Malam ini di kerajaan Oceana, para tamu undangan telah berdatangan dari seluruh sudut Samudera. Para bangsawan maupun rakyat negeri Oceana telah memadati kerajaan bawah laut itu.
“Vanilla, ayo kita keluar,” ajak Melisa.
Vanilla yang tengah bercermin memastikan riasan anti airnya dan tatanan rambutnya tidak hancur pun menoleh. “Baiklah, ayo!”
Di lorong, Vanilla dan Melisa bertemu dengan Louis yang tampak tampan dengan baju formal kerajaan mermaid.
Louis menyapa Vanilla dan Melisa, dan mereka bertiga pun pergi ke aula bersama-sama.
Setibanya di aula pandangan seluruh undangan tertuju pada pintu aula yang terbuka menampilkan sosok Vanilla yang sangat cantik dengan balutan gaun berwarna biru laut. Vanilla tersenyum lebar membuat penampilannya malam ini sangat sempurna.
Vanilla menarik tangan Melisa agar mengikutinya, Vanilla berenang menuju meja dekat panggung kecil di sudut ruangan aula ini.
Tak lama kemudian, acara perayaan ulang tahun putri kerajaan mermaid itu pun dimulai dengan sangat meriah. Vanilla berdecak kagum dengan pesta ulang tahunnya kali ini, sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dan ia sangat suka ini.
Jam kini sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan aula kerajaan mermaid pun perlahan semakin sepi karena tamu undangan sebagian sudah pulang.
“Apa kau lelah?” tanya Melisa.
Vanilla mengangguk lesu. “Sangat.”
Melisa tersenyum lebar, “Kalau begitu ayo kita kembali ke kamar, aku juga sudah sangat lelah.”
Vanilla tampak berpikir. “Tapi aku belum meminta hadiahku pada Kak Lou,” ujarnya.
Melisa terdiam. “Besok pagi kan bisa,” sahut Melisa lelah.
Vanilla menghela napas kemudian mengangguk. “Ayah, Bunda, Vanilla sama Melisa ke kamar dulu ya. Sudah mengantuk,” pamit Vanilla pada Raja dan Ratu.
Raja Martin dan Ratu Marissa kompak berbalik menatap putri mereka.
Ratu Marissa mengangguk. “Istirahatlah, bunda tau kamu sudah lelah,” ujar Ratu Marissa.
Vanilla mengangguk kemudian ia mencium pipi kedua orangtuanya. “Selamat malam,” ujarnya.
Raja dan Ratu kerajaan mermaid itu mengangguk. “Selamat malam dan selamat tidur, sayang,” balas Ratu Marissa lembut.
Sebelum Vanilla menarik tangan Melisa, Melisa buru-buru membungkuk hormat kepada Raja dan Ratu kerajaan negerinya tersebut.
***
“Hadiahku mana kak?” tagih Vanilla.
Vanilla dan Melisa baru saja turun dari kamar untuk sarapan, hari ini Melisa akan meninggalkan kerajaan mermaid. Dan sebelum meninggalkan kerajaan Oceana Vanilla mengajaknya sarapan bersama keluarga gadis itu.
Louis menatap Vanilla pura-pura tidak tahu. “Hadiah apa?”
“Hadiah ulang tahunku, tentu saja!” seru Vanilla pura-pura kesal.
“Aku tidak menyiapkan hadiah apapun untukmu, Vanilla,” ujar Louis, menyeringai. Mata Vanilla membola.
Yang benar saja! Kalau begini bagaimana bisa ia ke daratan?!
“Kakak serius?” Louis mengangguk dengan wajah seriusnya.
Vanilla mendesah kecewa. Vanilla berjalan dengan lesu menuju kursinya. Melisa tanpa banyak bicara langsung mengikut duduk di sebelah Vanilla.
“Aku bercanda. Baiklah, apa yang diinginkan gadis manja satu ini,” ujar Louis.
Kepala Vanilla langsung menoleh menatap Louis dengan mata berbinar.
“Kamu boleh minta apa saja, Vanilla,” ujar Louis sambil tersenyum.
Senyum Vanilla pun semakin lebar mendengar itu. Melisa yang tahu apa yang akan diminta Vanilla pun hanya bisa menghela napas seraya berdoa agar keluarga kerajaan ini tidak murka mendengar permintaan Vanilla yang sedikit gila.
“Vanilla mau ke daratan,” ujar Vanilla dengan sangat yakin.
Raut wajah Pangeran Louis berubah terkejut dan ada rasa tidak suka yang terpampang di wajah tampannya itu, senyumnya pun perlahan luntur.
Dentingan suara sendok dan garpu berhenti, keheningan melingkupi ruang makan. Melisa meneliti satu persatu wajah keluarganya.
Oh tidak, rahang Raja Martin mengeras. Melisa yakin Raja kerajaan negerinya ini akan marah besar.
“Kamu serius?” tanya Louis memastikan.
Vanilla mengangguk pasti. “Tentu saja, kak!”
“Apa kamu sadar apa yang kamu minta itu, Vanilla?” tanya Raja Martin dengan sedikit menggeram.
Vanilla menatap wajah Ayahnya yang terlihat marah, terbesit rasa takut di dalam dirinya. Tapi ia harus berani demi rasa penasarannya akan dunia daratan.
“Iya Ayah, Vanilla yakin.”
“Bunda tidak setuju,” sahut Ratu Marissa tegas.
Ratu Marissa mengangkat tangannya bermaksud memanggil penjaga yang berada di sudut sana.
“Melisa, kamu pulanglah dulu. Alex akan mengantarmu pulang.”
Alex mengangguk dan membungkuk kepada Ratu Marissa, dan Melisa pun berdiri.
“Raja, Ratu, saya pamit. Selamat pagi,” ujar Melisa, tak lupa membungkukkan badannya sedikit.
Sebelum keluar dari ruang makan, Melisa melirik Vanilla yang hanya duduk diam di tempatnya.
Melisa berharap Vanilla tidak hukum oleh Raja dan Ratu. Melisa pun kembali berenang keluar ruangan makan saat Alex sedikit berdeham menyadarkannya.
Setelah Melisa benar-benar keluar, Ratu Marissa menatap putri kesayangannya itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
“Bunda pokoknya tidak setuju kalau kamu ingin ke daratan, sekarang kamu pergi ke kamar kamu!” titah Ratu Marissa.
Vanilla ingin protes, tapi melihat wajah serius Bunda dan Ayahnya Vanilla pun memilih menurut.
“Kamu tidak boleh keluar dari istana ini, tetap di kamarmu,” sambung Raja Martin tegas.
Vanilla berbalik menatap sang Ayah, hendak protes. “Tapi, Yah.”
“Tidak ada tapi-tapi!” seru Raja Martin, tegas.
Vanilla mendesah kecewa, dan ia pun hanya bisa menurut. Kalau tidak mungkin Ayahnya akan lebih marah padanya.