Gilang menatap pada rumah yang ada di depannya sekarang. Tanpa sadar air mata Gilang mengalir, lalu dirinya menatap pada tanaman bunga yang mana tanaman itu terakhir kali ditanam oleh ibunya sebelum ibunya pergi meninggalkan dirinya. gilang berjalan mendekati tanaman itu, tanaman itu dijaga dengan baik. “Ma, maafkan Gilang Ma. Gilang yang salah dan tidak serharusnya M ama yang menjadi korban di sini, Gilang yang seharusnya dihukum oleh Tuhan, karena Gilang yang telah menyiakan Shanum, dan malah terayu oleh wanita yang akan merusak segalanya.” Ucap Gilang menangis, lalu dia memeluk tanaman itu. Dia menatap pada Rasya, Mia, Shanum, dan Darma. Gilang mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu memegang kepalanya. “Amora! Amora mana! Amora selamat!” tanya Gilang, dia menanyakan kepon