BAB 1 SAMPANYE DAN GAUN MERAH

1106 Words
"Terima kasih telah datang di pestaku pertunanganku Arthur. " Regan berjalan menuju balkon menyapa sahabatnya Arthur pria dingin dan jarang tersenyum. "Bukan sebuah masalah besar,selamat atas pertunanganmu. "Arthur yang berdiri di balkon sambil menikmati segelas sampanye. Sebenarnya dia tak suka menghadiri acara seperti ini Regan tak suka keramaiaan yang hanya di isi oleh orang orang yang penuh kepalsuan. tapi dia tak bisa menolak undangan sahabatnya Regan. Padang Arthur menatap tajam, wanita yang mencuri perhatianya sedari tadi . wanita yang mengunakan gaun satin berwarna merah duduk disalah satu meja dan terlihat bingung. Arthur seperti tertarik untuk melihat wanita itu lebih dekat. Valery merasa bingung harus seperti apa di acara pertunanganan bos besar mereka jujur saja ini pertama kalinya Valery mengadiri acara yang begitu besar. ia hanya seorang wanita biasa dan juga bukan dari kalangan orang kaya. Valery mengalihkan tatapanya untuk menemukan pemandangan yang mungkin saja bisa menghilangkan sedikit rasa gugupnya. ia melihat keatas tepat di balkon padangan jatuh pada pria berjas hitam dan berdasi kupu kupu wajah tampan dan mata yang tajam juga mantapnya pria itu memiliki postur tubuh layaknya seorang model bahkan wajahnya benar benar menghinoptis Valery untuk terus melihat lebih. setelah tersadar Valery akhirnya kembali memutuskan kontak matanya terlebih dahulu. Jantungnya berdetak dengan keras ia merasakan takut bagimana jika pria itu seorang penjahat atau mungkin seorang pembunuh bayaran seperti novel yang sering ia baca sungguh menakutkan hingga tiba tiba ada sebuah tepukan dibahu vaelery membuat Valery terkejut ternyata pelakunya adalah Clara yang juga sesama rekanya di kantor. ‘’astaga kau ini. ’’ Valery menarik nafasnya. ‘’Ada apa dengamu Valery?. ’’Clara duduk di samping Valery melihat sahabatnya yang sedikit aneh ada rasa takut yang terlihat jelas disana. ‘’tidak ada,apa kita sudah boleh pulang Clara. ’’velery tak ingin menceritakan tentang pria yang baru saja ia lihat berapa menit yang lalu entah saat ini pria itu masih ada atau tidak Valery sangat ingin melihat sekali lagi tapi dia juga takut. ‘’bisakah menunggu beberapa menit lagi kita harus berpamitan pada pak Regan. ’’Clara meminum menikmati makanan yang sudah di siapkan oleh pelayan. ‘’kau ingin minum?sedari tadi aku tak memlihatmu menelan makanan apapun. ’’ ‘’yeah please tolong ambilan aku minuman. ’’velery sedikit membasahi tenggorokanya yang sudah sangat kering. Clara langsung memanggil pelayan yang berjalan membawa napan yang berisi berbagai jenis minuman tangan Clara mengabil satu gelas orange jus untuk Valery yang tak pernah minuman alkohol dan segelas sampanye untuk dirinya. Clara meletakan kedua gelas itu di atas meja dan belum sempat Clara berkata Valery sudah meminum habis segelas sampanye miliknya. Valery merasakan sensasi terbakar pada tenggorakanya dan rasa yang sedikit aneh. ‘’minuman apa ini rasanya aneh?. ’’Valery berkata dalam hati. ‘’astaga Valery itu minuman milikku. ’’Clara hanya tak habis fikir Valery meminum sampanye seperti meminum air putih. ‘’minuman apa ini Clara. ’’ Valery merasa panas pada perutnya dan sedikit pusing sekarang. "Itu sampanye apa kau baik baik saja?. "Clara panik takut Valery kenapa kenapa. "Aku baik baik saja percayalah,aku ingin ke toilet sebentar. " Valery berubah menjadi semakin berani. "Apa kau ingin kutemani Valery?. " "It's okey Clara aku bisa sendiri. "Valery tersenyum meninggalkan Clara. Valery jalan di antara keramaian dia terlihat bingung mencari toilet di ruangan begitu besar ini dan Valery tak tau harus bertanya kepada siapa lagi. Buuukkk. . tubuhnya bertabrakan dengan pria berbadan besar dan tinggi Valery tak berani mengangkat kepalanya selain menatap sepatu pantofel mahal milik pria itu. "Kau mencari sesuatu Valery?. ''Valery mengangkat kepalanya untuk melihat pria yang mengetahui namanya. Bagaikan sebuah sihir Valery jatuh cinta kepada mata biru seperti lautan itu rambut yang berwarna kecoklatan dan bibir yang tersulam indah. "Bukankah dia pria yang kulihat di balkon?. "Arthur menarik pingang Valery saat melihat pelayan yang membawa napan hampir menambrak tubuh Valery. Valery terkejut dengan apa yang di lakukan pria di depanya ini tubuhnya kini semakin dekat bahkan Valery dapat mencium wangi parfum yang semerbak dari jas mahal yang pria itu gunakan. Valery mencoba melepaskan pelukan pria di depanya, tapi Arthur tak mau melepaskan tanganya dari pinggang Valery dia tak pernah merasakan hal ingin memiliki suatu hal seperti hari ini berdekatan dengan Valery membuatnya merasa harus memiliki Valery dengan cara apapun. "Bagiamana jika kau menjadi milikku saja Valery. " Ucapan pria bermata biru itu sulit untuk Valery memengerti kepalanya semakin pusing. "Apa maksudmu aku tak mengerti?,dan tolong lepaskan aku. "Valery pingsan dalam pelukan Arthur membuat pria itu panik dan menggangkat tubuh Valery ala bride style. "Regan dimana kamar ruang tamumu?. "Arthur menghampiri Regan yang masih berbicara dengan para pemilik perusahaan. "Ada apa?. "Regan melihat sahabatnya Arthur datang membawa wanita yang baru saja di tanyakan Arthur namanya dan kini sudah ada di gendongan sabahatnya. "Dia pingsan?. " "Bawa saja kekamar atas disana ada kamar tamu yang kosong. "Arthur segera membawa tubuh wanita yang mungil baginya itu menuju kamar milik Regan. Ia meletakan tubuh Valery dia atas ranjang. Arthur tak tau harus melakukan apa tapi ia sudah memastikan bahwa Valery hanya pingsan karena sebelum itu Arthur sudah memeriksa denyut nadi Valery. Arthur hanya memperhatikan wajah velery yang tertidur dengan damai,wajah yang cantik dan bibir yang mengoda ingin sekali Arthur memberi kecupan singkat disana tapi dia bukan pria bajingan. Yang mengambil keuntungan saat wanita itu tak sadar. Arthur menyelimuti tubuh Valery dengan selimut,ia tak ingin wanita itu sakit hanya karena mengunakan gaun yang berbahan tipis bagi Arthur. ''aku sangat tertarik denganmu Valery. "Arthur memindahkan anak rambut yang menutupi wajah Valery. *** Valery tersadar dan membuka matanya " dimana ini?. "Valery terlihat bingung saat dia berada dikamar besar dan megah. ia memegang kepalanya yang masih terasa pusing. "Kau sudah bangun?. '' suara pria membuat Valery melihat wajah pria dingin itu keluar dengan handuk dan rambut yang basah. Aaaaakkhhhh. . . Valery berteriak dan langsung menyingkap selimutnya untuk memastikan hal yang tak dinginkan terjadi. Valery bernafas lega saat melihat ia masih mengunakan pakaian pestanya semalam. "Tenang saja aku tak menyentuhmu sedikitpun. "Arthur memakai kemeja miliknya yang baru ia harus berangkat kantor pagi ini. demi Valery ia memilih nginap di rumah Regan karena tak mungkin membawa wanita itu kerumahnya. Valery teringat apa yang terjadi pada dirinya semalam membuat ia merasa malu dengan dirinya sendiri. " Terima kasih. "hanya itu yang dapat Valery ucapkan ia tak tau harus mengatakan apa lagi karena memang dia yang bersalah disini. "Bagunlah dan ganti pakaianmu supir Regan akan mengatarmu pulang. " Arthur seakan tak perduli dan lebih dulu keluar meninggalkan Valery yang masih belum sadar sepenuhnya. Valery akhirnya sampai di kontrakan kecil miliknya ia membaringkan tubuhnya di atas kasur yang hanya sebesar tubuhnya. ia sangat malu saat mengingat ingat kejadian beberapa jam yang lalu. "Matilah aku ya tuhan bagaimana jika aku di pecat?. "Valery berkata di dalam hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD