bc

Married A Playboy

book_age18+
6.1K
FOLLOW
64.3K
READ
contract marriage
arranged marriage
goodgirl
sensitive
powerful
comedy
sweet
bxg
humorous
like
intro-logo
Blurb

Series playboy kedua.

series pertama : My Ceo Crazy Game (Bara-Gita)

series ketiga : My Secret Roommate (Rehan-Rania)

series keempat : My Love, My Enemy (Sean-Inara)

Touch Your Heart (Nathan-Bianca) : spin of

Di mata Sandra Bella Hardianatha, Leon Artadipura hanyalah seonggok kuman yang harusnya dibinasakan dari muka bumi. Pria yang dianggap tampan di kalangan wanita, tapi tidak bagi Sandra yang tahu track record pria itu. Hal itu juga yang membuat Sandra memberikan julukan Playboy kutukupret.

Sementara di mata Leon, Sandra hanyalan butiran debu yang tak kasat mata. Sama halnya seperti Sandra. Leon juga tak menyukai wanita itu karena Sandra dianggap menyebalkan, berisik seperti petasan banting. Namun seakan semesta memiliki rencanya sendiri, keduanya justru disatukan dalam sebuah ikatan suci pernikahan.

Lantas, akankah keduanya mampu bertahan pada hubungan yang tanpa dilandasi rasa cinta? Di saat hama-hama liar kian bringas menggerogoti rumah tangga keduanya yang tak memiliki pondasi.

Bukan kisah cinderella yang menikah dengan seorang pangeran juga bukan kisah beauty yang mencintai pangeran buruk rupa. Hanya kisah dua anak manusia yang mencoba mencari sebuah cinta di tumpukan tangkai mawar berduri.

chap-preview
Free preview
Prolog
Di sebuah kamar berukuran besar dan nampak mewah dengan interior modern, ditambah perabotan mahal menambah kesan elegan kamar yang didominasi warna pink itu. Di sudut ruangan, tampak seorang wanita duduk termangu menatap hampa pantulan diri di cermin. Mata beriris coklat itu tampak redup, sorot matanya begitu sayu. Wajahnya yang cantik dengan mata indah dipadu bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir tipis bewarna merah. Kecantikan wanita itu begitu sempurna, layaknya dewi kayangan yang turun ke bumi. Hanya saja ekspresi dingin dan tatapan datar sang wanita membuat wajahnya tak berseri, pucat bagaikan raga tak bernyawa. Wanita itu bernama Sandra Bella Hardianatha. Putri semata wayang pasangan Tomi Hadianatha dan Anita Hadianatha, salah satu konglomerat di negeri ini. Papanya yang merupakan pengusaha properti serta memiliki banyak mall-mall mewah di pusat kota dan beberapa kota besar lainnya. Sedangkan sang mama seorang pengusaha fashion yang memiliki perusahaan tekstil sendiri untuk brand pakaiannya. Kehidupan Sandra terbilang mewah sejak lahir, kaya raya dengan bergelimang harta sampai tujuh turunan pun tak akan habis. Semua keinginannya selalu terpenuhi hanya dengan jentikan jari, namun hal itu tak serta merta membuat Sandra bahagia. Ia justru merasa tersiksa dengan kehidupannya yang membosankan dan begitu jenuh, seperti burung merpati yang terbelenggu dalam sangkar emas. Hidup Sandra begitu monoton. Di umurnya yang sudah menginjak dua puluh delapan tahun, ia hanya menghabiskan waktunya di atas tempat tidur berukuran king, bergulang-guling layaknya ikan teri yang terdampar. Sehari-hari Sandra hanya membaca novel, nonton serial drama atau shopping dan hunting buku di mall untuk melepas kejenuhan. Ketika teman-teman seusi Sandra tengah sibuk memikirkan masa depan, merencanakan pernikahan, bahkan ada yang sedang mempersiapkan kelahiran sangat buah hati. Tapi ia justru masih betah dengan kesendiriannya, menghabiskan waktu dengan kegiatan tak berarti. Namun Sandra tak merasa bersedih akan hal itu, meski jodohnya tak kunjung menunjukkan hilal ia tetap santai dan menikmati kesendiriannya. Bukan tanpa alasan ia bisa sesantai itu, namun karena Sandra sendiri juga belum siap untuk berkomitmen. Ia merasa masih perlu banyak waktu untuk menikmati masa mudanya dan hal itu pula yang membuat kedua orangtuanya membuat keputusan di luar persetujuan Sandra. Perjodohan! Perjodohan bisnis! Hal yang biasa dan sangat wajar di kalangan para konglomerat. Tapi seakan kutukan buruk bagi Sandra, bagaikan vonis mati di usia muda. Ia merasa masa depannya baru saja direnggut paksa oleh keputusan sepihak orangtuanya atas perjodohan konyol itu. Memangnya masih jaman ya perjodohan? Dikira Sandra Siti Nurbaya kali. "Kau sudah siap, Sandra?" Pintu terbuka, bersamaan dengan suara seorang wanita yang menarik atensi Sandra. Sandra menolehkan kepalanya, mendengkus pelan ketika melihat seorang wanita paruh baya masuk ke kamarnya. Wanita yang masih cantik di usianya yang sudah menginjak kepala lima, nampak begitu anggun dengan dress panjang yang membalut tubuh tingginya bak model Hollywood. Wanita itu mamanya, Anita Hardianatha. "Sudah mama duga kalau gaun ini akan cantik dipakai olehmu," puji Anita seraya memegang kedua bahu Sandra dari belakang, matanya tak lepas memandangi pantulan diri Sandra yang tampak memukau dengan dress sabrina setinggi lutut bewarna merah maroon. Dress yang dirancang khusus oleh Anita untuk pertemuan malam ini. "Leon pasti akan suka melihatmu, Sayang." Sandra mencebikkan bibirnya. "Harusnya mama pilihkan aku bikini seksi atau lingerie setipis saringan tahu kalau untuk menarik perhatian si maniak itu," sahut Sandra diiringi dengkusan kasar. Sontak hal itu membuat mamanya kesal. "Jaga bicaramu Sandra. Mama nggak mau ya sampai kau bersikap lancang seperti ini, apalagi di depan keluarga Leon. Jangan berbuat ulah dan mempermalukan mama sama papa!" Sandra mendengkus pelan, tak menggubris ucapan mamanya. Karena percuma saja, mama tak akan mau mendengar penjelasannya. Apalagi kalau sudah menyangkut Leon, calon menantu kesayangan si maniak buaya darat kutukupret! Leon Artadipura, di mata Sandra pria itu hanya seonggok kuman yang seharusnya dibinasakan dari muka bumi. Entah dosa apa yang telah ia perbuat sampai semesta menuliskan garis takdir yang begitu menyedihkan, di mana Sandra dijodohkan dengan seorang playboy yang doyan gonta ganti pasangan di atas ranjang. Karena track record Leon yang buruk itu juga menjadi salah satu alasan Sandra menolak perjodohan ini, namun orangtuanya seakan tak peduli dan tetap memaksakan kehendaknya. Seolah jodoh pilihan mereka adalah yang terbaik dari jutaan kaum lelaki di dunia ini, tapi pada kenyataannya Leon hanyalah produk gagal yang dipoles sedemikian rupa agar terlihat sempurna. Namun tetap saja dalamannya busuk, apalagi sudah dicicipi oleh banyak wanita murahan di luar sana. Sandra bergidik ngeri, membayangkan dirinya harus menikah dengan Leon si playboy kutukupret! "Sandra, senyum. Jangan malu-maluin mama!" bisik Anita, mencubit pinggang Sandra yang kini berjalan di sampingnya menuju ke sebuah meja yang ada di restoran bintang lima. Di mana pertemuan dengan keluarga Leon diadakan untuk membicarakan tanggal pernikahan mereka berdua. "Aww, sakit Ma!" Sandra mengaduh, mengusap pinggangnya. Tapi cengkraman tangan sang mama membuat ia seketika mengatupkan bibir dan mau tidak mau memasang senyum manis kepada tiga orang yang sudah menunggu di meja panjang yang sudah dipersiapkan oleh lihat restoran untuk acara makan malam mereka bersama. Sandra mendengkus pelan mendengarkan celotehan papanya yang sedang menyapa kedua orangtua Leon yang tak lain sahabat sekaligus rekan bisnis mereka. Papa Leon yang memiliki firma hukum dan pernah menjabat sebagai hakim, kini menjadi konsultan hukum di perusahaan mama dan papanya. Itu kenapa papanya ingin sekali menjodohkan dirinya dengan Leon, karena pria itu yang akan digadang-gadang meneruskan firma hukum milik papanya. Leon yang juga meniti karir sebagai pengacara di firma hukum tersebut, pria itu memiliki banyak prestasi dan selalu memenangkan setiap kasus yang ditangani. Namun hal itu tak membuat Sandra takjub, karena bagaimanapun Leon tetaplah Leon, si maniak pemburu kenikmatan yang hobi mempermainkan wanita. Menjadikan wanita hanya target permainan di atas ranjang dan menghempasnnya setelah selesai, bagaikan permen karet yang habis manis sepah dibuang. Miris! "Sandra kamu cantik sekali," puji mama Leon, Tessa Artadipura. Wanita berwajah Belanda dengan rambut pirang dan mata biru yang begitu indah. Mama Leon sangat cantik di umurnya yang setara dengan mamanya, memasuki kepala lima. Wanita paruh baya itu begitu anggun dengan dress bewarna merah terang, begitu kontras dengan kulitnya yang putih mulus bagai pantat bayi. "Tuh buktinya Leon aja sampai nggak berkedip loh ngelihatin kamu." Sedangkan di samping Tessa ada Leon, pria berwajah blasteran Belanda-Indonesia dengan wajah tampan dipadu alis tebal, rahang tegas, hidung mancung dan bibir tipis serta iris kebiruan mirip dengan mamanya. Leon sangat tampan, wajahnya seperti dewa Yunani. Tapi hal itu tak berlaku di mata Sandra, di mata wanita itu Leon hanya pria biasa yang tidak tampan sama sekali. "Iya, Ma." Leon menyahut ketika mamanya membicarakan tentang penampilan Sandra malam ini, ditambah dengan senyumannya yang begitu memukau. Mungkin jika wanita lain yang melihat, mereka pasti akan jatuh hati pada pandangan pertama melihat senyuman Leok yang begitu mempesona itu. Memuakkan! Ingin sekali Sandra menyudahi perbincangan tak bermutu ini. Ia benci ketika harus berbasa-basi dengan orang lain, memasang senyum selebar mungkin. Namun senyuman Sandra seketika pudar saat matanya beradu dengan sorot mata Leon yang duduk di hadapannya. Leon menyuggingkan senyum sinis kepada Sandra, tentu saja hal itu memicu pemberontakan pada diri Sandra. Ia yang kesal lantas menendang kaki Leon yang ada di bawah meja dengan high heels-nya. "Aww!" Leon mengaduh ketika ujung heels itu mengenai tulang keringnya, suaranya yang sedikit melengking sontak menarik atensi orangtuanya dan orangtua Sandra. "Kenapa, Leon?" tanya mamanya. "Ada apa?" Papa Leon ikut menyahut, menanyai Leon yang tiba-tiba meringis kesakitan. Leon menoleh pada sang mama. "Nggak papa Ma." Terpaksa ia berbohong, lalu melemparkan tatapan tajam pada Sandra yang tengah tertawa diam-diam. Awas saja kau Sandra! batin Leon, kesal setengah mati dengan wanita yang ada di depannya. "Jadi bagaimana, kalian setuju?" Sandra dan Leon yang tak menyimak percakapan kedua orangtua mereka tampak bingung dan saling berpandangan saat mendengar pertanyaan dari papa Leon barusan. "Maksudnya Pa?" tanya Leon, meminta penjelasan. "Soal pernikahan kalian yang akan dilangsungkan dua bulan lagi, bertepatan dengan pergantian tahun. Bagaimana, kalian setuju 'kan?" tanya papanya Leon. "Tidak!" "Nggak!" Serempak Leon dan Sandra menjawab berbarengan, memicu reaksi bingung pada orangtua mereka berdua. "Sandra!" tegur mamanya, melototi Sandra. Sandra tak peduli, ia malah memutar bola matanya. Kesal karena lagi-lagi sang mama hanya mementingkan ambisi saja ketimbang perasaan putrinya. "Sandra setuju aja kok, iya 'kan sayang." Mamanya tersenyum canggung, sebelah tangannya mencubit paha Sandra. "Kamu mau 'kan sayang?" "Hm." Sandra hanya bergumam, malas. Terserah orangtuanya saja, toh kehadirannya sebenarnya tak begitu dibutuhkan. Karena semua keputusan mereka yang menentukan tanpa meminta persetujuan Sandra, kalaupun mereka minta persetujuan seperti barusan, itu hanyalah sebuah bentuk formalitas saja. "Baiklah, kalau begitu kita sepakat pernikahannya akan diadakan bulan depan tepat saat pergantian tahun baru," ujar papa Leon, disepakati kedua belah pihak. Sandra menghela napas panjang dan dalam, ia tak tahan lagi berada di meja makan yang terasa seperti meja pengadilan. Seakan dirinya tengah menunggu vonis hukuman menderitaan seumur hidup. Ya, menikah dengan Leon memang seperti mendapatkan cobaan dan penderitaan seumur hidup baginya. Bagaikan mimpi buruk berkepanjangan, entah apa yang diinginkan semesta sampai tega memeberikan takdir semenyedihkan ini pada dirinya yang malang. "Mau ke mana, Sandra?" Papanya bersuara ketika Sandra beranjak dari tempat duduk. "Mau ke toilet," ucap Sandra, kemudian pamit undur diri dari meja makan tanpa menunggu respon semua orang. "Permisi." Sandra berjalan cepat meninggalkan meja makan, tujuannya bukanlah ke toilet melainkan kolam ikan yang ada di samping gedung restoran. Tempatnya memang berdekatan dengan lorong menuju toilet yang ada di ujung bangunan ini. Tempat yang cukup asri untuk menghilangkan penat yang begitu menyiksa dan menekan pikiran Sandra sedari tadi. "Huh, akhirnya lega juga bisa pergi dari sana," ucap Sandra, menghela napas lega. Tapi hal itu tak berlangsung lama, karena suara seseorang menginterupsi dari belakang. "Sudah pintar bohong, eh!" Spontan Sandra menoleh ke sumber suara, matanya melotot saat melihat siapa yang berdiri di bekangnya. "Kau!" Orang itu ternyata Leon, pria itu tersenyum miring melihat wajah Sandra yang terlihat kaget karena melihat kehadirannya. "Kenapa? Kau terkejut karena aku memergokimu berbohong, hm?" Leon tersenyum miring, mengejek Sandra. Sandra mendelik, refleks mundur saat Leon melangkah maju ke hadapannya. Ia terus mundur sampai punggungnya membentur tepian teralis sekat pembatas dengan kolam. "Ma-mau apa kau?" Sandra begitu panik saat Leon mencondongkan tubuh ke depan, mensejajarkan wajah di samping wajahnya. "Kau ...." Bibir Sandra seketika kelu saat merasakan aroma maskulin menyeruak ke indera penciumannya, begitu memabukkan. Fokus Sandra! Sandra mengutuk dirinya yang sempat terbuai oleh pesona Leon, namun dengan cepat ia membentengi diri dan bersikap waspada pada serangan pria itu. Leon tersenyum miring ketika melihat wajah Sandra yang nampak tegang, memicu jiwa jahilnya untuk menggoda wanita itu. Leon mendekatkan wajahnya sampai tak berjarak di depan telinga Sandra. "Kau begitu cantik malam ini, aku jadi tak sabar untuk unboxing dirimu saat malam pertama nanti. Haruskah pernikahannya dipercepat saja? Aku sudah tidak sabar, baby," bisik Leon, memicu ketegangan pada diri Sandra. Leon sialan!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Satu Jam Saja

read
593.3K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

My Boss And His Past (Indonesia)

read
236.6K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.1K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook