Ian menatap Carla dengan tatapan dingin dan tajam, memperhatikan setiap gerak-geriknya. Rona bahagia di wajah wanita itu jelas tidak bisa disembunyikan. Dia tampak terlalu puas, seolah-olah baru saja memenangkan sebuah permainan lotere. Itu membuat Ian semakin yakin bahwa Carla ada di balik semua ini. Perlahan, Ian mendorong piring rotinya yang hanya dimakan separuh. Rasa lapar yang tadi sempat ada kini lenyap sepenuhnya, tergantikan oleh kemarahan yang mendidih di dalam dadanya. Dia memundurkan kursinya dengan gerakan kasar dan berdiri. Dengan langkah tegas, dia mendekati Carla, berdiri tepat di sampingnya. Carla, yang sedang menikmati sisa sarapannya, mendongak dengan wajah tersenyum tipis. Senyum yang seolah menyiratkan kemenangan atas sesuatu yang hanya dia ketahui. Tapi, tatapan