“Ayo dong, Bunda, please… please….” Elang menangkupkan kedua tangan di depan d**a memasang wajah memelas paling menggemaskan yang ia bisa sambil terus memohon dengan suara lucu pada Audri. “Enggak.” Audri menjawab tegas sambil menyuapi Langit – putranya yang kini telah berusaha enam bulan. “Bunda nggak seru!” Elang mengerucutkan bibir, menyedekapkan tangan di depan d**a tanda perlawanan. “Biarin nggak seru. Asal Elang nggak nonton acara begituan.” Audri tetap bersikukuh dengan pendapatnya, sama sekali tidak terpengaruh oleh aksi protes Elang. “Emang kenapa sih, Bun? Waktu itu kan udah pernah nonton? Kenapa sekarang jadi nggak boleh?” Elang melancarkan protes bertubi-tubi. Kemampuan bicara anak itu sudah jauh berkembang dari pertama kali ia datang ke rumah ini. Audri menoleh pada Elang