“Bapaaak,” sapa Peony dari tempatnya duduk. Aku memerhatikan isi meja, sepertinya ia belum makan siang padahal ini sudah lewat tengah hari. “Kamu belum makan?” tanyaku. “Belumlah. Bapak sih lama!” ketusnya, lalu berselang detik mencengir lebar. “Mau makan di sini?” tanyaku lagi. “Ngga sih kayaknya,” jawabnya. “Bapak mau makan di mana?” Ia balas bertanya kemudian. “Kamu suka makanan Mediterania ngga?” “Saya makan apa aja, Pak.” “Kita langsung ke Auckland Art Gallery aja kalau gitu ya? Ngga jauh dari situ restorannya.” “Oke, Pak!” ujar Peony bersemangat seraya menyampirkan tasnya di bahu. Aku tersenyum, senang rasanya ada yang antusias menerima ajakanku. “Kamu ngga kepingin makan yang lain?” tanyaku lagi, memastikan agar jangan sampai ia menahan lapar hanya karena sungkan padaku.