TBSM - Chapter Two

2187 Words
Chacha akhirnya mendudukkan bokongnya di kursi empuk miliknya. Ia baru saja menyelesaikan satu sesi pemotretannya. Setelah ini akan lanjut di sesi selanjutnya, karena ruangan sedang di persiapkan untuk sesi berikutnya. Chacha tidak bisa meninggalkan dunia pekerjaanya tersebut walaupun hidupnya sudah enak bersama dengan Andrew. Bagi Chacha model adalah bagian dari hidupnya. Maka itu ia meminta pada Andrew tetap memperkerjakannya. “Mau pesan makan apa, biar aku pesankan.” Kata asisten yang diberikan Andrew padanya. “Seperti biasa saja, jangan lupa buahnya. Tolong pendingin ruangannya di naikkan, aku akan beristirahat sebentar.” Chacha mengambil handphonenya setelah asistennya itu pergi. Ia melihat handphone utamanya siapa tahu ada pesan ternyata tidak ada. Kemudian Chacha mengambil handphone keduanya dan melihat apakah ada pesan ternyata ada. Handphone keduanya adalah handphone dari masa lalunya. Salah satunya dengan Elang, ia sudah mengganti nomer telepon tersebut dan sempat memberitahu pria itu dulu. Andrew tahu tentang handphone keduanya, hanya saja pria itu tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Kali ini Chacha kembali mendapat pesan dari Elang. Di belakang Andrew secara diam-diam keduanya sering bertukar pesan. Hanya saja tidak intens, biasanya Chacha akan membalas jikalau ia sedang tidak bersama dengan Andrew. ER Kamu apa kabar? Kamu udah lama nggak kirim pesan ke aku. Kapan kamu balik? Kapan kita bisa ketemu? Aku kangen sama kamu. Begitulah isi pesan yang dikirimkan Elang padanya. Chacha menghela napasnya lalu memejamkan matanya sejenak ketika setelah selesai membaca pesan tersebut. Jujur saja untuk benar-benar melupakan Elang dengan cepat bukanlah suatu hal yang mudah. Selama ini mereka selalu bersama, pria itu selalu ada untuknya di saat masa terpuruk. Sudah pasti tidak mudah bagi Chacha untuk melupakan pria itu. Tapi untuk bersama dengan Elang sebagai pasangan ia juga tidak bisa. Bagaimanapun hubungannya dengan Elang tidak bisa di akhiri begitu saja. Chacha kembali membuka matanya dan membaca kembali pesan tersebut. Ia tidak tahu di tempat Elang sedang jam berapa sekarang, tujuannya ia hanya mau membalas pesan dari Elang saja. ER Kabarku baik, aku sedang sibuk akhir-akhir ini. Waktuku banyak di habiskan dengan Andrew, kamu tahu aku nggak bisa kirim kamu pesan kalau aku sedang bersama Andrew. Aku nggak tahu kapan kita bisa bertemu, kamu tahu sendiri bagaimana Andrew sangat membatasiku untuk pergi sendiri. Kalaupun aku pulang, Andrew akan ikut bersamaku. Maafkan aku. Setelah membaca ulang jawaban tersebut, Chacha mengirimkan pesan tersebut kepada Elang. Ia menyandarkan punggungnya ke belakang dan memejamkan matanya. Tak lama setelah mengirim pesan pada Elang, handphonenya kembali bergetar. Awalnya Chacha hanya mendiamkannya saja, karena ia pikir pesan. Namun ternyata getaran itu berangsur lama dan ia tahu bahwa itu sebuah panggilan. Chacha melihat bahwa Elang menghubunginya dan dengan cepat wanita itu mengangkatnya. “Syukurlah kamu nggak melakukan panggilan video, makanya aku bisa langsung angkat.” Kata Chacha begitu sambungan tersebut tersambung. “Emang kamu lagi di mana?” Tanya Elang penasaran. “Aku lagi ada pemotretan, lagi sendirian sih. Tapi takut aja ada yang dengar apalagi asisten Andrew dengan bisa bahaya. Mereka bisa kasih tahu Andrew kalau aku dapat telepon dari kamu.” Terdengar helaan napas Elang di balik telepon. “Ini kebebasan yang kamu maksud Cha? Ini bukan kebebasan Cha. Hidup kamu di atur sama dia, kamu nggak bisa dengan bebas berteman dengan siapapun di luar sana. Kamu di kurung Cha, sampai kapan kamu sadar kalau dia itu lagi memenjarakan kamu. Dia nggak cinta sama kamu Cha.” Chacha memejamkan matanya. “Lang, kita udah bahas ini sebelumnya. Kalau kamu menghubungiku hanya untuk buat kita bertengkar, lebih baik aku akhiri telepon ini. Aku pikir kamu menghubungiku karena merindukanku.” Kini Elang memilih diam sejenak guna mengatur emosi. “Maafkan aku, aku hanya ma—“ “Ini udah jadi pilihanku Lang. Aku tahu apa yang aku mau dan aku tahu apa yang terbaik untukku. Kalau aku emang merasa menderita aku nggak bertahan sama Andrew sampai selama ini. Bahkan hubunganku lebih lama dengan Andrew dibandingkan bersama denganmu dulu. Kamu nggak tahu apa yang kurasakan dengan Andrew, jadi stop untuk mengatakan hal buruk tentang Andrew. Kelihatannya dia memang jahat, tapi aku tahu apa yang Andrew lakukan untukku apa.” “Aku mau kamu bahagia.” “Aku sudah bahagia dengan Andrew, aku harap kamu bisa ngerti Lang.” “Baiklah, maafkan aku. Aku nggak bisa paksa kamu, walaupun aku ingin. Aku merindukanmu.” Ucap Elang sendu di kalimat terakhir. “Benarkah?” Tanya Chacha tak yakin. “Ya, aku sangat merindukanmu. Ingin rasanya aku datang ke sana sekarang untuk menemuimu. Tapi aku tak bisa, apalagi di sana lingkungan Andrew. Aku hanya tidak mau Andrew marah padamu dan memberimu hukuman. Tapi aku serius, aku sangat merindukanmu. Kita bisa bersama kalau ka,u ada di sini. Bisakah ka,u datang ke sini untuk menemuiku? Aku benar-benar sangat merindukanmu.” “Aku nggak bisa Lang, ka,u tahu sendiri nggak mudah untuk aku bisa balik ke sana. Aku akan coba untuk bicara sama Andrew, tapi aku nggak janji. Ka,u di mana sekarang? Bagaimana dengan Indri apa dia baik-baik saja?” “Ya dia baik. Aku lagi ada di rumah sakit sekarang, sebentar lagi aku akan pulang. Aku masih mau mendengar suaramu, kalau Andrew pergi bekerja apa ka,u nggak bisa menghubungiku?” “Enggak bisa Elang. Di rumah di pasang CCTV, Andrew selalu memantauku dari sana. Dia akan bertanya aku sedang menghubungi siapa, apa lagi sebentar lagi anak Andrew akan tinggal di rumah. Aku akan menghabiskan banyak waktu di rumah.” “Aku hampir gila karena merindukanmu Acha.” “Kita baru bertemu tiga bulan yang lalu Lang, jangan membuatku seo—“ “Itu sudah lama dan itu hanya sebentar.” Chacha menghela napasnya kasar. Tiga bulan yang lalu mereka memang baru saja bertemu. Saat itu Chacha ada pemotretan ke Turki dan Andrew tidak bisa ikut. Maka itu secara diam-diam Elang menemuinya di sana, Chacha bertemu dengan Elang di kamarnya. Karena memang di kamar tersebut tidak ada CCTV dan asisten Andrew tidak bersamanya. Maka itu ia bisa bertemu dengan Elang walaupun memang hanya sebentar. “Baiklah, aku akan makan siang. Makananku sudah datang, aku tutup.” Chacha langsung saja mematikan sambungannya dengan Elang tanpa menunggu jawaban dari Elang. Karena asisten Andrew tiba-tiba masuk dengan membawa makanan untuknya. “Terima kasih.” “Kalau butuh sesuatu bisa memanggilku Nyonya.” Chacha menganggukkan kepalanya dan meminum jus buah yang sudah ada di depannya. Elang memberikannya pesan namun Chacha enggan membacanya. Ia memilih menyimpan handphonenya kembali ke dalam tas dan menyandarkan punggungnya kembali. Rasanya ia ingin tidur sejenak sebelum makan, Chacha memilih memejamkan matanya. Belum lama ia merasa memejamkan matanya, ia dapat merasakan ada yang sedang menyentuh pahanya. Chacha langsung saja membuka matanya dan keget melihat seorang pria sedang menyentuh pahanya. “Apa yang sedang kau lakukan brengsek?” Chacha langsung saja menepis tangan pria itu agar menjauh dari pahanya. “Hai Sweety, kau cantik dan sexy. Mau pergi denganku?” Chacha melipat tangannya di depan dada. “Apakah kau tidak mengenalku?” Tanya Chacha dengan menatap pria tersebut dengan lekat. “Aku mengenalmu.” Chacha tersenyum penuh arti lalu bangkit berdiri mendekati pria itu. Menyentuh dada bidang milik pria tersebut lalu mendekatkan bibirnya ke telinga pria itu. “Kalau kau mengenalku, apakah kau masih berani mendekatiku?” Tanya Chacha penuh arti. “Kenapa tidak? Bukankah hubunganmu dengan Andrew hanya suka sama suka saja? Aku tahu kau bergantung hidup padanya bukan? Kau membutuhkannya begitupun sebaliknya, sama sepertiku yang sekarang membutuhkanmu. Lagi pula aku bisa memberimu apa yang tidak bisa diberikan oleh Andrew padamu.” Chacha tertawa lalu mengalungkan tangannya di leher pria itu. “Apa yang tidak bisa Andrew berikan padaku dan bisa kau berikan?” Pertanyaan Chacha membuat pria itu berpikir, tak lama setelah itu ia tersenyum dan memeluk pinggang Chacha. “Punyaku jauh lebih besar dan nikmat, bahkan aku bisa memuaskanmu dan memberikan kenikmatan yang bisa membuatmu kehilangan akal. Aku juga bisa mencintaimu dan menjadikanmu satu-satunya wanita di dalam hidupku.” Chacha tertawa mendengarnya dan kembali membisikkan sebuah kalimat mematikan di telinga pria itu. “Punyamu tak sebesar milik Andrew.” Chacha bahkan memegang kepunyaan pria itu dengan tangan kanannya. Pria itu masih memakai celana dan Chacha meremasnya dengan pelan membuat pria itu memejamkan matanya menikmati sentuhan tersebut. “Andrew jauh lebih tahu apa yang kusuka, kalau tidak aku tidak akan selama ini bersama dengan Andrew. Walaupun dia jauh lebih tua di bandingkanmu, tapi dia bisa memuaskanku dari pada yang lainnya. Punyamu tak sebanding dengannya dan aku juga satu-satunya wanita yang ada di dalam hidupnya. Oh iya satu lagi Andrew bisa memberikan segalanya kepadaku. Cinta dan juga uang, sedangkan kau sangat jauh darinya. Jadi jangan berharap kau bisa menyentuhku, karena aku tidak akan biarkan hal itu terjadi. Mungkin dulu aku bisa melakukannya tetapi sekarang tidak, lebih baik kau mundur sekarang.” Setelah mengatakan itu Chacha meremas kepunyaan pria itu cukup keras dan setelah itu kembali duduk sambil memakan makanannya. “Keluarlah, sebelum ada yang melihatmu di sini. Kau akan hancur kalau mereka tahu kau sedang menggodaku, kau tahu bagaimana pengaruh Andrew bukan?” Kata Chacha dengan tersenyum nakal. Pria itu langsung saja keluar dari sana meninggalkan Chacha yang tertawa. Wanita itu sangat senang bisa menggoda pria lain seperti itu. Ia sudah berbeda seperti dulu. Chacha akuin kalau dia sangat murahan dulu karena bisa bercinta dengan orang lain dengan mudah. Apalagi jikalau orang tersebut tampan, ia tak peduli apakah mereka baru kenal apa tidak. Bahkan Chacha pernah melakukan hal gila yang lebih dari itu, ia bisa bermain dengan banyak orang dalam satu momen dan siap diperlakukan bagaimanapun. Tapi tidak dengan kali ini, bukan hanya Chacha yang tidak mau. Tetapi situasinya juga tidak mungkin melakukan hal itu, walaupun keinginan itu masih ada. Syukur saja Andrew bisa mengimbanginya dan memberikan apa yang diinginkannya. Jadi Chacha tak perlu melakukannya dengan orang lain, tapi cukup hanya dengan Andrew saja. Setelah makan Chacha kembali melakukan pemotretan, ia mengganti beberapa bikini serta lingerie yang harus di pakainya. Hingga pemotretan itu selesai sampai malam hari. ***** “Udah lama pulangnya?” Tanya Chacha saat melihat Andrew sudah berada di kamar seolah menunggunya. “Sudah, kenapa lama? Apa kau pergi lagi dan tidak memberitahuku?” Chacha menghela napasnya kasar. “Kau bisa tanya pada orang kepercayaanmu itu, apa yang terjadi. Aku tidak pergi, kalau aku pergi kau juga pasti akan dapat beritanya dari asistenmu bukan?” Andrew mendekati Chacha lalu membuka reseleting dress wanita itu dari belakang. “Thank’s.” Chacha memang mau mandi, ia memang ingin meminta bantuan Andrew untuk membukakannya. Hanya saja pria itu langsung saja peka dan langsung melakukannya sebelum di minta. Andrew mengadahkan tangannya pada Chacha, membuat wanita itu mengernyitkan keningnya bingung. “Berikan padaku Baby.” Chacha berdecak. “Lagi? Kau tak percaya?” Tanya Chacha tak habis pikir. “Berikan saja, jangan membuatku jadi marah.” Jawab Andrew tak mau di salahkan. “Bukankah memang selalu seperti ini kalau kau tidak pergi denganku?” Chacha menggelengkan kepalanya melihat Andrew. Namun walaupun begitu ia tetap melakukan apa yang diinginkan oleh Andrew. Wanita itu membuka celana dalamnya dan memberikannya pada Andrew. Pria itu menerimanya lalu melakukan hal yang harus dilakukannya. Apa lagi kalau bukan mencium pakaian dalam milik Chacha guna memastikan bahwa wanita itu memang tidak melakukan hal yang ditakutkannya. Selalu saja seperti itu, kalau saja Chacha pergi tanpanya ia harus melakukan hal itu. Bahkan sebelum pergi Andrew memastikan kalau Chacha tidak membawa pakaian dalam lainnya. Untuk membelikan pakaian dalam saja harus Andrew yang membelikan agar pria itu tahu yang mana saja milik Chacha. Sehingga Chacha tidak bisa membeli sendiri untuk pakaian dalamnya sendiri. Andrew memang segila itu kalau sudah tentang Chacha. “Sudah puas?” Tanya Chacha dengan sarkas. “Baby,” Panggil Andrew ketika Chacha hendak masuk ke dalam kamar mandi. Wanita itu menoleh menatap Andrew membuat pria itu mendekat dan memeluknya dari belakang. “Aku menginginkanmu.” Ucap Andrew serak sambil mencium leher jenjang wanita itu dari belakang. “Makanlah, lalu tunggu aku di ruangan biasa. Aku akan sedikit lama di kamar mandi, apa kau menginginkan sesuatu?” Senyum Andrew mengembang ketika Chacha tahu apa yang sedang di inginkannya. “Bukalah lemarimu, aku sudah membelikanmu sesuatu yang baru. Pakailah, aku ingin melihatmu memakai itu. Pakai parfum yang baru ku beli kemarin, aku akan menunggumu di tempat kita. Jangan terlalu lama oke?” Chacha menganggukkan kepalanya. “Aku minta tolong bawakan buah.” Setelah mengatakan itu Chacha masuk ke dalam kamar mandi. Pria itu langsung saja keluar kamar untuk makan malam terlebih dahulu, ia perlu tenaga untuk melakukannya dengan sang wanita. Tak lupa pria itu menyuruh asisten rumah tangganya untuk menyiapkan buah untuk Chacha. Chacha selalu saja bisa menyiapkan dirinya untuk bisa melayani Andrew ketika pria itu menginginkannya. Ia tak pernah bosan dengan Andrew begitupun sebaliknya. Karena keduanya saling membutuhkan, apalagi keduanya sama-sama tahu bagaimana cara membuat hubungan mereka tidak hambar. Andrew tahu apa yang menjadi kebutuhan Chacha dan apa yang diinginkannya begitupun sebaliknya. Maka walaupun keduanya sering melakukannya, keduanya tidak pernah kehabiskan akal dan selalu menginginkannya lagi dan lagi. Keduanya tahu harus berbuat apa, sama seperti malam ini. Setelah berendam dan membersihkan diri, Chacha siap untuk melakukannya dengan Andrew sesuai dengan keinginan pria itu. Senyum Andrew mengembang ketika melihat wanitanya datang sesuai dengan yang diinginkannya. Andrew langsung saja menyambut wanita yang dicintainya itu dan mempersiapkan segalanya untuk memulai permaianan yang akan mereka lakukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD