Setelah kandungan Kanaya genap sembilan bulan. Kondisi fisik Naya semakin mudah lelah, ia pun sudah mengajukan cuti melahirkan. Untungnya, kuliahnya telah selesai, hanya tinggal mengurusi beberapa penyelesaian berkenaan dengan kelulusannya yang akan di laksanakan enam bulan kemudian.
“Sayang, tolong kamu bantu aku memasukkan pakaian ini ke dalam tas,” pinta Kanaya pada suaminya yang selalu siaga di sisinya, tidak ingin lengah, karena dokter bilang kemungkinan Kanaya melahirkan adalah minggu-minggu ini.
“Siap, Mommy.” Dikecupnya bibir Naya sebelum akhirnya ia melakukan apa yang di perintahkan istrinya tadi.
Kanaya merona malu. “Dasar Daddy, genit. Bukan begitu, boy?” sambil mengelus perutnya.
Steve langsung menciumi perut buncit Naya. “Boy, kamu harus menjadi pria yang setia nantinya, s
