Setelah mendiamkanku sepanjang perjalanan pulang, Abimanyu turun begitu saja dan membanting keras pintu mobilnya. Dengan wajah merah padam, dia bergegas masuk ke rumahnya tanpa mengindahkanku. Melihat gelagatnya yang seperti itu, aku semakin yakin dia tadi melihatku berpelukan dengan Aksa. Lebih parahnya lagi, dia juga memergokiku sedang menangisi pria itu. Meski ragu ragu, aku mengetuk pelan pintu kamarnya. Tak lama kemudian dia muncul dari balik pintu yang sudah terbuka lebar. "Masuk!" perintahnya tanpa ingin sedikitpun dibantah. Aku masih diam mematung di muka pintu, jantungku berdegup kencang melihat matanya yang berkilat menatapku tajam. "Kenapa? Takut?" tanya sinis. Aku menggeleng, lalu dengan setengah terpaksa melangkah masuk ke dalam kamarnya. Tapi baru beberapa langkah, aku