43

1217 Words

Diajeng duduk bersandar di pinggir ranjangnya, memeluk lutut dengan pandangan kosong menatap jendela yang sedikit terbuka. Suara mobil Bhaskara yang menjauh perlahan-lahan tadi masih terasa menggema di telinganya. Ia tahu... suaminya sudah pergi. Dan anehnya, ada bagian dari dirinya yang ingin berlari, menahan, memohon agar Bhaskara tetap tinggal. Tapi tubuhnya terlalu kaku untuk bergerak, dan hatinya... terlalu rumit untuk dijelaskan. Diajeng menghela napas dalam, lalu menenggelamkan wajahnya di antara lututnya. "Kenapa kamu nggak nahan dia, Ajeng?" bisik suara hatinya sendiri. “Kenapa kamu harus segitu keras kepala?” Ia teringat tatapan Bhaskara, saat ia memutuskan sepihak bahwa suaminya tak perlu menginap. Ia tahu Bhaskara terluka, meski lelaki itu menutupinya dengan senyum dan ten

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD