*** “Seperti yang kukatakan sebelumnya—aku bukan wanita yang akan pasrah dengan keadaan, Pak tua.” Sexyana menyeringai, lalu tanpa peringatan, ia kembali menarik rantai besi di leher Domenico. Cekkk! Tubuh pria tua itu tersentak ke belakang, matanya melotot sementara wajahnya semakin memerah. Otot-ototnya menegang, kedua tangannya meraih rantai di lehernya, berusaha melonggarkan cekikan itu. Namun cengkeraman Sexyana begitu kuat. Udara di paru-parunya terasa semakin menipis, membuat tenggorokannya terasa seperti terbakar. Di tengah penderitaannya, ia mendengar suara Sexyana lagi, penuh penghinaan. “Kau terlalu percaya diri dengan berharap bisa bercinta denganku!” “Arrgggkk!” Domenico mengerang, tubuhnya menggeliat gelisah. Sexyana menyipitkan matanya. Ia mendekat, bibirnya nyaris