bc

Unspoken Love, Jerat Si Pembuat Onar

book_age18+
46
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
family
HE
friends to lovers
badboy
like
intro-logo
Blurb

Terlahir dari keluarga broken home tidak lantas membuat hidup Davina Melody berantakan. Walapun kedua orang tuanya berpisah, ia hidup dalam kecukupan baik kasih sayang, maupun materi. Sekilas hidup Davina sangat baik, namun tidak semua hak baik terjadi di hidupnya. Salah satu hal yang kerap membuat hidupnya tidak nyaman adalah Laura, adik tiri yang terlahir dari ibu berbeda. Laura kerap ingin seperti dirinya dalam semua hal, termasuk dalam kehidupan asmara. Sebagai seorang kakak tentu saja Davina selalu dituntut untuk mengalah, dalam hal apapun Davina harus mengalah dengan alasan kasihan, karena Laura sudah tidak memiliki ibu. Mencintai satu lelaki yang sama bukan keinginan Davina, namun semesta seolah ingin menguji kesabarannya dengan menghadirkan Noah sebagai lelaki yang dicintainya, sekaligus dicintai Laura. Apakah Davina akan kembali mengalah untuk sang adik? Atau kali ini ia akan mengusahakan kebahagiaannya sendiri dengan mengabaikan Laura yang kerap menjadi bayang-bayang di hidupnya. "Izinkan aku bahagia kali ini saja dengan mempertahankan apa yang aku mau, aku sudah terlalu banyak mengalah untukmu, Lau."

chap-preview
Free preview
Bab 1. Awal bertemu
“Istirahat Dok, jangan minum kopi terus.” suara seseorang membuat Davina menoleh. Ia tersenyum samar, namun senyum tersebut tertutupi oleh masker biru yang selalu dikenakannya di jam kerja, tidak pernah melepas sekalipun hingga beberapa rekan sejawat tidak pernah melihat senyumnya, bahkan julukan princess ice tersemat padanya, sejak satu bulan bergabung di rumah sakit Mega Hospital. “Iya, sebentar lagi.” jawabnya, sambil menunjukkan layar ponselnya. “Balas pesan dulu, nanti nyusul ke belakang.” lanjutnya. “Saya duluan, Dok.” pamitnya. “Silahkan.” Davina kembali sendiri di ruang tunggu IGD, ia adalah dokter umum yang saat ini bertugas di IGD. Beberapa jam lagi ia akan menuntaskan tugasnya untuk hari ini, bahkan di dalam benaknya sudah terdapat beberapa kegiatan yang akan dilakukan setelah pulang nanti. Selain beristirahat, ia pun memiliki janji dengan seseorang yang saat ini tengah bertukar pesan dengannya. Situasi IGD saat ini sangat sepi dan waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Walaupun sudah menghabiskan beberapa cangkir kopi, tetap saja dinginnya udara malam membuat mata sedikit berat. Beberapa rekan lainnya sudah menempati ruang belakang, ruang khusus dokter berjaga, kemungkinannya ia pun akan bergabung ke sana, untuk memejamkan mata sejenak. Dengan langkah perlahan, Davina menyusuri koridor menuju ruang belakang, namun baru saja beberapa langkah ia mendengar suara keributan dari arah pintu masuk. Davina segera menoleh untuk memastikan, namun beberapa orang berpenampilan serba hitam berjalan cepat dengan suara nyaring yang sangat mengganggu. “Dokter! Mana dokter!” teriak salah seorang dari mereka, yang memiliki penampilan layaknya preman. Celana dan jaket yang dikenakan serba hitam dan di bagian punggungnya terdapat sebuah logo yang serupa. Sepertinya mereka satu kelompok, namun firasat Davina mengatakan mereka bukan kelompok baik-baik. Mereka lebih terlihat seperti kelompok geng motor yang kerap meresahkan, kegiatan yang mereka lakukan hanya balap liar dan bertengkar. Mereka akan berkeliaran di malam hari, disaat orang lain menggunakan waktu tersebut untuk beristirahat, namun mereka justru sebaliknya.. “Siapa diantara kalian yang menjadi dokter? Cepat jawab! Kalian tuli!” Suaranya sangat kencang, tidak sopan dan sangat mengganggu. Bahkan pertanyaan tersebut ditanyakan pada salah seorang perawat yang jelas-jelas memiliki pakaian berbeda dengan dokter. “Kami perawat, bukan Dokter. Tapi kami bisa membantu, apa yang terjadi?” tanya perawat dengan nada pelan, bahkan sangat sopan walau lawan bicaranya sangat tidak sopan. “Kami nggak butuh kamu! Kami butuh dokter!” salah satu dari mereka mendorong perawat lelaki hingga terjatuh ke lantai. “Cepat! Mana dokternya!” Teriaknya lagi. Di tengah keheningan malam, ruang IGD menjadi ramai dan kacau. Kelompok yang terdiri dari lebih sepuluh orang itu mencari dokter yang mereka maksud, entah untuk apa. Namun beberapa dokter yang juga ditugaskan di malam yang sama dengan Davina terlihat menghindar, bahkan sengaja bersembunyi di beberapa tempat yang tidak dapat dilihat oleh mereka. Sepertinya berurusan dengan mereka bukan pilihan tepat, tapi mereka tidak mungkin datang ke rumah sakit jika tidak ada kepentingan. Karena situasinya semakin kacau dan tidak terkendali, bahkan beberapa dari mereka mulai menghancurkan peralatan medis, Davina yang sejak tadi memperhatikan terpaksa mendekat. Dirinya adalah seorang dokter, bahkan telah disumpah untuk menolong siapa saja yang membutuhkan bantuan. Davina tidak pernah pamrih dalam menolong siapapun, hanya saja untuk geng motor satu ini ada sedikit pengecualian. Ia tidak suka keributan dan kekerasan, namun geng motor itu justru memiliki keduanya. “Aku dokter,” ucapnya, setelah memberanikan diri untuk mendekat. “Ada yang bisa saya bantu?” “Kamu dokter?” Seolah mencurigai Davina, salah satu lelaki itu mendekat. “Benar, saya dokter. Ini kartu identitas saya,” Davina menunjukan identitas miliknya, yang selalu diselipkan di dalam kantong jas. “Buka masker, untuk mematikan apakah kamu benar-benar dokter atau hanya dokter gadungan.” mereka mendekat hendak menarik masker di wajah Davina. Namun ia berusaha mengelak. “Kalau tidak percaya, terserah saja.” Davina kembali mundur berapa langkah. “Silahkan tinggalkan rumah sakit ini,” “Kamu mengusir kami? Wahhh sepertinya kamu belum tahu siapa kami,” “Tahu atau tidak, itu bukan hal penting bagi saya.” balasnya dengan santai. “Bang, ketua kesakitan! Cepat carikan dokter!” dari arah pintu masuk, seseorang berteriak. “Ketua bisa kehabisan darah kalau kayak gini terus!” Beberapa orang muncul, menggandeng seorang lelaki dengan darah di bagian lehernya. Darah yang keluar dari luka itu masih terlihat baru dan mengalir darah segar hingga membuat lantai ikut terkotori. Luka yang sangat serius, Davina pun segera mendekat. “Disini pasien diperiksa, selain itu silahkan keluar dan jangan ribut-ribut seperti pasar.” Davina mengajak dua perawat lainnya untuk segera menolong, namun beberapa orang kembali menghadang langkahnya. “Saya akan memeriksanya, ada kewajiban untuk menciptakan lingkungan yang optimal untuk perawatan dan kalian sangat ribut sekali!” Jelas, mereka tidak terima dengan pengusiran Davina. Tapi keributan sudah sangat mengganggu kenyamanan tidak hanya perawat dan dokter, tapi juga beberapa pasien yang ada di ruangan IGD “Ketua tidak boleh diperiksa oleh wanita, apalagi dokter gadungan sepertimu. Bawakan dokter laki-laki,” seorang lelaki berwajah sangar langsung mendorong Davina dengan kasar. “Dokter gadungan, jangan macam-macam kamu hanya wanita.” ancamnya. “Memalukan bukan, bertengkar dengan wanita?” tidak mau kalah, Davina pun membalas pukulan dengan sama kerasnya. Perkelahian terjadi, dimana Davina dapat melawan walaupun sedikit kewalahan hingga akhirnya Ketua yang mereka maksud tidak sadarkan diri. “Ketua!! Ketua Noah, sadar!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Shifted Fate

read
625.0K
bc

Chosen, just to be Rejected

read
132.3K
bc

Corazón oscuro: Estefano

read
874.2K
bc

Holiday Hockey Tale: The Icebreaker's Impasse

read
136.9K
bc

The Biker's True Love: Lords Of Chaos

read
302.1K
bc

The Pack's Doctor

read
652.8K
bc

MARDİN ÇİÇEĞİ [+21]

read
770.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook