"Kamu ini ternyata jahatnya hingga ke pembuluh darah ya, Vin?" Bunyi derit pintu yang terbuka, serta kuatnya suara hardikan dari Rajata membuat Vina mengelus d**a. Salah paham lagi. Entah mengapa Rajata ini selalu saja muncul di saat yang tidak tepat. Saat ini ia berdiri di antara Rajata dan Aria. Vina melirik sekilas air muka Aria yang memucat dan ekspresi geram di wajah Rajata. Dua laki-laki sakit ini saling memandang dengan asumsi berbeda dalam benak mereka masing-masing. Vina melirik sekilas map yang berada di tangan Rajata. Sepertinya Rajata masuk ruangan ini karena ingin membicarakan masalah pekerjaan dengan Aria. Sebaiknya ia pergi saja dari ruangan ini. Toh urusannya di sini sudah selesai. "Permisi," Vina memeluk map yang berisi ijazahnya sendiri dan bermaksud berlalu dari ruang