CH 08 ~ Drunk!

1001 Words
We found each other I helped you out of a broken place You gave me comfort But falling for you was my mistake.. I put you on top, I claime you so proud and openly And when time were rough I made sure i held you close to me Kita saling menemukan Aku menolong mu keluar dari sebuah tempat rusak Kau memberiku kenyamanan Tapi jatuh cinta padamu Adalah kesalahanku.. Aku memprioritaskan mu Aku mengakui mu secara bangga dan terbuka Dan pada saat-saat sulit Ku pastikan aku memelukmu dekat denganku. Penggalan lagu yang di bawakan oleh salah seorang penyanyi di bar itu, berhasil menambah kepedihan di hati Naya. "Yes, I was wrong for starting this love. I'm stupid! I feel so stupid." Naya masih meneguk vodka yang hampir ia habiskan satu botol. Saat itu V sedang sibuk melayani tamu lain yang datang. Sesekali ia melirik Naya, gadis itu memang baru pertama kali meneguk minuman panas tersebut. Tapi, tanpa disangka, Naya cukup kuat, bahkan ia belum mabuk padahal botol itu hampir kosong. Saat satu tegukan terakhir akan menempel di bibirnya. Tiba-tiba V datang merebut cawan itu. "Stop it, Kanaya! You will be drunk in a moment!" sentak V. Naya malah tercengir sambil mengerucutkan bibir. "Give it to me! Don't take it." V tetap menjauhkan gelas tersebut dari Kanaya. "No! It's enough, okay!" Naya menelungkup kan wajahnya, ia meracau tidak jelas, Naya bergumam sambil berulang kali menyebut nama Daddy-nya. "Steve! b******k! Aku benci kamu!" ucap Kanaya. V menggeleng, "Nay!" Kanaya tersenyum ke arah V. "Steve b******k! Hahahaha! Aku benci daddy-ku itu, dia tampan, dia memabukkan!" V semakin yakin bahwa Kanaya sudah benar-benar mabuk. "Kanaya! you're drunk. I'll call your dad soon." Kanaya masih tertawa. "Jangan telepon dia. Dia sedang sibuk dengan kekasihnya. Apakah kamu tahu? Dia akan menikahi wanita laknat itu! Hahaha..." "Astaga, Kanaya.. jadi ini yang membuat kamu datang kesini dan mabuk? Kamu sedang patah hati, dan orang itu ayahmu sendiri? Apa kamu gila! Kanaya!" Tentu saja V tidak tahu kalau daddy-nya itu hanyalah ayah angkat Naya. "Aku memang gila! Aku gila karena Steve! Aku menggilai Steve!" teriak Naya. Ia semakin tidak dapat dikendalikan lagi. V tidak paham yang sedang di bicarakan oleh Naya. Ia lebih memilih mengambil handphone Kanaya, lalu mencari nomor kontak atas nama Daddy. "Nah, ini dia ada nama Daddy-nya. Sebaiknya aku segera menghubunginya sebelum Kanaya semakin parah," gumam V. "Bi, Kanaya kemana? Ini sudah jam sembilan, kenapa belum pulang juga?" tanya Steve merasa cemas. "Iya ya, kenapa non Kanaya belum pulang juga, tadi bilangnya ke tempat temannya, Alice," ucap Bi Mer. "Apa perlu Bapak susulin, Tuan?" tanya Pak Bas yang ikut merasa cemas. "Coba Bi Mer telepon rumah Alice, barangkali Naya sudah di perjalan pulang. Bibi ada nomornya kan?" tanya Steve. Bi Mer mengangguk. "Ya, Bibi ada kok, Tuan." "Syukurlah, coba Bibi telepon nomor rumah Alice," Bi Mer pun mengangguk dan langsung menghubungi nomor Alice. Saat bi Mer menanyakan Kanaya, Alice bilang bahwa Kanaya tidak ke rumahnya. Sontak Bi Mer terkejut, lalu kemana Naya sebenarnya? Alice juga tidak tahu akan hal itu, karena Kanaya tidak memberitahu dia sama sekali. "Tuan, kata Alice, non Kanaya tidak berkunjung ke rumahnya. Astaga Tuan, ini semua salah Bibi karena mengizinkan non Kanaya pergi. Bagaimana kalau non Kanaya..." ucapnya terputus. "Astaga! Kamu kenapa bisa tledor sih? Kenapa malah mengizinkan non Kanaya pergi sendirian?" sentak pak Bas pada istrinya. Tentu saja Bi Mer tidak tahu kalau Kanaya berbohong padanya. Ia sekarang cemas begitu juga dengan Steve. "Ya Tuhan, jadi kemana perginya Kanaya?" ucap Steve benar-benar takut terjadi sesuatu pada putrinya. Tak lama kemudian, ponsel Steve berdering, ada panggilan masuk dari nomor Kanaya. "Kanaya? Astaga akhirnya dia menelepon," ucap Steve yang langsung menggeser layar ponselnya. "Hallo? Naya kamu dimana?" tanya Steve dengan nada cemas. "Apa?" mendadak wajah Steve berubah panik. "Naya mabuk? Katakan dimana dia sekarang!" Raut wajah Steve bercampur antara marah dan takut. Bi Mer dan Pak Bas sampai tersentak mendengar suara Steve yang meninggi, sudah lama sekali mereka tidak melihat Steve semarah itu. "Baik, jangan sedikit pun kamu berani menyentuh Naya! Awas kalau sampai terjadi sesuatu padanya. Aku tidak akan memaafkanmu!" Steve langsung mematikan teleponnya dan segera mengambil kunci mobilnya. "Aku menjemput Kanaya dulu," ucap Steve berpamitan pada Bi Mer dan Pak Bas. "Hati-hati Tuan. Ya Tuhan non Kanaya, semoga tidak terjadi sesuatu pada kamu," ucap Bi Mer merasa cemas. Di perjalanan Steve terus mempercepat laju mobilnya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Naya bisa senekat itu meneguk alkohol bahkan sampai mabuk. Padahal sebelumnya Kanaya tidak pernah seperti ini, belum pernah sama sekali. "Naya, kamu kenapa menjadi seperti ini? Apa sebegitu sakit hatinya kamu sampai kamu mabuk-mabukan?" Steve memukul kemudinya, ia sangat emosi karena membayangkan yang tidak-tidak. Belum lagi seorang pria yang meneleponnya tadi, Steve berpikir apa hubungan dia dengan Kanaya, kenapa dia bisa menyentuh ponsel putrinya itu. Sesampainya di Bar tersebut. Steve tidak membuang waktu, ia segera masuk ke dalam dan mencari keberadaan Kanaya. Saat itu matanya melirik kesana kemari, mencari dimana putrinya. Sampai pandangannya akhirnya menemukan sosok Kanaya yang sedang tertidur di sebuah meja. "Naya!" Steve langsung menghampiri gadis itu, menepuk pipi Kanaya. Tapi gadis itu benar-benar mabuk. "Apakah Tuan adalah Daddy-nya Naya?" V menghampiri Steve. Tak di duga Steve langsung melayangkan bogem mentah di wajah V. "Brengsekk! Kamu yang sudah membuat Kanaya mabuk seperti ini, hah? Kamu berani-beraninya mengajarkan gadis seumuran Kanaya mabuk! Siapa kamu!" gentak Steve. V meringis sambil memegangi ujung bibirnya yang terkena pukulan Steve. "Tuan, Anda salah paham, saya tidak melakukan apapun pada Naya. Saya juga tidak mengajari Kanaya minum, dia memaksa saya memberikan segelas vodka." V berterus terang pada Steve, tentu saja dia tidak tahu kalau Naya tanpa sepengetahuannya malah menghabiskan satu botol sendirian saat dia sedang sibuk melayani tamu lain. "Kamu pikir saya percaya hah? Awas kalau sampai terjadi sesuatu pada Naya, saya akan menuntut mu!" Steve langsung menggendong Kanaya yang masih tidak sadar. Ia membawa Naya ke dalam mobilnya. Sedangkan V masih menahan rasa pedih bekas pukulan Steve tadi. "Astaga, kenapa dia main pukul aja sih?" V meringis memenangi bekas pukulan Steve yang terasa cukup perih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD