Dua bulan. Enam puluh hari yang diwarnai oleh kebahagiaan yang terasa asing, namun begitu didambakan bagi Zorion.
Bagi Donzello, rentang waktu itu bagai mimpi yang akhirnya menjadi nyata setelah penantian panjang.
Ia bisa menghirup udara kebebasan, bertemu, bercanda, dan memeluk putranya, Zorion, hampir setiap hari.
Bahkan, ada momen-momen manis di mana Zorion menginap di rumahnya yang hanya berjarak dua rumah dari tempat Zelaza tinggal.
Mereka menghabiskan akhir pekan dengan menonton film, memasak pasta bersama, atau sekadar bercerita tentang kehidupan Zorion di Italia.
Donzello dengan lahap menikmati setiap detiknya, berusaha menebus semua tahun yang hilang bersama putranya.
Namun, di tengah kebahagiaan yang mulai pulih itu, tetap ada dinding kaca yang membentang kokoh. Zelaza
