PART. 59

857 Words

Di dalam kamar Tari. Tari, dan Raka belum tertidur. Mereka duduk di sofa, sambil menikmati acara di televisi. "Kenapa kamu terus menatap kedua tanganmu, Sayang?" "Rasanya seperti mimpi, Aa. Saat bayi mungil itu seperti melompat, dan masuk ke dalam rengkuhan kedua tanganku." "Kamu hebat, Sayang. Tidak panik, dan tidak gugup sama sekali. Bisa bertindak, dan berpikir cepat." "Dia, cicit kita, cantik sekali ya, Aa." "Sangat cantik, seperti dirimu." Raka mengecup sisi kepala Tari. "Semoga dia tidak bicara kepeleset seperti Cantika, dan Asma, dan dia bisa peka, tidak seperti Aa, dan Aska, yang terkadang loadingnya lama." Raka terkekeh pelan. "Mungkin itu sudah ciri khas dari keturunanku. Kalau mengikuti kamu, ya pastinya, gesit, ceriwis, jagoan, super peka, berjiwa deketip.... " "Detekt

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD