“Papa, minggu depan, Citra mulai premiere dan promo film. Tolong Papa gak usah minta dokter Bram menemani Citra. Citra gak nyaman. Citra lebih nyaman kalau Mama, kak Reksa, atau Papa sendiri yang menemani. Tolong Papa mengerti,” pinta Citra saat mereka sarapan. Satya tak menjawab. Dia tahu, Raka sebetulnya jauh di atas ekspektasinya. Anak itu, dengan segala priviledge yang dimilikinya, tetap berusaha memperoleh ijin Satya untuk menemui putrinya. Entah sudah berapa kali Raka datang. Dan sebanyak itu pula Satya menolaknya. “Kamu yakin sama dia?” “Apa Papa yakin orang lain ada yang bisa lebih baik memperlakukan Citra?” Satya menghembuskan napas. Keluarga Ranuwijaya punya segalanya untuk menekan Satya, tapi itu tidak pernah dilakukannya. Mereka justru membiarkan anak sulungnya berjuang se