Raka tergopoh memasuki area rumah sakit. Ia sedang memimpin rapat saat ibu mertuanya menelponnya mengabarkan Citra dibawa ke rumah sakit. Dia berlari dengan langkah lebar secepat yang ia bisa, membuatnya nyaris menabrak beberapa orang. “Mama,” kedua mertuanya sudah ada di depan ruang bersalin dengan Ans dalam gendongan ibu mertuanya. “Masuk cepat. Anakmu yang ini benar-benar suka bikin heboh dari awal,” Satya yang masih menggunakan snellinya membukakan pintu dengan cepat. “Suaminya,” ia memberitahu dengan suara agak keras agar Raka dibiarkan masuk. Seseorang segera memberi Raka baju steril rumah sakit dan memintanya duduk di dekat istrinya. Di antara peluh yang memenuhi dahinya, Citra masih sempat tersenyum mendapati wajah tegang Raka. “Adek mau lahir?” tanya Ans pada neneknya. “Kita