Bab 11. Perselisihan

1004 Words
"Eleena mungkin sibuk, jadi dia enggak bisa datang." Jesica menenangkan suaminya dengan kata-kata lembut. Dedi mendengus, merasa bahwa Jesica terlalu memanjakan Eleena. "Sibuk apa sampai gak pulang setelah menikah?! Dia bahkan enggak bisa bujuk suaminya sendiri buat pulang dan berkunjung ke rumah orang tuanya! Itu karena kamu terlalu memanjakan Eleena!" Jesica tersenyum, menuntun suaminya untuk duduk di atas sofa. "Wajar kalau aku memanjakan Eleena, dia, kan, udah aku anggap anakku juga. Kamu jangan marah, Eleena sekarang, kan, sudah jadi istri Abimanyu. Kamu ayah mertuanya, mulai sekarang bahkan kalau kamu pergi ke Bahuwirya group, mereka pasti akan menyambut kamu dengan senang hati." Apa yang keluar dari mulut Jesica begitu manis hingga membuat Dedi percaya. "Huh!" Dedi mendengus lagi, tapi kali ini dia tidak dapat menahan senyuman di bibirnya. Ketika keduanya bercakap-cakap, Viona turun dari lantai atas. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan balutan gaun berjenis sabrina berwarna biru yang memperlihatkan bahu dan tulang selangkanya yang halus. "Mau ke mana kamu, Vion?" tanga Dedi melihat Viona yang tampak rapih. "Aku mau ngemall," jawab Viona dengan acuh. "Perusahaan sedang dilanda krisis, kamu harusnya stop buat buang-buang uang!" Dedi berkata dengan marah. "Apa, sih, Pah? Bukannya udah ada kerja sama antara Bahuwirya sama perusahaan kita, ya? Lagian krisis atay enggak aku bakalan tetep ke mall!" balas Viona dengan kesal. "Aku pergi dulu, temen-temen ku udah pada nunggu!" Setelah itu dia melenggang pergi, keluar dari rumah. "Viona udah besar, Mas. Dia harus keliatan cantik kalau kita mah dia menikah dengan laki-laki yang baik. Jadi biarin dia belanja sesuka hatinya." Jesica angkat suara, tidak setuju dengan nada marah yang Dedi lontarkan pada Viona. Dedi menghela nafas, menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lelah. Dia selalu memanjakan Viona, meskipun orang luar hanya tahu bahwa Viona adalah anak tirinya, tapi Dedi tahu jika Viona adalah anak kandungnya sendiri dari wanita yang sangat dia cintai, yaitu Jesica. Berbeda dengan Eleena yang lahir karena pernikahan bisnis atas paksaan keluarganya, jadi dia lebih menyayangi Viona dari pada Eleena. ** Eleena membawa Akasha jalan-jalan ke mall. Sebagai seorang wanita yang selalu sibuk bekerja, dia merasa sangat bosan berdiam diri di rumah. Hari ini Akasha mengenakan sebuah stelan berwarna coklat dan putih dengan motif sapi. Tidak lupa dengan sebuah topi berwarna senada dengan baju. Eleena merasa gemas, dia ingin mencubit pipi Akasha yang terlihat lembut. "Kita mau ke mana Tante?" tanya Akasha, berjalan dengan langkah kecilnya sambil memegang jemari Eleena. Eleena menunduk, melihat anak yang lucu itu. "Ke mall, kita mau belanja. Akasha sula belanja?" "Suka!" Akasha menjawab dengan gembira hingga anak itu melompat-lompat. Tertawa, Eleena membawa Akasha masuk ke dalam mobilnya, ada sopir yang Abimanyu pekerjakan untuk Eleena. Di sepanjang perjalanan, Akasha duduk di kursi anak sambil menatap ke luar jendela. Selalu ada hal yang membuat anak berusia tiga tahun itu takjub dan tidak henti-hentinya bertanya pada Eleena. Eleena menjawab dengan sabar satu-persatu. "Nyonya, kita sudah sampai," ujar sopir itu pada Eleena. Eleena mengangguk, dia sangat fokus mengobrol dengan Akasha hingga tidak memperhatikan sekitar. Eleena membuka sabuk pengaman yang ada di kursi anak milik Akasha, lalu membawanya keluar dari mobil. "Woah!" Akasha melihat gedung mall yang besar dam tinggi dengan mulut terbuka. "Ayo masuk!" ajak Eleena. Akasha mengangguk, berjalan di samping Eleena. "Pegang tangan Tante supaya kamu enggal hilang." Keduanya, satu besar dan satu kecil berjalan beriringan. Eleena pergi ke toko pakaian anak, hobi barunya akhir-akhir ini adalah mendandani Akasha dengan pakaian-pakaian lucu. Ketika melewati deretan toko pakaian bermerk, langkah Eleena berhenti saat melihat sebuah piyama ibu dan anak yang terpajang pada manekin salah satu toko. Mata Eleena berbinar, dia langsung membawa Akasha masuk ke dalamnya. Pelayan menyambut kedatangan keduanya, memuji betapa lucunya Akasha. Eleena hanya tersenyum sebagai jawaban. Pakaian yang Eleena pilih adalah sebuah piyama dengan bahan berkualitas. Ada kerah berbentuk kelinci berwarna putih dan saki berbentuk hati dengan gambar wortel di setiap sakunya. Warna piyama itu secara keseluruhan adalah putih dan merah muda. Melihat harga pada label pakaian, Eleena menahan nafas, merasa bahwa jantungnya berhenti berdetak. Sangat mahal untuk sebuah piyama. Eleena ingin membatalkan rencananya untuk membeli, tapi dia malu dengan tatapan pelayan toko di sampingnya. Menggertakkan gigi, Eleena dengan jantung berdarah membeli sepasang piyama ibu dan anak tersebut. Dia lalu membawa Akasha keluar dari toko. "Eleena?" Sebuah suara terdengar dari belakang Eleena, membuat wanita itu menoleh dan melihat Viona yang sedang bersama teman-temannya. Kening Eleena berkerut, apalagi saat tatapan Viona jatuh pada Akasha. "Ah, ini anak tiri lo?" Viona menarik salah satu sudut mulutnya, menatap Akasha dengan senyum miring. Akasha menyusut di belakang Viona. "Hah? Eleena nikah sama duda?" salah satu teman Viona bertanya dengan tidak percaya. "Kok bisa, El? Selera lo turun banyak, ya, setelah putus dari Keanu." Ke tiga orang itu tertawa, bahkan Viona. "Enggak ada urusannya sama kalian," ujar Eleena dengan acuh. "Kenapa enggak ada urusan? Kita, kan, udah kenal lama banget." "Iya, masa sesama temen kaya gitu." "Halo, ganteng. Kenalin, aku Viona, adiknya mamah tiri kamu!" Viona membungkuk sedikit, tersenyum pada Akasha. Melihat bahwa anak itu tidak menanggapinya, dia menegakan punggungnya dan berdecak. "Kayanya anak i***t, deh." Dua teman Viona tertawa. Eleena merasa marah dan kesal, apalagi ketika mendengar Viona yang menyebut jika Akasha adalah anak i***t. Eleena maju selangkah mendekati Viona, lalu dengan suara sangat pelan, dia berbisik tepat di telinga wanita itu, "Viona, yang penting dia bukan anak haram kaya lo." Setelah mengatakan itu Eleena membawa Akasha pergi dari sana. Viona mengepalkan tangannya, kaki jenjangnya menghentak dengan kesal. Dia menatap Eleena dengan penuh kebencian. Status anak haram adalah hal yang paling sensitif bagi Viona, dia bahkan tidak membiarkan teman-temannya tahu jika dia bukanlah anak tiri dari ayahnya, melainkan anak haram. Karena bagi Viona, itu adalah noda yang tidak pernah bisa dia hilangkan. "Dasar jalang!" Viona mengutuk dengan suara rendah. "Kenapa, Vi?" tanya salah satu teman Viona yang menatapnya dengan heran. Menghembuskan nafas, Viona mencoba untuk menenangkan diri. Dia menggeleng, kembali tersenyum pada teman-temannya. "Enggak pa-pa. Ayo jalan lagi!" Ke dua teman Viona mengangguk, kembali melanjutkan langkah mereka. ** "Tante kenapa Akasha i***t?" tanya anak berusia tiga tahun itu. Eleena tertegun, tidak menyangka jika Akasha akan mengingat perkataan yang Viona lontarkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD