Bab 1. Yang Datang menumpang

1336 Words
“Sam! Jangan keterlaluan! Pelankan suaramu, ada Kinara dibawah! Dia hanya tinggal selama 2 minggu! Apa salahnya sih menolong saudara sendiri?! Dia anak Yulia, sepupu mama!” tegur Ratna sang ibu sambil menatap Samudra Wiratama dengan pandangan tajam. Pria yang biasa dipanggil Sam itu hanya mendengus pelan dan menatap sang ibu kesal. Rumah ini adalah miliknya yang ia dapatkan dengan hasil jerih payahnya sendiri. Dan sudah bertahun- tahun ia hidup sendirian dengan bebas, dan kini harus terganggu karena ada orang lain yang menumpang walau sesaat. Rasa kesal itu semakin menebal ketika mendengar siapa yang akan menumpang. Kinara. Anak tante Yulia. Sudah lama ia merasa keberatan dengan sikap ibunya yang selalu royal dan menolong sepupunya yang bernama Yulia. Kini anak tertuanya – Kinara hendak menumpang, membuatnya jengah dan merasa terganggu. “Aku gak suka! Setiap urusan tante Yulia, mama selalu mengiyakan semua keinginannya!” jawab Sam dingin. “Sam! Bukan selalu mengiyakan, tapi mama hanya ingin membantunya! Sekarang mama mau titip Kinara disini bukan tanpa alasan. Minggu depan dia sudah ada 3 interview yang menunggunya! Jika dia bisa mendapatkan pekerjaan di Jakarta, setelah itu dia bisa nge kost dan gak perlu tinggal disini lagi. Jangan terlalu kejam Sam! Kamu harus punya Empathy!” Sam hanya diam dan melengos meninggalkan ibunya dengan wajah muram menuruni tangga. Ia sempat terpaku beberapa detik ketika melihat wajah cantik Kinara yang berdiri menunduk masih menggenggam koper di depan pintu masuk dan tampak takut ketika melihatnya. Sudah pasti gadis itu mendengar perdebatan dirinya dan sang ibu. “Kamar tamunya disana! Kamu bisa tidur disitu,” ucap Sam dingin tanpa meninggikan suaranya. Raut wajahnya tak lagi tampak kesal, karena ia merasa tak enak melihat Kinara yang menundukan wajahnya begitu dalam. Walau ibu mereka bersepupu tapi mereka tidak dekat dan jarang sekali bertemu. Pertemuan terakhir Sam dengan Kinara saat gadis itu masih sd dan ia sudah SMA. Usia mereka yang terpaut jauh, membuat Sam tak pernah dekat dengan sepupu jauhnya itu. “Sa … saya pamit saja mas,” ucap Kinara tiba-tiba. “Udah gak apa-apa Kinara, tinggalah disini. Maafkan ucapan Sam ya, ia sudah lama tidak belajar berbagi sehingga ia menjadi orang yang sangat egois!” sindir Ratna yang ternyata ikut turun dan segera mencoba menenangkan Kinara yang terlihat canggung pada Sam. “Sini, tante antar kamu ke kamar,” ajak Ratna sambil mengajak Kinara untuk melangkah masuk lebih dalam kedalam rumah. “Tapi tante, saya ….” “Sudah, ah! Gak usah dipikirin apa yang dikatakan Sam. Ingat, kamu disini untuk mencari pekerjaan,” ucap Ratna sambil membimbing Kinara agar mengikutinya ke dalam. Sam tak menunggu lebih lama, pria itu segera menyambar tas olahraganya tanpa menoleh lagi pada Kinara. Sam tak tahu bahwa Kinara merasa sedih dan ingin menangis ketika mendengar ucapan Sam yang menolak kehadirannya karena dianggap merepotkan. Tak hanya sekali, rasanya sudah sering sekali Kinara mendengar sikap ibunya yang selalu merepotkan semua orang. Tapi Kinara tahu, yang ibunya lakukan adalah untuk bertahan hidup. *** Kinara mengelus perutnya yang terasa sangat lapar. Ia menatap plastik bungkus roti yang tadi dibelikan Ratna – sang tante saat mereka pergi bersama menuju rumah Samudra. Semua hanya tinggal bungkus plastik tak tersisa isinya, bahkan remahnya pun sudah tandas Kinara makan. Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, dan malam ini adalah malam pertama ia berada dirumah Samudra. Dari siang tadi pria itu belum kembali sehingga Kinara menggunakan kesempatan itu berkeliling rumah untuk melihat-lihat. Rumah Samudra berada disebuah townhouse yang hanya berisi 6 rumah. Rumah Sam berdesain minimalis dengan dominan warna hitam, abu dan coklat. Jendela yang besar membuat rumah itu terasa terang dan luas. Tak ada sekat, di lantai dasar membuat rumah itu terasa luas walau sebenarnya tak terlalu besar. Kinara sempat mengintip ke lantai atas, tampak lantai atas itu adalah ruangan pribadi Samudra. Ada dua kamar tidur, tetapi yang satu ia jadikan kamar kerja, dan diluar kamar itu terdapat perpustakaan kecil yang nyaman. Di dapur bersihnya terdapat kulkas besar yang isinya sedikit sekali. Mengingat postur tubuh Sam yang tinggi dan atletis, Kinara bisa melihat pola hidup sehat yang diterapkan Sam. Tak ada cemilan, mie instant, minuman manis atau apapun. Isi kulkasnya hanya berisi air putih, d**a ayam beku, daging beku di dalam freezer. Begitu kosong. Awalnya Kinara hendak mencari warung di sekitar rumah, tapi untuk keluar rumah saja ia masih sungkan. Pesan makanan online? Ia masih belum tahu alamat lengkap rumah ini, lagi pula harga ongkos kirimnya hampir sama dengan makanan yang hendak ia pesan. Kinara merasa sayang untuk menghabiskan uangnya hanya untuk makanan. Alhasil, kini ia hanya bisa banyak-banyak minum air putih dan menghabiskan waktunya untuk membaca, dan menahan diri untuk tidak browsing. Ia belum tahu password wifi rumah ini, jika menggunakan kuota handphonenya ia merasa sayang karena sudah mulai terbatas. Nonton tv? Ia pun tak berani karena Samudra meletakan tivi besarnya di area perpustakaan yang tentunya berada di lantai atas. Lantai yang tak ingin Kinara kunjungi dua kali. Kinara menghela nafas panjang, ia mencoba untuk tidur walau matanya tak bisa terpejam. Tubuhnya gelisah karena tak nyaman, ia merasa menumpang dirumah yang salah, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Lokasi rumah Samudra adalah rumah yang paling dekat dari area sudirman dimana ia akan melakukan interview kerja. Semakin dekat jaraknya, semakin murah dan semakin cepat ia sampai kantor tujuan. Andai saja rumah tantenya Ratna-ibunda Samudra berada ditengah kota mungkin ia akan memilih untuk menumpang dirumah Ratna yang baik hati. Sayangnya, rumah mereka berada di daerah yang cukup jauh untuk Kinara. Bukan tanpa alasan Kinara datang lebih dulu beberapa hari. Ia butuh menyesuaikan diri, belajar naik turun busway, mrt atau kendaraan umum lainnya agar bisa mengukur kapan ia berangkat agar ia tak terlambat sampai tujuan. Karena ia masih buta soal Jakarta. Kinara mencoba menyibukan diri dengan mengirim pesan pada sang ibu. “Gimana, Samudra kabarnya?” tanya Yulia saat membalas pesan Kinara. “Hmm, baik ma.” “Dia baik gak sama kamu? Jangan merepotkan Samudra ya, apa yang bisa kamu lakukan untuk membantu di rumah itu, lakukan saja.” Membaca pesan sang ibu, Kinara hanya diam dan menatap handphone lusuhnya dalam. Andai ibunya tahu apa yang Samudra pikirkan tentang mereka, pasti hatinya akan sakit sekali. Kinara melonjak kaget, ketika mendengar pintu kamarnya diketuk. “Ya?” “Ini aku Samudra, bisa keluar sebentar?” Kinara segera melompat dari tidurnya dan membuka pintu. Dihadapannya ada Samudra yang tampak menahan rasa kesal. “Iya mas?” tanya Kinara takut-takut dengan suara pelan. “Tolong angkat sepatu dan sandal yang kamu simpan di depan pintu. Kamu lihat di samping pintu ada lemari yang menempel ke tembok itu? Itu tempat sepatu, lebih baik kamu menyimpan sepatu dan sendal mu di dalam,” suruh Samudra yang moodnya tampak terganggu melihat sepasang sepatu dan sandal milik Kinara. “Oh baik mas,” jawab Kinara sambil segera bergerak menuju pintu mengambil barang miliknya dan berjongkok untuk memasukan sepatu dan sandalnya ke dalam lemari sepatu yang ditunjukan Samudra. Melihat Kinara yang berjongkok, Samudra reflek membalikan tubuhnya membelakangi Kinara yang berjongkok di belakangnya karena posisi mereka terlalu dekat. Kinara berjongkok, gugup. Saat ia berdiri terlalu cepat, keseimbangannya goyah. Kepalanya tanpa sengaja membentur b****g Sam, membuat pria itu terdorong ke depan. “Kinara!” “Ma … maaf mas! Aduh, gak sengaja!” ucap Kinara cepat. Wajah gadis itu terlihat begitu merah, sedangkan Sam mendengus kesal walau diam. “Besok hari senin akan ada asisten rumah tanggaku datang. Namanya Bu Irma. Dia hanya datang untuk membersihkan rumah, tapi jika kamu mau makan bisa minta dibuatkan olehnya. Pesanku, jangan naik ke lantai atas! Jangan bawa teman atau siapapun kerumah ini. Aku tidak suka suasana bising.” “Baik mas.” “Ya sudah, istirahat sana,” suruh Sam sebelum pria itu bergerak pergi. “Mas…” “Apalagi?” “Boleh tahu wifi password rumah ini? Soalnya kuotaku tinggal sedikit,” ucap Kinara sedikit malu menatap Samudra perlahan. Samudra segera menyebutkan id dan pass wifi rumah itu sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Kinara menuju kamarnya. Di dalam kamar, perlahan Samudra mengelus bokongnya yang terasa sedikit sakit. Entah mengapa dia yang diseruduk, tetapi ia yang merasa malu dan terusik. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD