Akbar masih menatap tajam pada sahabatnya itu sambil menunggu jawabannya. “Bar, bisa enggak tangannya diturunin dulu. Kita ngomong baik-baik ya. Aku bisa jelasin semuanya ke kamu.” Akbar melunak, dia lepaskan cengkeramannya dari kerah baju Rio dan mereka pun duduk berhadapan. “Sebelumnya, kami mau minta maaf. Kami tahu kamu enggak nikah sama pacar kamu. Cuma gimana ya. Kamu kan sudah nikah nih. Masa iya, istrimu dianggurin aja gitu.” Rio memperhatikan ekspresi wajah Akbar. Rio terkejut mendengar suara tangan Akbar memukul meja. “Kalian enggak kasihan sama Hana? Tadi malam dia sudah menjadi korban.” Akbar menunduk menyesali perbuatannya. “Kenapa kami harus kasian sama Hana? Dia kan istri kamu. Justru aku kasihan kalau Hana cuma dijadikan alat buat kamu bikin Rara menyesal. Jujur