Viola duduk bersila di atas sofa dengan rambut acak-acakan dan kaos lusuh pinjaman dari Nara. Matanya menatap ke luar jendela apartemen lantai tiga dengan senyum kecil di wajahnya. Tangannya menggenggam mug teh hangat yang baru saja diseduh. Sudah tiga hari. Tidak ada telepon misterius. Tidak ada penjaga. Tidak ada Mario. Dia benar-benar merasa bebas. “Hahhh…” Viola mengembuskan napas panjang. “Akhirnya…” Dari dapur kecil, Nara menoleh sambil mengaduk nasi goreng di wajan. “Senang banget kelihatannya,” ucapnya santai, tapi matanya mengawasi Viola dengan seksama. “Apa yang bikin kamu senyum terus dari tadi pagi?” Viola tertawa kecil dan menyandarkan tubuhnya di sofa. “Akhirnya hidupku kayak orang normal, Nar. Tiga hari tanpa vila terkunci, tanpa pengawal aneh, tanpa Mario muncul di seti