Zara memindai ruangan asing dengan kerlap-kerlip lampu disco. Sudahlah kepalanya pusing karena minuman beralkohol, sekarang ditambah dengan lapu warna-warni yang menyorot bergantian. Di dalam sini juga terdengar suara musik, tapi tidak sekencang di luar.
“Ruang apa ini?”
Pria tadi datang mendekati Zara yang masih berdiri mematung di dekat pintu. “Sama dengan ruang acara teman kamu itu. VIP room.”
“Ohh ... tapi kok? Di sini nggak ada acara apa-apa, ya? Kok cuma kita berdua di sini?” Kening Zara mengernyit. Dia merasa aneh, di ruangan sebesar ini, apa mungkin hanya disewa untuk satu orang saja? Untuk apa?”
Pria itu menyodorkan tisu basah pada Zara. “Mau bersihkan sendiri atau saya bantu bersihkan?”
Zara melihat pada bajunya. Tumpahan noda minuman terlihat jelas pada bagian d**a hingga ke perut. Dia langsung mengambil tisu yang disodorkan. “Biar aku bersihkan sendiri.”
Pria itu tersenyum. “Oke.” Dan dia terus memperhatikan sampai Zara selesai membersihkan noda pada bajunya, meskipun masih ada sedikit bayangan mersah muda di sana. “Sudah selesai? Atau mau tisu baru?”
Zara menggeleng. “Biar saja, nanti dicuci di rumah. Terima kasih, ya. Aku mau kembali ke ruanganku.”
Zara sudah akan melangkah tapi satu tangan pria itu melebar ke samping, seperti ingin menghalangi jalan Zara. “Sebagai permintaan maaf, izinkan saya mentraktir segelas minuman untuk anda, Nona.”
“Hemm?” Zara menggeleng. “Maaf, aku harus kembali sekarang. Teman-teman pasti mencariku. Umm lagipula, aku dilarang menerima apapun dari orang yang belum dikenal. Maaf, ya.”
Baru satu langkah, Zara sudah berhenti lagi, mendadak. Pasalnya tangan kanan pria itu terulur di depan Zara. “Kenalkan, saya Arion.”
Zara menghela napas dalam. Dia mulai merasa tidak nyaman sebenarnya. Meskipun pria ini terlihat sopan dan wajahnya sangat tampan, tapi dia tetap merasa harus waspada pada orang asing.
Arion kembali tersenyum sebab uluran tangannya belum juga diterima. Dia menarik kembali tangannya lalu membuka topi baseball hitam di kepala. Dilemparnya topi itu begitu saja, lalu dengan jari dia menyisir rambut lurus yang jatuh di kening.
Untuk beberapa detik, Zara terpukau dengan adegan maha keren di depan mata. Dia baru tersadar saat Arion mengulurkan tangan kembali. Memasang wajah seramah mungkin. Siapa yang akan menolak pria tinggi matang spek lee min ho.
Kali ini Zara mneerima uluran tangan Arion. “Zara,” katanya.
“Nama yang cantik. Secantik orangnya. Sekarang kita sudah kenal, kan? Jadi boleh ya saya traktir minuman.” Tanpa menunggu jawaban Zara, Arion menuangkan minuman berwarna seperti teh ke dua gelas bening. Satu gelas diberikan pada Zara. “Cobalah, kamu pasti suka rasanya.”
Ragu Zara menerima gelas itu. “Minuman apa ini?’
Arion tersenyum. “Coba saja dulu. Rasanya manis.”
Seumur hidupnya selama 20 tahun, baru hari ini Zara mencoba yang namanya minuman alkohol. Tadi dia minum sebanyak tiga sloki vodka. Lalu sekarang dihadapkan pada minuman berwarna seperti teh. Zara yakin, ini juga adalah sejenis minuman beralkohol, tapi dia tidak tahu persis itu apa.
Pikirnya, kapan lagi dia bisa merasakan minuman beralkohol setelah hari ini. Zara mulai meneguk minuman dalam gelas bening. Ternyata benar, ada sensasi manis yang lembut seperti vanilla. Tapi terasa unik di lidah, Zara sulit mengungkapkan seperti apa rasanya, tapi ternyata dia cukup suka.
Zara mengangguk pelan. “Umm ... enak juga.” Dia menghabiskan satu gelas penuh dalam sekejap. Namun detik kemudian pandagannya mulai kabur. Dunia seperti berputar di depan mata. Zara tidak tahu, jika ternyata minuman yang baru ditenggaknya sampai habis itu mengandung alkohol yang lebih tinggi, itu adalah whiskey.
“Aduh! Kok? Aku makin pusing, ya?” Kedua tangan Zara terulur untuk mendapatkan pegangan. Dan Zara memang mendapatkannya, Arion langsung memegangi kedua tangannya.
“Kesini, Zara. Kamu beristirahat dulu, ya.” Arion membawa Zara ke sebuah sofa panjang, mencoba membaringkannya perlahan.
Namun Zara yang sudah oleng, justru terpeleset dan menarik tubuh Arion hingga ikut terjatuh di atasnya. Kini, posisi tubuh mungil Zara di atas sofa putih, tepat di bawah kungkungan tubuh Arion.
“Arion ... aku pusing.” Pandangan mata indah milik Zara kini berkabut. Rasanya berat sekali. Bulu mata lentik yang berkedip lembut berulang kali membuat Arion terpesona dalam jarak sedekat ini. Dan bibir ranum milik Zara, yang berwarna merah muda dengan polesan lipgloss tipis bergerak perlahan tapi seperti sudah tak mampu mengucapkan kata-kata.
Tatapan Arion turun, dari mata kini ke bibir Zara. Terlihat begitu sensual di mata Arion. Begitu menggoda hingga antara sadar dan tidak, bibir Arion telah menyentuh bibir Zara.
Ah, sial! Rasanya begitu lembut. Dan juga manis. Sudah terlalu lama aku merindukan rasa seperti ini. Aroma Zara dengan jarak sedekat ini juga terasa harum sekali, dan Arion suka.
Zara mendesah pelan saat bibir Arion turun ke leher jenjangnya. Menyesap di sana hingga ke belakang. Rambut panjang Zara yang lembut terurai di sofa. Arion menyentuhnya perlahan, lalu menciumnya.
“Ohh ... Arion.” Sebenarnya Zara ingin menolak. Dia yang belum pernah tersentuh pria seintim saat ini, ingin rasanya mendorong dan terlepas dari tubuh kekar Arion. Namun tenaganya tentu sia-sia untuk saat ini. Parahnya lagi, suara lemah Zara yang terdengar oleh Arion justru seperti seorang wanita yang sedang terangsang oleh sentuhannya. Membuat Arion semakin b*******h. Salah paham yang berakibat fatal.
“Ahhh! Sakittt!” Dengan sisa tenaga, Zara menjerit, mengerang kesakitan, saat milik Arion menghujam di bawah sana. Kedua tangan Zara mencengkeram sofa dengan kencang hingga ujung jari-jarinya memutih.
Arion yang tengah mencapai puncak, ikut mengerang, tapi bukan kesakitan, melainkan rasa nikmat yang sangat. Barulah setelah itu tubuhnya rebah di atas tubuh polos Zara.
Untuk beberapa saat, Arion merasa nyaman dengan posisi itu. Merasakan hangat tubuh gadis di bawahnya, yang basah oleh keringat. Detik kemudian, Arion menyadari ada yang tak beres. Dia segera menegakkan punggung. Melompat dari posisi awal dan duduk di pinggiran sofa. Menggoyangkan tubuh Zara perlahan.
“Zara! Zara bangunlah!” Tidak ada respont. Zara hanya diam dengan bibir sedikit bengkak karena ulah Arion tadi, wajahnya terlihat agak pucat meskipun di bawah kerlap-kerlip lampu.
Arion mulai panik. Dia mendekatkan jari telunjuk ke bawah hidung Zara. Keningnya mengernyit, detik kemudian Arion bisa menarik napas dalam, merasa lega karena dia bisa merasakan napas hangat Zara pada telunjuknya.
Hanya saja, itu berarti Zara pingsan. Mungkin kelelahan pikir Arion. Segera dipungutnya pakaian Zara yang berserakan di lantai, lalu memakaikan dengan lembut dan telaten. Bahkan Arion juga menyisir rambut kusut Zara dengan jarinya.
Setelah memakai pakainnya sendiri, Arion segera berjalan keluar ruangan. Dan kembali lagi dengan membawa sebotol minyak kayu putih yang dipinjamnya dari seorang pelayan. Dia oleskan di bawah hidung Zara sedikit, lalu juga di lehernya.
Zara mulai menggeliat perlahan. Keningnya mengernyit. “Uh ... sakit.” Zara merasakan seluruh tubuhnya ngilu. Bagaikan habis berolah raga berat seharian.
“Saya antar kamu pulang.”