Hari ini Jun harus berangkat menuju tempat pertemuan Pak Andarpadi di sebuah dunia virtual. Ia sangat bersyukur karena pertemuan-pertemuan yang harus ia hadiri atas nama mewakili Pak Andarpadi diadakan di dunia virtual. Dunia di mana semua kepalsuan itu sudah biasa. Di mana semua kefanaan tak ada bedanya dengan realita. Karena kalau boleh jujur… kakinya sendiri pun. Saat ini ia rasa sudah cukup tidak kuat. Untuk menahan bobot tubuh atletisnya yang selalu ia rawat dengan baik. Semua itu karena Jun sudah bertekad dengan hatinya. Bahwa ia tidak akan pernah membiarkan orang lain. Melihatnya dalam keadaan yang tidak keren. Jelekkk. Apalagi cacattt. Di depan cermin. Ia usap wajah dan beberapa bagian tubuhnya yang babak belur parah. Ia berkata sembari tersenyum, “Kamu akan baik-baik saja, Zain.