Bab 13. Ke Kamar?

1002 Words
Wanita yang sedang menonton tv itu sontak menoleh ke belakang, menatap Abimanyu dengan tanda tanya di kepalanya. "Apa?" Abimanyu terdiam sejenak, dia berdiri tepat di belakang sofa yang Eleena duduki dan menjawab, "Saya harusnya pulang, enggak ninggalin kalian berdua di rumah gitu aja." Eleena mengangguk-anggukkan kepalanya. "Itu, tahu!" "Maafin saya, El. Saya pikir kamu enggak akan merasa nyaman dengan keberadaan saya," ucap Abimanyu dengan pelan. "Ini rumah Mas Abi, saya juga istri Mas Abi dan Mas Abi suami saya. Mana mungkin saya merasa enggak nyaman?" Kening Eleena bertaut, tidak mengerti mengapa Abimanyu berpikiran seperti itu. Eleena mendongak ke belakang, Abimanyu menatap mata wanita itu dengan intens dan kelembutan yang tidak dia sadari. Tatapan Abimanyu turun, mendarat pada bibir semerah ceri milik Eleena. Bibir itu tampak berarti, benar-benar terlihat seperti ceri, menggoda siapapun untuk mencicipinya. Tubuhnya tanpa sadar membungkuk, mendaratkan bibirnya pada bibir milik Eleena. Eleena tersentak kaget, namun ketika Abimanyu mulai melumat bibirnya, dia memejamkan mata. Lidah keduanya beradu, saling membelit dan menyentuh untuk memberikan kepuasan dalam berciuman. Beberapa detik berlalu, Abimanyu akhirnya melepaskan ciumannya, dia menjauhkan bibirnya dari bibir Eleena, ke dua orang itu saling menatap dalam diam. Suasana jatuh ke keheningan, seolah bisa membuat detak jantung keduanya terdengar berirama. Orang pertama yang memalingkan wajah Adalah Eleena, dia mengusap tengkuknya yang memerah. "Leher saya pegel," ucap Eleena dengan suara berbisik. Sudut bibir Abimanyu tanpa sadar terangkat, membentuk sebuah senyuman di sana. "Kalau begitu ke kamar?" Dia berbisik di telinga Eleena. Eleena merasa jantungnya akan meledak karena terlalu cepat berdetak. Pipi, wajah dan telinganya memerah, dia menciutkan lehernya ketika nafas ambigu milik Abimanyu berhembus tepat di telinganya. "Akasha belum tidur," ucap Eleena dengan agak malu. Abimanyu melirik bocah yang menatap fokus pada tv di depannya. Anak itu bahkan tidak menyadari jika ke dua orang tuanya baru saja berciuman. "Dia akan tidur sendiri di kamarnya, tidak perlu ditemani sampai tidur." Abimanyu berjalan memutari sofa, duduk tepat di samping Eleena. Eleena benar-benar merasa malu, dia baru saja di cium dan orang yang menciumnya berada tepat di sampingnya. Eleena belum pernah berciuman sebelumnya, walaupun dia berpacaran selama toga tahun dengan Keanu, akan tetapi masing-masing dari mereka berdua sangat sibuk, dan Eleena juga menolak jika Keanu mengajaknya untuk melakukan hal-hal intim. Mungkin karena itu juga Keanu berselingkuh dengan Viona. Entah berapa lama keduanya duduk di sana sambil menonton tv, Akasha di pangkuan Eleena sudah tertidur. Pipi gembul nya memerah, tubuh mungil itu bersandar pada d**a Eleena. "Biar saya yang pindahkan dia ke kamarnya," ujar Abimanyu, dia bangkit berdiri, mengambil alih Akasha dalam pangkuan Eleena. Pria itu lalu pergi ke kamar Akasha. Eleena terdiam di tempatnya sejenak, setelah berpikir beberapa saat, dia mematikan tv dan bangkit berdiri, pergi ke kamar yang dia tempati. Jantung Eleena berdetak sangat cepat, duduk atas tempat tidur seperti seorang istri yang menunggu kedatangan suaminya. Ketika pintu kamar di terbuka, Eleena buru-buru berbaring di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Abimanyu diam-diam tersenyum, dia tahu jika Eleena tidak mungkin tertidur secepat itu. "Kamu tidur?" tanya Abimanyu. Eleena sama sekali tidak bergerak. Dalam hati dia menghitung, ketika hitungan ke tiga diucapkan, tempat tidur di bawahnya bergerak, menandakan seseorang yang naik dan berbaring di atasnya. "Saya ingat siapa tiba-tiba datang ke kantor dan bilang kalau mau memberi saya penawaran tubuhnya," ucap Abimanyu ketika dia berbaring di sebelah Eleena. "Kenapa sekarang kamu takut? Bukannya waktu itu kamu yang dengan gagah berani me-" Selimut yang menutupi tubuh Eleena terangkat, Eleena membekap mulut laki-laki itu dengan ke dua tangannya, membuat kalimat Abimanyu selanjutnya terhenti. "Stop!" Eleena merasa malu hingga dia ingin menggali lubang dan bersembunyi di dalamnya. Tawa teredam terdengar dari Abimanyu. Tangan Eleena gatal, dia merasa jambang di sekitar dagu Abimanyu menggelitik telapak tangannya. Wanita itu melepas tangannya dengan kesal, bergerak-gerak tanpa sadar hingga Abimanyu tiba-tiba memegang pinggangnya. Tubuh Eleena membeku ketika sadar bahwa sedari tadi dia duduk di atas pangkuan Abimanyu. Eleena gemetar ketika merasa pantatnya menyentuh sesuatu yang keras. Mata keduanya bertatapan dengan suasana yang canggung. "A-saya-"Eleena benar-benar tidak tahu dia harus mengatakan apa. Dia ingin bangkit dari pangkuan Abimanyu, namun tangan pria itu masih memegang pinggangnya dengan erat. "S-saya ngantuk!" Menghadapi tatapan Abimanyu yang sedalam lautan, Eleena merinding di sekujur tubuhnya. Dia tidak tahu apa yang terjadi, namun nafasnya memberat saat Abimanyu mendekatkan tubuh mereka, membuat perut serta dadanya menempel pada pria itu. Telapak tangan besar Abimanyu memegang tengkuk Eleena, mendekati bibirnya, dia menciumnya seperti yang mereka lakukan di ruang keluarga tadi. Bedanya kali ini adalah mereka dalam posisi yang sangat ambigu, dan ciuman kali ini jauh lebih intens dari sebelumnya. Tubuh keduanya terasa sangat panas, bahkan ac yang menyala tidak mampu meredakan panas yang mereka rasakan. Jakun Abimanyu berguling, menjilat habis bibir ranum Eleena. Ketika bibir keduanya berpisah, Eleena terengah-engah dengan bibirnya yang memerah dan bengkak. Dia memukul bahu Abimanyu dengan pelan. Satu tangan Abimanyu yang berada di pinggang Eleena menyusup ke dalam piyama yang wanita itu kenakan. Telapak tangannya bergerak ke atas dan ke bawah, mengusap perut rata Eleena. Seluruh tubuh Eleena merinding bukan main, tangan kasar Abimanyu membuatnya kewalahan, apalagi ketika tangan itu mulai naik, mengelus sesuatu di balik bra miliknya. Ke dua tangan Eleena mencengkram bahu Abimanyu dengan erat. Ketika Abimanyu melihat bahwa tidak ada penolakan dari sang istri, dia akhirnya berani bertindak lebih jauh, meremas gundukan lembut di balik bra Eleena. "Mnh~" Eleena memejamkan mata, mengigit bibirnya agar tidak mengeluarkan erangan. Merasa tidak sabar, Abimanyu tiba-tiba membalikan tubuh mereka, membuat Eleena yang tadinya berada di pangkuan Abimanyu berubah menjadi di bawah pria itu. "Ah!" Eleena menjerit karena kaget. Entah sejak kapan, kancing piyama Eleena sudah di buka sepenuhnya, memperlihatkan bra berwarna merah di dalamnya. Abimanyu menahan nafas, bau khas dari d**a milik Eleena membuatnya merasa mabuk, ingin menghisapnya lagi dan lagi. Eleena memalingkan wajah, merasa malu karena Abimanyu yang menatap dadanya dengan sangat intens. "Jangan di liat kaya gitu-" bisik Eleena. Tangan Abimanyu membuka pengait bra milik istrinya yang memang berada di depan, membuat dua bukit tinggi, lembut dan kenyal terpampang nyata di depan matanya. Abimanyu menelan ludahnya, dengan cepat 'memakan' hal di depannya. "Uh, pelan-pelan!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD