bc

Kill Me Love Me

book_age16+
405
FOLLOW
3.4K
READ
billionaire
revenge
family
second chance
goodgirl
CEO
drama
twisted
city
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Karena sebuah kesalahpahaman selama bertahun tahun membuat Matthew Donovan, menyimpan dendam kepada sang Ayah juga Laura dan anaknya Mikaela karena telah mengkhianati Ibunya, Margareth.

Mikaela menjadi korban dari semua itu, bagaimana tidak, dia kerap kali menjadi pelampiasan dendam Matthew, suaminya sendiri yang menikahinya karena desakan dari Albert Donovan.

Sikap Matthew semakin menjadi jadi ketika mengingat setiap perselingkuhan sang ayah yang telah membuat Ibunya menderita.

Sampai pada akhirnya, kebenaran mulai terungkap, dari Laura, Ibu Mikaela yang justru mendonorkan ginjalnya pada Margareth, serta pengorbanan Mikaela yang rela membuat dirinya lumpuh sementara karena menolong sang Ibu mertua.

Sakit hati yang ditorehkan Matthew karena ingin membalas dendam justru membuat cinta yang sudah tumbuh di hati Mikaela perlahan lahan menghilang bersamaan dengan kepergiaan Mikaela ke luar negeri untuk mengobati kakinya.

Berbanding terbalik dengan Mika, Matthew justru baru menyadari cintanya setelah kepergiaan Mika selama berbulam bulan yang sengaja dirahasiakan oleh sang ayah.

chap-preview
Free preview
Prolog
Siloam Hospital Jakarta Mikaela Laurens, seorang gadis cantik bermata bulat indah dan jernih serta memiliki kulit putih itu sedang bersandar di sebuah dinding rumah sakit. Mika, biasa dia di panggil saat itu sedang menemani sang Ibu yang ditemukan pingsan di tempat kerjanya.  Mika mendapatkan kabar bahwa sang Ibu pingsan saat dia sedang bekerja di sebuah pabrik susu. “Mama pasti sangat lelah sekali, padahal aku sudah bilang mama supaya berhenti kerja saja, kan aku juga kerja.. aku bisa kok menghidupi mama,” Gumam Mika berbicara pada dirinya sendiri, dia begitu sedih melihat sang ibu yang terbaring lemah di ruang Ugd.  “Aku gak mau mama sampai kenapa kenapa” Meskipun sambil bergumam namun rintihan suara Mika yang menyayat hati itu cukup bisa di dengar oleh orang yang lewat. Saat yang bersamaan, Seorang presiden Direktur Domino Corporate, yakni Albert Donovan sedang lewat di lorong dimana Mika berdiri menunggu sang Ibu.  Sambil berjalan dengan cepat Albert tidak henti hentinya menerima telfon dari para klienya.  “Hufff” sambil mencoba mengatur nafasanya, “Daniel!” panggilnya pada sang asisten.  “Iya Tuan,” jawab Daniel. Keduanya seakan berpacu dengan waktu harus kembali ke kantor dengan cepat.  “Batalkan meeting dengan Tuan Laksana sore ini, aku lelah sekali hari ini” Sambil terus melangkahkan kakinya, bahkan tanpa menatap sang asisten. “Baik Tuan, saya akan menghubungi sekretaris Tuan Laksana.”  Bagaikan robot yang seolah susah dikendalikan, keduanya terus melangkah tanpa memperhatikan depan, belakang dan kiri kanan mereka.  “Aku gak mau mama sampai kenapa kenapa” Rintihan suara lembut yang di tangkap indera pendengaran Albert ternyata berhasil menyita perhatiannya, Albert dengan cepat memalingkan wajahnya menatap gadis muda di sampingnya. Seorang gadis belia, berwajah cantik seolah sedang mengadu kepada tembok rumah sakit yang menjadi tempat sandarannya.  Jelas Albert tidak mengenalnya, namun ada dorongan dalam hatinya yang membuatnya seakan tertarik untuk menghampiri gadis muda itu. Derap langkah kaki Albert pun dia arahkan ke Mikaela.  “Apa kamu baik baik saja Nak?”  Hati Mika seakan menjadi tenang saat mendengar suara Albert yang bijaksana. Mika memalingkan wajahnya menatap seorang pria dewasa yang kini sudah berada dekat di hadapannya itu.  Dengan memasang wajah tersenyum Albert kembali mencoba menjalin komunikasi dengan Mika, “Apa kamu baik baik saja?” kembali tanya Albert berusaha mendapatkan jawaban dari Mika.  “Sa---aaya, saya…” Mika tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya namun tiba tiba air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi.  Albert cukup panik melihat Mika menangis begitu juga sang asisten Daniel. “Hey! Ada apa? kenapa menangis?” Bagaikan seorang Ayah yang menghibur putrinya, Albert ikut merasa sedih melihat gadis muda di hadapannya menangis. “Ada apa? jangan menangis, coba ceritakan pada Om,” Tutur Albert sambil memegang pundak Mika.  “Mama… Mama saya Om, hiks..” Sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya Mika kembali menangis.  “Ssstt! Tenanglah,” Kembali jiwa Kebapak’an Albert dia tunjukkan di depan Mika. “Bicaralah dengan tenang, mari duduk dulu” Albert mengajak Mika untuk duduk terlebih dahulu. Mika pun mengikuti langkah Albert begitu juga asisten Daniel yang tidak bisa berkata apa apa melihat sang Bos.  Setelah duduk bersama kemudian Mika mulai menceritakan pada Albert tentang keadaannya dan Ibunya.  Ya Tuhan, gadis ini begitu menderita bahkan untuk ukuran seusianya, dia harus bekerja bersama Ibunya dan sekarang ibunya sedang sakit, aku gak bisa membayangkan bagaimana kelak kalau itu menimpa putriku Merry~Hati kecil Albert berseru.  “Bolehkah Om melihat keadaan Ibumu?”  Mika cukup terkejut awalnya oleh permintaan Albert, karena menurut penglihatannya, Albert bukanlah orang biasa, penampilan Albert serta keberadaan sosok asisten Daniel di sampingnya seolah menggambarkan siapa sebenarnya Albert. “Tapi Om, saya tidak mau merepotkan orang lain” Ucap Mika sopan.  Dengan senyum yang tulus Albert kembali membuat Mika luluh dengan kata katanya, “Saya tidak merasa direpotkan, jadi bolehkan?” Kembali tanya Albert meminta persetujuan Mika.  Mika pun akhirnya menyetujui permintaan Albert. Kini keduanya bersama asisten Daniel menuju ruang Igd, tempat dimana Laura dirawat.  Ruangan berwarna putih serta ada deretan tempat tidur khusus pasien yang hanya dibatasi oleh gorden berwarna putih juga menandai bahwa ketiganya sudah berada diruang Igd.  “Itu! Itu mama saya om,” seru Mika menunjuk seorang wanita dewasa yang masih terlihat cantik diusianya.  Albert berjalan mendekati sosok wanita yang masih menutup matanya itu dengan selang infus masih terpasang di tangannya. Semakin Albert mendekatinya, degup jantungnya semakin beriak berdetak cepat, sampai akhirnya pada posisi terdekat, Albert baru menyadari kenapa perasaannya begitu ingin melihat Ibu dari sosok gadis muda yang dia temui di lorong rumah sakit.  Kini di depan matanya dengan jelas dan dia sudah pastikan, bahwa itu benar Laura, wanita yang pernah mengisi hari harinya dulu bahkan namanya masih tersemat di relung hati terdalam Albert sampai saat ini.  “Laura” lirih Albert.  Entah sudah berapa tahun lamanya dia tidak pernah menyebut nama itu lagi, nama yang dahulu sering dia panggil.  Ya Tuhan! Ini benar kamu Laura?~Batin Albert. “Ini Mama saya om, Laura.” Degh! Pernyataan Mika seolah mengkonfirmasi semuanya.  “Eungghh!”  Satu lenguhan kecil keluar dari bibir Laura.  “Mikaa…. Mikaaaa” Kembali suara lirih dari mulut Laura berhasil menyita perhatian ketiganya.  “Mama, ini Mika mah” “Mika” Sambil mengerjapkan matanya, perlahan lahan mencoba membuka matanya.  Mika pun langsung memeluk sang ibu sesaat setelah Laura sadar dan membuka matanya.  Tanpa Laura sadari, ada sepasang mata yang terus memperhatikannya, sepasang mata yang menahan kerinduan pada dirinya.  “Ma, Mama jangan sakit lagi, Mika takut Ma.. hiks” “Sayang, Maafkan mama” Sambil kembali memeluk Mika.  Keduanya pun larut dalam keharuan sampai tanpa sengaja mata Laura menangkap sosok 2 pria dibelakang putrinya.  Namun hanya 1 sosok pria yang berhasil membuat Laura terkejut dan melepaskan pelukannya pada sang putri tercinta.  "Albert" lirih Laura.  Albert pun sadar bahwa Laura sudah menyadari keberadaannya itu hanya memberikan senyumnya.  "Oiya Mah" Sambil mendekati Albert dan Daniel.  " Tadi Mika ketemu om om baik ini di depan," seru Mika polos sambil mengenalkan Albert dan Daniel pada Laura.  "Halo Nyonya Laura, salam kenal" Sapa Albert.  "H--aalloo Tuan" Balas Laura dengan suara yang tercekat menahan semua perasaan yang dia simpan selama ini.  "Hhm.. Mika? nama kamu Mika?" Tanya Albert menoleh pada Mika.  "Iyah Om, benar nama saya Mika."  "Baiklah, Mika.. bolehkah om bicara berdua dengan Ibumu sebentar, om mau tanya tentang sakitnya dan kerjaannya," pinta Albert.  Permintaan Albert berhasil membuat Daniel, untuk yang kesekian kalinya terheran heran dengan sikap sang Bos, begitu juga Mika dan Laura.  Laura tau bahwa Albert meminta kesempatan ini untuk berbicara dengannya.  Mika menatap Laura sang Ibu sesaat, seolah meminta persetujuan Laura, dan Laura pun memberikan anggukan kecil tanda memberikan ijinnya.  "Boleh om," jawab Mika setelah mendapat konfirmasi dari Laura.  "Terima kasih" Ucapnya pada Mika. "Daniel, tolong temani Mika ke kantin, beli makanan untuk mereka" Tutur Albert memberikan perintahnya, seolah menyatakan bahwa dia tidak ingin diganggu dengan Laura.  "Baik Tuan!" balas Daniel.  "Mari nona Mika, kita ke kantin."  "Ohh.. iya, mari om."  Mika pun ditemani Daniel akhirnya keluar ruang Igd. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook