Berbagai kelebatan ingatan yang memenuhi pikiran juga mengingatkan akan saat-saat aku melakukan kesalahan padanya. Ketika aku mendesaknya untuk menerimaku. Ketika aku menyentuhnya dan ingin menjadikannya milikku secara paksa. Walaupun pada akhirnya aku berhenti, saat-saat itu benar-benar membuktikan bahwa kita tidak pernah akan tahu batas diri kita yang sesungguhnya sampai berhadapan dengan kondisi yang akan membuat kita melanggar prinsip diri sendiri. Terkadang cinta dan nafsu itu terpisah oleh selembar kertas saja. Aku mencintai, juga sangat menginginkannya. Hal itu sangat wajar, terlebih dia adalah perwujudan dari semua impianku akan seorang wanita idaman. Cantik, lembut, pintar, dan baik hati. Calon istri yang sempurna. Kalau saja memang hatinya hanya untukku seorang, maka tak pel