelatihan yang ia terima sejak kecil. Sebagai seorang penerus satu-satunya dari dua keluarga konglomerat—keluarga Risaldi dan keluarga Al Kharafi, tentu saja Darka harus memiliki kemampuan bela diri yang membuatnya bisa melindungi dirinya sendiri saat waktu terdesak. Karena itulah, sejak kecil Puti dan Nazhan secara pribadi memberikan pelatihan pada putra mereka tersebut, hingga membentuknya menjadi pria gagah yang handal dalam bela diri. Namun sampai sebesar ini, sepertinya tidak ada satu pun kesempatan bagi Darka untuk menggunakan kemampuan bela dirinya tersebut. Ia terlindungi dengan baik, hingga tidak perlu menggunakan kemampuan bela dirinya untuk benar-benar melindungi diri.     Darka memasuki ruang keluarga dan melihat mamanya yang tengah bermanja pada suaminya. Puti memang tengah berbaring di atas sofa dengan kepala yang dipangku oleh Nazhan. Tentu saja Nazhan tidak tinggal diam dan mengelusi rambut halus Puti dengan penuh kasih. Betapa hangatnya suasana tersebut, dan betapa romantisnya interaksi pasangan yang sudah tidak lagi muda itu. Darka mencibir dan merasa heran. Apa keduanya tidak pernah merasa bosan untuk bertingkah seperti itu selama puluhan tahun? Darkan sendiri merasa sangat bosan bertemu dengan wanita yang sama dalam waktu beberapa hari. Rasanya, Darka sama sekali tidak memiliki bakat untuk menikah. Darka melangkah masuk dan duduk di atas lantai yang berada di dekat sofa yang diduduki kedua orang tuanya tersebut. “Ma, Pa, kok semua kartu debit Darka diblokir sih?” tanya Darka dengan nada jengkel.     Puti yang mendengarnya melirik tajam pada Darka dan bertanya balik, “Apa saat ini kamu tengah merasa jengkel pada Papa dan Mama?”     Mendengar pertanyaan itu, seketika Darka memasang senyum manis dan mengulang pertanyaannya dengan nada yang penuh kesopanan. “Mama, Papa, kenapa semua kartu debit Darka diblokir? Memangnya, Darka salah apa lagi kali ini?” tanya Darka dengan manjanya dan memasang senyum manis. Nazhan yang melihat hal itu menahan diri untuk tidak memberikan sebuah pukulan pada putranya itu. Sungguh, apa Darka tidak menyadari jika tingkahnya itu sungguh menjijikan? Jika saja Darka adalah gadis manis, mungkin saja Nazhan bisa menganggap jika tingkah manja Darka itu sesuai dengan wajahnya.     Namun, dengan wajah tegas Darka dan perawakannya yang tegap bukankah sangat menggelikan jika dirinya bertingkah manja seperti itu? Nazhan mencibir dan membuat Darka yang melihatnya tidak bisa menahan diri untuk mengerucutkan bibirnya. Tentu saka Darka jengkel dengan tingkah Nazhan tersebut. sayangnya Darka tidak memiliki kuasa untuk mengungkapkan rasa jengkelnya tersebut. Kini, Darka masih saja menatap Nazhan dan Puti dengan penuh harap. Namun, keduanya sama sekali tidak tergerak untuk menanggapi permohonan Darka. Nazhan dan Puti sudah mengambil keputusan bulat yang tentu saja tidak bisa diganggu gugat.     “Itu hukuman tambahan untukmu. Dengan begini, kamu tidak akan bisa membelikan apa pun untuk para wanita mata duitan itu, bukan?” tanya Puti membuat Darka semakin kesal saja. Ternyata, sang mama juga memantau penggunakan kartu debit miliknya itu. Padahal itu adalah kartu pribadi yang dibuat atas nama Darka sendiri. Darkan sendiri pula yang membayar tagihannya. Namun, kenapa sang mama masih memiliki akses untuk memeriksa penggunaan bahkan memblokirnya seperti ini?     “Kenapa Mama dan Papa masih bertindak seperti ini? Aku ini sudah dewasa. Usiaku bahkan sudah dua puluh tujuh tahun. Kenapa Mama dan Papa masih saja memperlakukanku seperti remaja yang bahkan belum bisa membedakan hal yang buruk dan benar?” tanya balik Darka.     Nazhan dan Puti bertatapan sebelum menghela napas secara bersamaan. Nazhan pun menjawab, “Karena kamu sama sekali tidak terlihat dewasa di mata kami.”     Darka yang mendengar hal tersebut tentu saja tidak terima. Ayolah, Darka sudah sebesar ini. Bahkan Darka sudah bekerja dan mengurus sebuah perusahaan besar yang memang menjadi perusahaan utama AR di Indonesia. Tentu saja, Darka yang sudah melakukan semua itu merasa jika dirinya sudah bersikap lebih dari cukup sebagai seorang pria dewasa. Siapa pun pasti akan sependapat dengan Darka. Ia sudah lebih dari cukup bertindak bertanggung jawab dengan mengurus pekerjaan dan membawahi ribuan orang yang bekerja di perusahaannya. Lalu, di mana letak dirinya tidak terlihat dewasa? Rasanya, Darka benar-benar tidak terima hingga dirinya tidak bisa menahan diri untuk menunjukkan protesnya.     “Memangnya kenapa aku terlihat belum dewasa? Aku benar-benar tidak terima jika disebut seperti itu oleh Mama dan Papa. Bukankah aku sudah melakukan semua yang dilakukan oleh orang dewasa? Aku bahkan sudah berhasil memimpin ribuan pekerja sebagai seorang presdir. Bukankah semua itu sudah menunjukkan jika diriku ini lebih dari cukup untuk disebut sebagai pria dewasa yang bertanggung jawab?” tanya Darka masih tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh mama dan papanya. Karena itulah, Darka akan terus mendesak mereka untuk mendengarkan apa yang ia inginkan.. Setidaknya, mereka harus melonggarkan pengawasan mereka pada Darka.     Puti pun mengubah posisinya menjadi duduk dan menghadap Darka. “Kamu menyebut dirimu bertanggung jawab, dengan tingkahmu yang setiap hari berganti perempuan? Apa tindakan main perempuan seperti itu bisa disebut sebagai tindakan yang dilakukan oleh pria dewasa yang bertanggung jawab?” tanya balik Puti membuat Darka bungkam seketika. Jika sudah menyinggung hal seperti ini, tentu saja Darka tidak bisa menjawabnya dengan lugas, karena Darka memang tahu jika mama dan papanya sama sekali tidak menyukai gaya hidupnya selama. Di mana dirinya selalu saja dikelilingi para perempuan yang tiap harinya terus berganti.     Melihat Darka yang terdiam, Puti pn memberikan kode pada Nazhan untuk mengatakan apa yang sudah mereka sepakati sebelumnya. Tentu saja, Nazhan dan Puti sudah memperkirakan apa yang akan dikatakan oleh Darka, serta apa yang akan dilakukan oleh Darka demi mendapatkan semua fasilitas keuangan yang memang sudah diblokir sepenuhnya oleh Nazhan dan Puti. Hal ini terjadi, karena selama ini Darka memang tidak memiliki fasilitas keuangan secara pribadi, dikarenakan semua keuangannya selaku seorang presdir memang diatur secara langsung oleh pihak keuangan yang dipercaya oleh perusahaan AR.     “Ya, Papa dan Mama memang tidak bisa memungkiri, jika semua yang kamu lakukan sebagai seorang presdir memang bisa dijadikan bukti bahwa kamu sudah dewasa. Hanya saja, hal itu sama sekali tidak cukup untuk kami hingga bisa menilaimu sebagai pria dewasa yang bertanggung jawab, dan tidak lagi membutuhkan pengawasan dari kami,” ucap Nazhan lancar seakan-akan dirinya memang mengatakan hal itu dari lubuk hatinya, bukan sekadar menghafal apa yang sudah ia diskusikan dengan Puti sebelumnya.     Darka menghela napas panjang. Ia sudah memperkirakan hal ini sebelumnya. Namun, ia sama sekali tidak memiliki pilihan lain, selain menunjukkan jika dirinya memang patut untuk dianggap sebagai seorang yang sudah dewasa dan tidak perlu untuk diawasi lagi. “Jadi, harus bagaimana aku membuktikannya pada Papa dan Mama?” tanya Darka. Sebenarnya, Darka sudah tahu jika hal ini sama dengan dirinya bunuh diri. Hanya saja, Darka tidak memiliki pilihan selain harus melakukan hal yang seperti ini.     “Hanya saja, jika aku sudah terbukti aku memang bisa memenuhi standar bertanggung jawab yang ditetapkan oleh Papa dan Mama, saat itulah Papa dan Mama harus lepas tangan dari kehidupanku. Kalian tidak boleh turut campur dalam kehidupanku lagi. Papa dan Mama juga tidak mengawasi setiap hal yang aku lakukan. Setuju?” tanya Darka mencoba untuk bernegosiasi dengan kedua orang tuanya tersebut. Darka tentu tidak bisa hidup seperti ini terus. Ia ingin kedua orang tuanya mengerti dan menghentikan pengawasan yang membuatnya sakit kepala itu.     Nazhan dan Puti saling berpandangan. Keduanya berkomunikasi tanpa kata, sebelum mengangguk dengan kompak. Melihat hal itu, dalam hati Darka bersorak senang, karena berpikir jika dirinya memang akan lepas dari semua pengawasan kedua orang tuanya itu. Namun, Darka sama sekali tidak tahu, jika apa yang akan dijadikan syarat oleh kedua orang tuanya, malah akan terdengar lebih buruk daripada ancaman pengawasan tiap saat yang selama ini dilakukan oleh Nazhan serta Puti. Karena sebenarnya, semua hal yang sudah terjadi, adalah perangkap agar Darka mau tidak mau masuk ke dalam rencana yang sudah dibuat secara matang oleh Nazhan dan Puti. Rencana yang pada akhirnya akan membuat Darka kembali berjalan di jalan yang benar.     “Ya, kami setuju. Tapi, kamu harus ingat. Jika kamu tidak menepati perjanjian ini, serta tidak memenuhi standar yang sudah kami tetapkan, kami tidak akan mengembalikan semua fasilitas keuangan yang kamu dapatkan. Selain itu, pengawasan kami terhadap dirimu akan lebih ketat lagi. Jadi, kamu setuju?” tanya Puti. Diam-diam, Puti menahan diri untuk menyeringai. Jika sampai putranya ini setuju, maka rencana yang sesungguhnya akan dimulai saat itu juga.     “Tentu. Lalu, apa yang ingin Papa dan Mama inginkan dariku?” tanya Darka tidak sabar. Ya, Darka tidak sabar untuk melaksanakan apa yang diingikan oleh kedua orang tuanya. Tentu saja, Darka ingin segera hidup bebas, dari bayang-bayang pengawasan kedua orang tuanya yang jelas terasa mengganggu bagi Darka yang memang mencintai kebebasan.     Puti yang mendengar pertanyaan putranya yang tidak sabaran itu, menyunggingkan senyum manis yang membuat perasaan Darka seketika terasa tidak enak. Darka merasa jika sebelumnya, ia sudah menandatangi kontrak tertulis jika dirinya akan terikat dalam sebuah masalah yang membuatnya akan menanggung sebuah penyesalan besar dalam hidupnya. Puti mengulurkan tangannya dan mengusap kening Darka dengan lembut. Sentuhan penuh kasih tersebut membuat Darka terbuai. “Syaratnya tidaklah sulit. Mama dan Papa hanya ingin kamu menikah,” ucap Puti.     Darka yang mendengar hal tersebut mengangguk, seakan-akan apa yang ia dengar adalah hal sepele. Sepertinya, Darka terlalu larut dalam sentuhan lembut yang diberikan oleh mamanya, hingga tidak sadar dengan apa yang ia dengar. Darka malah berkata, “Ah, itu hal yang sangat mudah. Aku hanya tinggal menikahi seorang pe—tunggu, menikah?!” tanya Darka sembari melotot pada kedua orang tuanya yang kini menatap datar padanya. Darka seakan-akan tidak mempercayai indra pendengarannya sendiri atas apa yang ia dengar barusan.     “Ya, kamu hanya perlu menikah. Tenang saja, masalah mempelai perempuan, hingga semua urusan pesta, Mama dan Papa sudah mengurusnya. Kamu hanya perlu setuju dan pernikahan pun akan berlangsung secepatnya,” jawab Puti.     “Tapi Ma, menikah? Astaga, aku bahkan tidak pernah memikirkan hal itu sama sekali. Jadi, Mama dan Papa sepertinya perlu mempertimbangkan hal ini lebih jauh lagi,” ucap Darka masih berusah bernegosiasi.     Puti dan Nazhan dengan kompak menggeleng. “Sayangnya, tidak ada negosiasi. Jika ingin mendapatkan apa yang kamu inginkan, maka kamu harus melaksanakan apa yang Mama dan Papa inginkan,” ucap Puti.     “Bukankah permintaan Papa dan Mama tidak sulit? Kami hanya kamu menikah. Bukankah itu sangat mudah?” tanya Nazhan.     Darka menggerutu. “Nikah itu susah, Ma. Kalau kawin, baru mudah. Darka bahkan melakukannya tiap malam,” ucap Darka dan sukses mendapatkan tamparan pedas pada bibirnya. Puti memberikan hadiah yang jelas membuat Darka bungkam karena sadar sudah mengatakan sesuatu yang tidak disukai oleh sang mama. Darka hanya bisa merengut merasakan bibirnya yang terasa pedas karena tamparan cantik sang mama.     “Mau tidak mau, kamu harus menikah,” putus Puti tegas dan membuat Darka mengerang kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD